Bagian Sebelas.

8 4 0
                                    

Usai membayar ojek dan mengucapkan terimakasih, Kayla memasuki alfamart yang letaknya tak jauh dari rumah, di perjalanan tadi Arneyva tiba-tiba mengabari kalau di rumah tidak ada persediaan mie, sepertinya gadis tersebut juga ingin mengonsumsi mak...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai membayar ojek dan mengucapkan terimakasih, Kayla memasuki alfamart yang letaknya tak jauh dari rumah, di perjalanan tadi Arneyva tiba-tiba mengabari kalau di rumah tidak ada persediaan mie, sepertinya gadis tersebut juga ingin mengonsumsi makanan sehat itu tapi tidak ada stok.

Jadilah Kaylasha disini, itung-itung membeli camilan juga. Ia memberikan senyum ramah kepada kasir yang menyapanya lalu mulai memutari tiap rak sambil berdoa. "Semoga Kayla sadar saldo di atm tinggal berapa, ya Allah. Jauhkan Kayla dari godaan membeli hal yang bukan tujuan awal, aamiin."

Tapi, sepertinya Tuhan tidak mengabulkan.

"Mie baru ya, ini? Nyoba ah, siapa tau enak."

"Cemilan ini Tavisha suka 'kan, ya?"

"Gue harus nyoba ini bareng Sera sama Neyva, fix!"

"Waktu itu Vanya bilang tissue abis, sekalian aja deh."

"Hm, Aira juga bilang dia pengen nyoba ini, beliin ah."

"Anjay gue nyari ni cemilan gak ketemu-ketemu, akhirnya ada juga. Gas borong!"

Baik hati sekali, ya. Sampai ia harus menggunakan keranjang, padahal niatnya hanya ingin membeli mie instan beberapa bungkus beserta camilan. Baiklah, Kayla akan berhenti memasukan barang di keranjangnya dan bergegas membayar.

Namun saat melewati rak penuh roti ia berhenti. "Eh roti di rumah abis gak sih?" gumamnya sambil mengingat-ingat. "Udahlah beli aja, sama sekalian selainya. Nanti malem minta bikinin roti panggang sama Vanya, asik." Lalu memasukan tiga bungkus roti dan dua macam selai, oke kali ini ia akan betulan langsung membayar.

Saat tiba di kasir, sebenarnya Kaylasha meragu, diam-diam bergumam resah. "Saldo gue tinggal berapa, ya? Kemaren baru beli album, lagi." Dan bersiap-siap menelfon orang di rumah kalau-kalau saldonya kurang.

"232.500, kak."

Menghela nafas lega, lalu mengeluarkan kartu atmnya. "Ini, kak."

Sang kasir mengembalikkan kartu atm Kayla dan menyerahkan belanjaan Kaylasha. "Terimakasih ya, kak."

Kaylasha mengangguk. "Iya kak, sama-sama." Dan keluar dari Alfamart bersama dua plastik belanjaan, sepertinya ia tidak perlu meminta jemput atau memesan ojek karna jarak dari rumah juga lumayan dekat, ya, itung-itung olahraga lah.

Sesekali menyapa orang yang ia temui di jalan, ada banyak anak-anak kecil juga yang tengah bermain. Tiba-tiba Kayla ingin ikut bergabung. "Seenggaknya mereka nggak teracuni oleh handphone dan masih main kejar-kejaran sambil ketawa bareng." Gumamnya sembari melempar senyum kepada salah satu anak laki-laki yang memakai baju berwarna hijau.

Ia berbelok pada sebuah gang yang cukup sempit, sebenarnya cukup menakutkan jika lewat kesini sendirian, apalagi pada malam hari, pernah mencobanya sekali itupun bersama Neyva dan menggunakan motor, mereka trauma untuk mencobanya lagi, memang jika malam hari lebih baik lewat jalan lain saja walau tidak secepat jika melewati gang ini.

Bersenandung guna menghilangkan rasa takut, langkahnya tercegat kala mendapati seseorang tergeletak di tengah-tengah jalan, ia mempercepat langkah. "Eh? Lo gak papa?!" tanyanya panik.

Di sela-sela ringisan, orang tersebut masih sempat-sempatnya bercanda. "Apa lo liat gue bisa nge-dance dengan kaki gue yang ketimpa motor gini?" Kaylasha menepuk jidat, menaruh belajaannya di tanah dan membantu mengangkat motor orang itu.

Setelahnya ia menatap luka di kaki orang itu, si pemuda memakai celana pendek yang mengakibatkan adanya goresan, Kayla membuka tasnya untuk mencari betadine serta hansaplast, ia bergerak mendekat. "Sorry ya, gue lancang tapi gue greget liat luka lo." Dan mulai meneteskan obat merah seusai mendapat anggukan. "Harusnya di bersihin dulu, tapi yaudahlah langsung di betadine aja, ya."

"Terserah, deh. Gak sakit juga sih, cuman kram aja kaki gue."

Kayla mengernyit. "Gak sakit? Tapi lo nggak bangkit-bangkit dan malah rebahan di tanah, bukannya minta tolong, aneh." Cetusnya sembari menempelkan hansaplast. "Lo jatoh karna apaan deh?"

Wajahnya berubah masam. "Ada anak kecil lari-larian sembarangan, anjir. Gue niatnya mau ngehindar, malah gue juga yang jatoh, sialan."

Kaylasha terkekeh. "Oalah."

Pemuda itu berdecih lalu menjabatkan tangan. "Gue Rashaka. Lo bisa panggil Shaka, anak hukum semester tiga UI. Lo?"

Membalas jabatan tangan Rashaka. "Kaylasha, gampangnya lo panggil gue Kayla aja, kak. Kedokteran UI semester satu." Kemudian melepaskan jabatan tangan mereka.

Shaka manggut-manggut. "Pantesan siap siaga, anak kedokteran, toh." Gumam sang pemuda.

Merasa tidak ada yang perlu di bahas lebih lanjut lagi, Kaylasha bangkit tak lupa mengangkat kembali kresek belanjaannya. "Yaudah gue duluan, ya, kak–oh iya, lo bisa pulang sendiri?"

"Gue udah ngabarin temen, paling bentar lagi sampe."

Kaylasha mengangguk. "Oh, oke. Gue duluan."

"Makasih, ya. See you di kampus, gue bakal ngajak lo makan kalau kaki gue udah sembuh."

Gadis itu tersenyum. "See you. Gue tunggu ya, kak."

©️woopy_mom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©woopy_mom

home, est 2018.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang