Bagian Kedua: 2003
Januari
Entah kenapa, kehidupan Draco bergeser pada spektrum yang lebih mendekati mimpi daripada mimpi buruk. Keberadaannya tidak lagi terasa seperti lelucon kejam, rintangan takdir, atau tantangan yang harus ditanggung. Sebaliknya, ia mengambil kualitas yang tidak nyata: sesuatu yang indah, seperti kain halus atau renda, membungkus apa yang mungkin tak menyenangkan, tak tertahankan, dengan harapan. Ia menyukai mimpi. Mereka bisa jadi luar biasa, sulit dipercaya, namun terasa begitu nyata. Tanpa sepengetahuan penilaiannya yang lebih baik, Hermione Granger telah menjadi impian terbesarnya dan paling berani.
Melihatnya melangkah melewati Floo-nya dengan gaun cantik berwarna cranberry dan bukan pakaian kerjanya yang biasa, terasa seolah Draco belum bangun dari mimpi fantastis. Dalam keadaan sadar apa Granger—Hermione—tertarik menghabiskan waktu di depan umum bersama orang seperti Draco? Dan bukan di sembarang tempat, tapi di pernikahan Harry Potter? Meski acaranya bersifat pribadi, itu tetap akan mengintegrasikan Draco ke bagian terdalam kehidupan pribadi Hermione.
Korespondensi mereka melalui burung hantu terasa tidak nyata, seperti halusinasi panjang dimana Draco terus memberi camilan kepada burung hantu yang tidak mengirimkan surat kepada siapa pun. Mungkin ia hanya membayangkan tanggapan Hermione sebagai balasannya: mengoordinasikan pakaian, menentukan waktu dan lokasi, mengungkapkan kegembiraan yang hati-hati dan mustahil. Tidak ada satu pun yang terasa nyata, bahkan ketika Hermione memasuki apartemen Draco dengan penampilan seperti dirinya yang sama sekali asing, yang tersenyum padanya tanpa curiga, menyelipkan ikal halus yang mengganggu ke belakang telinganya.
Kualitas seperti mimpi di ruang tamunya hancur ketika Draco melihat bekas luka Hermione, terpampang sepenuhnya karena gaun tanpa lengan yang dikenakannya. Darah mengering dari wajah Draco, kepanikan yang tidak siap ia hadapi dalam mimpi tanpa bobot.
"Aku minta maaf. Aku tahu," kata Hermione sambil menyilangkan tangan kanannya di badan untuk menutupi bekas luka. "Aku ingin—ya Tuhan, ini mungkin ide yang buruk. Tapi baiklah, aku memutuskan untuk menggunakan ramuanmu, tapi aku ingin melakukannya denganmu. Bukankah seharusnya aku melakukannya? Aku minta maaf."
Draco menjatuhkan pandangannya, mendarat di atas kaki Hermione. Ia menyaksikan betis Hermione bergerak-gerak, tempurung lututnya tertekuk, meluncur di atas persendian ketika seluruh tubuhnya tampak bersiap untuk mundur, otot-ototnya siap untuk bergerak. Pikiran bahwa Hermione mungkin tidak akan tinggal lagi menarik Draco dari spiral yang akan segera terjadi.
"Kau tidak perlu—sekali pun—meminta maaf padaku atas ketidakmampuanku mengendalikan reaksiku terhadap—itu adalah masalahku. Bukan masalahmu. Kau seharusnya tidak perlu—"
Hermione menghela nafas, melangkah maju. "Kupikir mungkin kita berdua bisa menggunakannya."
Hermione melirik ke lengan kiri Draco, yang ditutupi oleh lengan bajunya, tanda di bawahnya ditutupi oleh mantra penyembunyian yang meninggalkan bayangan gelap menodai kulitnya: tidak pernah sepenuhnya hilang dari pandangan.
"Tidak. Itu untukmu."
"Aku yakin jumlahnya cukup. Kupikir mungkin—"
"Tidak."
"Draco, kau tidak perlu terus-terusan memakai baju lengan panjang dan bergeming ketika seseorang melihat lenganmu."
"Aku tidak bergeming."
Hermione mengangkat alisnya.
Kepanikan, kemarahan, rasa bersalah dan malu bergolak di dalam dada Draco, lautan mendidih yang meluap tak terkendali. Draco memejamkan mata dan menarik napas, menahan tarikan menuju Occlumency. Saat ia membuka matanya, Draco melihat ramuan di tangan Hermione. Hermione tampak gugup, khawatir, jarinya mengetuk-ngetuk botol kaca dengan cepat dan gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beginning and End by mightbewriting (Terjemahan)
FanfictionDiterjemahkan oleh: Asa Ringkasan: Bertahun-tahun. Dipecah menjadi bulan, minggu, hari-menjadi jam, menit, detik-menjadi momen. Sederhana di satu sisi, rumit di sisi lain. Dalam pengalaman Draco, momen-momen, meski sederhana, memiliki kebiasaan yang...