Episode 9

1 0 0
                                    

Setiap malam, Udin menyempatkan dirinya untuk membaca kitab suci di dekat Andhini. Ya, malam itu terlihat sosok Udin tengah berbincang dengan Andhini sembari bersenda gurau.

Sesekali ia tertawa dengan canda tawa Udin yang begitu konyol itu. Sampai akhirnya.

"Aku tidak sabar menunggu agenda mendaki kita yang akan berlangsung sebulan lagi!" kata Udin.

"Iya Udin! Aku harap aku cepat pulih dan bisa mengikuti kegiatan kampus yang aku lewati!" kata Andhini.

"Ya, Andhini! Aku harap kamu cepat sembuh ya!" ucap Udin.

"Terimakasih!" Andhini tersenyum.

"Sama-sama! Kamu tahu? Aku rindu waktu kebersamaan kita! Kamu, Tito dan aku selalu bersama kemanapun! Aku rindu masa itu!" katanya.

Andhini tersenyum dan terdiam.

"Udin!" katanya.

"Ya?" Udin menoleh.

"Apakah aku boleh berkata jujur padamu? Soal perasaan yang tengah aku rasakan sendiri ini?" katanya.

"Tentu sahabatku! Katakan saja apa yang kamu rasakan! Jangan kamu pendam sendiri! Itu akan sakit, Dhini!" ucap Udin lembut.

"Begini, aku ingin bertanya padamu! Apakah seseorang bisa dikatakan egois saat!" kata Andhini.

"Saat apa?" Udin bertanya.

"Saat kamu menyukai salah seorang dari sahabatmu sendiri?" Andhini menatapnya.

"Eh?" Udin seketika terdiam membisu.

Andhini terpaku menatapnya.

"Hm, kalau soal itu! Aku tidak tahu! Yang namanya rasa suka, itu manusiawi, Andhini! Tapi, akan terasa berat jikalau yang kamu sukai itu ialah sahabatmu sendiri!" kata Udin.

Andhini menatap kedepan.

"Memang itu bisa dikatakan egois! Tapi, tidak ada salahnya! Sebab rasa suka itu bisa kepada siapa saja! Termasuk sahabat sendiri!" Udin menatapnya.

"Jika aku menyukai salah satu diantara kalian, apakah itu salah?" kata Andhini.

Udin sedikit terkejut. Andhini menatapnya. Perlahan, Udin menggelengkan kepalanya.

"Udin!" katanya sembari memegang tangan Udin.

Udin terdiam.

"Aku menyukai Tito!" ungkapnya.

Seketika Udin terdiam membisu. Andhini menatap kedua mata Udin.

"Oh!" Udin nampak kikuk mendengarnya.

"Apakah itu salah, Udin?" Andhini merendah.

"Ah! Tidak! Sama sekali tidak! Tidak apa, Andhini! Hal itu kan manusiawi! Seperti yang aku katakan tadi!" Udin berusaha mencairkan suasana.

"Tapi, Tito sudah punya pasangan! Dan jujur, aku sakit hati selama ini terhadap Tita, kekasihnya!" Andhini nampak murung.

Udin terpaku. Wajahnya nampak datar.

"Hm, Udin! Jangan katakan padanya ya! Aku takut merusak hubungan mereka berdua! Tapi serius! Aku benar-benar menyukai Tito!" kata Andhini sembari memegang tangan Udin.

Udin menatapnya sejenak.

"Tidak! Tidak akan aku mengatakannya pada siapapun! Rahasiamu akan aku simpan sendiri!" Udin berusaha tegar.

"Terimakasih Udin! Aku percaya padamu!" Andhini nampak senang dan tersenyum lebar.

"Sama-sama!" Udin memaksa dirinya untuk tersenyum.

Dekapan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang