Bagian satu.

17 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lavanya Naespati Nataprawira.

Berperan sebagai kakak tertua, walau sebenarnya ia adalah anak semata wayang. Lavanya belajar banyak hal terutama menjadi sosok yang bisa dijadikan panutan, tentunya walau sulit sekali karna di dasari ia tak pernah tau rasanya punya adik maupun kakak. Tapi, ketika bertemu teman-temannya, banyak hal berubah. Barangkali itu juga adalah cara Tuhan untuk menebalkan kesabaran, karna menghadapai manusia-manusia nan mempunyai kewarasan yang sangat minim, benar-benar membuat darah mendidih. Astaga.

Bertahun-tahun kenal dan hidup bersama, mau tidak mau jiwa yang sejujurnya enggan sekali untuk mengayomi, lama kelamaan menjadi terbiasa. Yang awalnya jijik sekali mengakui, kini sudah mau menerima fakta kalau ia adalah yang tertua.

Sayangnya, meski begitu terkadang ia suka bertingkah imut seperti, "Jahat ah, dede gak suka!" jelas membuat semua orang hendak mengiriminya pukulan.

Huft, tetap saja jiwa anak semata wayang nan selalu di manjanya itu muncul.

Dan, Lavanya yakin betul bahwa hidup selalu berdampingan dengan angka, gadis itu yakin seribu persen, serius! Tentunya, walau masih ada saja manusia-manusia menjengkelkan yang kerap kali menyanggah; Anasera dan Arneyva adalah contoh nyata. Sungguh, darahnya selalu mendidih tiap kali dua menyebalkan itu bersatu untuk mengganggu dirinya dan angka-angka kesayangannya. Padahal 'kan Lavanya juga tidak memulai mengusik duluan bidang mereka, kenapa ia di usik terus, sih? Pusing tujuh keliling gadis itu kalau mengingatnya.

Intinya, Lavanya, cinta mati pada Matematika, titik.

No debate, thank you.

Oh iya, Lavanya juga suka Dohyun, hehe.

Menurut sang puan, justru aneh sekali melihat orang-orang membenci Matematika. Padahal, itu hal yang mudah kok. Hanya perlu menghafal rumus, jika sudah hafal, pertanyaan Matematika sesulit apapun pasti terjawab, deh! Easy peasy lemon squeezy! Percayalah pada Lavanya.

Tapi pasti Sera dan Neyva membantah, "Najis. Percaya sama lo musyrik, anying."

Memang sekalinya setan, ya, selamanya akan tetap setan.

Lavanya geleng-geleng kepala, lalu menatap sekeliling. Hari ini ia berangkat lebih pagi, karna jam setengah sembilan harus menemui Bu Erina, guna membahas materi untuk presentasinya minggu depan. Niat hati mampir ke kantin untuk membeli roti, namun dahinya berkerut, kantin cukup sepi dari biasanya, kemana perginya semua orang? Melirik jam di pergelangan tangan, ah, masih jam delapan ternyata.

Berikutnya gadis yang menyukai warna hijau itu duduk, setidaknya masih ada setengah jam untuk makan roti sebelum menemui sang dosen. Sebenarnya ia sudah sarapan nasi goreng buatan Kasyaira, namun persediaan roti di rumah habis, ritual makan rotinya sedikit terhambat, jadilah ia membelinya di kantin. Hey! Mau jadi apa di dunia ini kalau tidak ada roti? Lavanya pertanyakan itu!

Keadaan sangat tenang sekali, dan harusnya begitu sampai rotinya habis. Tapi, mengapa dari sekian banyaknya manusia, harus Heska yang datang mengacaukan paginya?

"Vanya, lo udah ngumpulin tugas dari Bu Marissa?"

Lavanya meringis kecil, setelahnya mendongak kemudian mengirim anggukan. "Udah, Hes. Lo udah?" tetap harus berbasa-basi walau sebenarnya ia enggan sekali.

Sang pemuda tampak kecewa di posisi. "Yah, kirain belum. Gue niatnya mau bantuin lo karna gue udah, taunya lo juga udah, ya." Dan tanpa tedeng aling-aling duduk di sebelah Lavanya dengan jarak begitu dekat.

Memberi sedikit jarak, Lavanya mengirim kekehan pelan. "Udah kok, gue." Sebelum melanjutkan, ia memabasahi bibir. "Cuman ... sekalipun tugas gue belum, gue nggak akan nerima bantuan lo lagi. Gue masih mampu, lo gak perlu repot-repot. Tapi meskipun begitu, gue tetep makasih, ya."

Lawan bicara menggeleng. "Nggak ngerepotin, gue ngelakuinnya karna keinginan gue sendiri, dan gue bakal tetep bantuin lo terus Vanya, titik." Katanya penuh keyakinan.

"Tapi, gue yang repot, Heska. Perasaan gue yang gak nerima itu."

Heska Laheswara.

Heska itu baik, tapi Lavanya juga harus baik pada hatinya sendiri.

Iya, kan?

©️woopy_mom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©️woopy_mom

home, est 2018.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang