Bagian Sembilan.

10 1 0
                                    

"Ini jomblo-jomblo gak pada malmingan apa, ya?" ledek Tavisha sembari membuka kulkas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini jomblo-jomblo gak pada malmingan apa, ya?" ledek Tavisha sembari membuka kulkas.

Arneyva berdiri di sebelah kulkas tak lupa mengirim tatapan sinis. "Lo mending tutup mulut, atau kepala lo yang masuk ke kulkas terus gue tutup kulkasnya?" Tavisha nyengir. "Duh, galak banget sih, jomblo."

Anasera yang tengah sibuk mengedit Ppt menyahut. "Diem lo gak setia kawan!" yang langsung di balas. "Apa maksud lo?!"

Sera berdecih. "Dulu lo gak inget kita nangis bareng-bareng karna Alta sama Arsen? Sakitnya bareng, nangisnya bareng. Lo bisa balik sama Alta, kok gue enggak sama Arsen, anjrit?! Dasar gak setia kawan, cuih!"

Kaylasha menghela nafas sambil melewati perdebatan sengit ini, ia bergumam. "Ya Allah masih gamon ternyata." Dan buru-buru pergi sebelum di lempari sendal oleh Sera.

Tavisha menggelengkan kepala dan mendekat, ia mengusap-usap kepala Sera prihatin. "Ya ampun, bilang dong. Maaf ya, gue kayaknya emang jodoh sama Altair sih, kalo lo sama Arsena emang nggak, jadi ikh–ADUH!

Memukul lengan kawannya dengan penuh emosi, detik selajutnya ia mengumpat. "BRENGSEK, BUKANNYA MENGHIBUR MALAH MAKIN MEMPERHANCUR, AH, ELAH! SEMUA MANUSIA DI MUKA BUMI INI EMANG SEPERTI MONYEEETTT–kecuali jeongwoo. HUSH, AWAS, MENYINGKIR LO MANUSIA BUCIN!"

Sementara Arneyva yang masih setia berdiri di samping kulkas dan sudah ada Lavanya beserta Kasyaira yang ikut menonton, kini menyilangkan tangan di depan dada, ia mengangguk-anggukan kepala. "Kan, apa gue bilang, dunia cinta itu hanya menjerumuskan. Lihat contoh nyata manusia yang aslinya nggak pernah punya status kayak Sera sama Arsen, mana mereka juga aslinya gak pernah ketemu atau punya momen, tapi Sera segitunya ke Arsen, ck-ck."

Vanya menghela nafas. "Tapi, bukan masalah pernah punya status atau enggaknya, sih. Ini perihal perasaan, Ney. Kita gak pernah tau sedalam apa perasaan Sera buat Arsen. We never know how much she like him. Tapi, kalau dia sampe segitunya, ya, berarti dia emang beneran jatuh cinta."

Aira mengangguk dan menyambung. "Bener, sama kayak Kayla. Tapi yang bikin gue lega, seenggaknya Erlan tau kalau Kayla punya perasaan ke dia. Walau, endingnya nyesek, tapi Kayla gak punya beban karna udah mengungkapkan. Lah, Sera? Di pendem doang nggak berani ngungkapin, makanya selalu kerasa sakit dan susah buat lupa."

Kayla tiba-tiba ikut menimbrung di belakang punggung Kasyaira. "Mungkin dia punya banyak hal yang pengen di ungkapin ke Arsena, cuma dia bingung gimana mulainya. Karna lo tau? Mengungkapkan walau akhirnya nggak sesuai harapan, itu jauh lebih mending daripada perasaan yang di paksa terpendam, padahal lo pengen banget buat ngungkapin."

Lavanya berjalan menuju meja makan dan duduk sembari membuka toples keripik, di ikuti yang lain. Sebelum membuka suara lagi, ia menyuapi Neyva serta Kayla keripik dan melanjutkan. "Sebenernya nggak ada yang lebih mending. Paling bener itu jatuh cinta sama orang yang juga jatuh cinta ke kita. Mengusahakan orang yang juga mengusahakan kita. Dan, berhenti nangisin orang yang bukan buat kita. Tapi, emangnya bisa semudah itu? Nggak. Kalau bisa kayak gitu, enggak akan ada manusia yang hidup bareng rasa sakit cuman karna salah menaruh rasa."

Tiba-tiba pembahasan menjadi lebih berat, sebenarnya mereka jarang sekali membahas masalah cinta dengan intens. Biasanya hanya sekedar saling meledek atau bertanya setengah bercanda, "gimana sama si itu?" selebihnya tidak ada.

Mereka tau satu sama lain punya batasan atas apa-apa saja yang memang belum saling mereka ungkapkan. Mereka juga mengerti dalam diam, mereka peduli tanpa harus berisik.

Perlahan-lahan hujan mulai turun, gemuruh petir mengiringi, seolah semesta juga ikut merasakan suasana berat yang mendadak meliputi mereka. Diam-diam saling merapatkan diri dan bergabung di ruang keluarga.

"Lo emang definisi gak punya adab bener ye, Vis. Temen lo gamon mulu dan lo malah telfonan di samping dia, woah–lanjutkan lah!" Sera betulan melmparkan sendal rumahnya pada Kayla. "Musnah lo! Dateng-dateng ngajak ribut, dateng mah bawa makanan kek."

Tavisha menjulurkan lidah pada Kaylasha guna meledek gadis itu, ia mengusap-usap kepala Neyva yang berada di pundaknya sementara yang termuda berujar. "Van, bikinin mie, kek, sama Aira noh. Enak banget asli dingin-dingin begini makan yang anget-anget."

Lavanya dan Kasyaira kompak menjitak kepala Arneyva bersama perasaan gondok. "Gue kakak lo bangst, gak ada adab bener."

"Aduh! Iya-iyaa, bercandaaa! Berhenti melototin gue, anjer! Serem!"

"Ah, elah, gerak-gerak mulu, lo! Minggir!" lama-lama Tavisha muak juga, ia dengan tanpa hatinya mendorong Neyva sampai jatuh ke lantai.

"JAHAT BANGET, ASU!"

Mengabaikan itu, Kayla merebahkan dirinya di paha Anasera "Ai," panggilnya pada Kasyaira yang masih sibuk menertawakan Neyva.

"Apaan? Kalo lo minta bikinin mie, gue gaplok lo ya."
Anasera tertawa. "Yaaah, ketauan, Kay."

"Bener kata orang, nggak ada gunanya ngebesarin anak." Celoteh Aira, setelahnya ia menarik lengan Lavanya. "Buruan dah bikin mie, adek-adek lo kayak mausia kelaparan, cok."

Maka dari itu Kaylsha bangkit bersama Arneyva. "OMG, terimakasih, eonni-eonnikuu!"

Lavanya menoleh, matanya melirik sinis lalu tertawa jahat, diam-diam bergumam. "Gue kasih racun mantep kali."

Tavisha melotot, kebetulan ia berada paling dekat dengan Lavanya. "ANJENG, LO MAU BUNUH KITA?!"

"APA?! SIAPA YANG MAU DI BUNUH?!"

Tawa Lavanya makin mengeras. "KALIAN SEMUA KECUALI GUE SAMA AIRA, AHAHAHA!"

"TIDAAAAKK!"

"TIDAAAAKK!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


©️woopy_mom

home, est 2018.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang