~Lari ketika ancaman datang lebih menguntungkan dari pada lari dari sebuah kenyataan~
KairelSaat ini kairel rebahan di sofa dengan paha Dave sebagai bantalannya. Dia menonton tayangan doraemon dengan mengigit sebuah apel ditangannya. Tangan besar Dave senantiasa mengelus lembut kepala anak yang ada di pangkuannya saat ini. Louis, Austin, David duduk dengan pandangan yang tidak lepas dari layar laptop mereka.
Saat sedang asiknya rebahan, tiba-tiba lift terbuka dan terlihatlah Darel dan Nathan yang turun melalui tangga. Mereka berdua menatap sengit anak yang sedang rebahan dengan santainya berbantalkan paha Dave.
Darel dan Nathan sendiri menghabiskan 5 sabun mandi sekaligus demi menghilangkan bau busuk dari pupuk kotoran hewan itu dan sekarang mereka sudah bersih dan wangi kembali.
Dave dan Kairel yang menyadari kehadiran mereka berdua melirik muka Darel dan Nathan dan dia dapat merasakan aura yang tidak bersahabat yang sedang menguar dari mereka berdua.
"Sepertinya kau harus run dek" bisik Dave di telinga adiknya
Kairel langsung ngacir pergi ketika melihat Darel dan Nathan menghampirinya dengan tatapan penuh permusuhan. David, Louis, Austin terkekeh pelan melihat hal itu. Biarkanlah mereka bermain sesukanya. Pikir mereka bertiga.
"Jangan lari anak nakal!" Teriak Nathan
"Berhenti disana bocah!!" Sungut Darel kesal
Kairel lari tak tentu arah mengitari mansion dan dia sesekali melirik kebelakang dan melihat Darel dan Nathan yang mengejarnya berusaha menangkapnya. Pekerja mansion merasa terhibur dengan sikap tuan muda mereka. Benar-benar kenanakan pikir mereka. Namun mereka tidak berani tertawa, bisa gawat urusannya jika itu terjadi mengingat siapa keluarga Anderson yang sebenarnya.
Kairel berlari sampai dihalaman depan mansion dan mengitari kolam air mancur itu. Darel dan Nathan mengepung kairel dari arah yang berlawanan. Kairel panik sendiri melihat itu dan dia langsung lari menuju ke dalam mansion dengan sangat cepat. Mereka yang masih diruang keluarga tertawa pelan melihat aksi kejar-kejaran itu. Dan tidak menyangka kairel bisa lari sangat lincah.
"Kemari kau bocah, aku akan menghajarmu habis-habisan!!" Teriak Darel sangat kesal. Tentu saja yang dia ucapkan tidaklah benar. Mana mungkin dia tega menghajar adik kesayangannya itu. Dia berkata seperti itu hanya untuk menakut nakuti adik laknatnya itu
Kairel segera bersembunyi dibawah meja makan karena itulah satu-satunya yang terkintas dipikirannya mengingat kedua kakaknya itu juga lari sangat kencang. Sebelum ketahuan mending sembunyi dulu dan mengumpulkan tenaga. Pikir kairel. Kairel mengatur nafasnya yang ngos-ngosan akibat terlalu lama berlari. Dia merasa seperti buronan saja dikejar-kejar seperti itu.
Nathan dan Darel celingak-celinguk mencari bocah minim akhlak itu di dalam mansion. Sial mereka hilang jejak lagi. Pikir mereka berdua. Namun mereka tidak akan tinggal diam. Darel dan Nathan mulai berpencar dan mengecek tempat yang sekiranya bisa digunakan untuk bersembunyi.
David tersenyum tipis memberi kode kedua anaknya ke arah ruang makan. Darel dan Nathan yang mengerti kode itu segera menuju ruang makan. Ketika memasuki ruang makan, Nathan mengkode darel agar menjaga disudut sebelah meja makan. Yahh.. mereka berdua memutuskan berdamai sebentar demi balas dendam sama bocoh minim akhlak itu yang sayangnya adalah adiknya.
Kairel yang merasakan ada sinyal bahaya langsung bersikap waspada. Nathan mulai membuka salah satu bagian meja makan namun kairel sudah keluar disisi lain meja makan. Namun sayang seribu sayang. Menghindari harimau tapi bertemu singa. Ketika kepalanya keluar tiba-tiba telinganya ditarik oleh seseorang dan ketika melihat ternyata kakaknya Darel yang menatapnya penuh pemusuhan. Habis sudah riwayatnya. Kairel cengengesan tidak jelas. Sebenarnya dia ingin tertawa namun dia urungkan bisa bisa dia diterkam oleh kedua kakaknya ini. Setiap melihat kedua kakaknya itu dia teringat ekspresi muka mereka ketika disiram dengan kotoran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kairel Alkantara Anderson
Ficção AdolescenteSeorang anak berusia 15 tahun yang suka balapan liar, tawuran, dan bolos yang hidup dengan seorang ayah yang tidak menyayanginya karena dia merupakan anak yang ia pungut di pinggir jalan. Apakah yang terjadi selanjutnya? . . . . . . Bukan cerita B×B...