01. Hari Kelulusan

407 35 7
                                    





<Happy reading>


(01)

"Hari Kelulusan"



Sinar duduk seorang diri di luar kelas hanya untuk menunggu 2 sahabatnya itu selesai make up-an.

Karna ini adalah hari kelulusan mereka untuk menuju kejenjang selanjutnya, yaitu SMA.

Banyak dari wali murid yang menghadiri acara kelulusan mereka. Terkecuali wali murid dari sinar.

Sinar tidak mempermasalahkan jika ibunya itu tidak bisa menghadiri acara kelulusannya. Lagipun untuk ayahnya itu sinar tidak tau siapa.

Yang jelas ibunya itu pernah cerita padanya. Jika dirinya ini adalah hasil dari pemerkosaan, dan hal ini lah yang membuat ibunya itu trauma terhadap laki-laki dan memilih untuk tidak bersuami seumur hidup.

Lulus TK, SD, sampai SMP sekalipun ia akan mengambil rapot nya itu sendiri.

Dulu waktu lulus TK dan SD orang mengira jika dirinya ini tidaklah memiliki keluarga satupun, karna ia yang selalu mengambil rapot sendirian tanpa pendamping. Tapi itu memang ada benarnya karna ia yang hanya memiliki ibu, dan hanya ibunya itu lah keluarga satu-satunya.

Tapi, ibunya itu selalu sibuk bekerja di kantor tanpa adanya waktu untuk dirinya.

Di tanya sang guru di mana wali pendamping untuk mengambil rapot, dengan tenang sinar menjawab. Tidak ada atau ibunya itu yang sangat sibuk di kantor.

Yang di tunggu pun akhirnya keluar dari kelas yang di jadikan Salon sementara.

Dia Lentera dan pelita. Terlihat begitu cantik. Ya walau dengan make-up yang begitu tebal tentunya, tapi tanpa make-up sekali pun mereka itu memang udah cantik, cantik dari kecil malahan.

Dari angkatan semua cewek yang akan lulus hari ini, hanya sinar lah yang tidak menggunakan make-up. Tidak ada alasan untuk itu, karna memang ia yang tidak menyukai saja. Memilih untuk terlihat alami saja tanpa bedak sedikit pun.

Sinar itu cantik?.... Tidak juga.

"Gimana nar?...Hasil Bu maya?...Ga terlihat tua kan?" Tanya Lentera dengan alis yang terangkat satu meminta pendapat.

"Cantik banget" puji Sinar mengangkat dua jempol seraya tersenyum tipis.

Pun lentera tersenyum malu-malu, pelita yang melihat hal tersebut pun seakan tau tujuan Lentera yang bertanya demikian pada Sinar.

"Bilang aja Lo mau di puji kan?" Seru Pelita tidak kalah cantik dari Lentera.

"Mana ada!" pekik Lentera.

"Ya udah ayo kita ke panggung" seru Sinar cepat di saat Pelita akan membalas ucapan Lentera.

Mereka pun beriringan menuju acara kelulusan yang di adakan di dalam gudang yang begitu besar yang terletak di samping lapangan bola basket.


(e•/•e)



1 Minggu hari kelulusan-nya dari SMP, dan 1 Minggu itu juga hari terakhir ia dan dua sahabatnya itu bertemu.

Karna mereka yang memilih untuk SMA di luar kota. Katanya si SMA-nya di sana itu begitu elit dengan pasilitas yang begitu bagus di bandingkan disini.

Waktu akan berpisah, mereka dengan keras mengajak Sinar untuk ikut bersekolah sama di sana, tapi Sinar menolak, bukan karna apa, Sinar males saja jika harus tinggal di apartemen sama seperti mereka, lebih baik ia SMA disini saja. Tinggal di rumah sang ibu yang begitu mewah dan megah.

Padahal SMA disini tidak ada bedanya, pasti pelajarannya akan sama. Pikir Sinar begitu.

Lagipun teman-nya disini tu banyak ga hanya mereka berdua itu, tapi mereka berdua itu lebih dari kata teman artian seperti sahabat atau seperti saudara yang Sinar anggap.

Sinar yang sibuk dengan film bahasa Inggris-nya pun menoleh pada pintu yang dibuka oleh sang ibu, sebut saja namanya Biana.

Biana menghampiri anaknya itu yang berada di atas kasur dengan laptop yang di atas perut.

Mendudukkan diri di tepi ranjang dengan amplop besar di tangannya.

Sinar membenarkan posisinya menjadi duduk, memberi jeda pada filmnya itu. Lalu meletakkan laptop-nya itu di samping bantal.

Menatap pada sang ibu, seperti bertanya. Ada apa?

"Semuanya sudah mama siapkan disini. Kamu hanya perlu menunggu hasil penerimaan saja"

Sinar yang mengerti mengangguk cepat, jangankan hanya untuk mendaftar ke SMA, bahkan SD, SMP pun ia mendaftar sendiri.

"Okey, Makasih ya ma" Tanpa menjawab Pun Biana pergi begitu saja dari kamarnya.

Sinar sedih di abaikan seperti itu??..... Tentu saja tidak! ia tidak peduli dengan perasaan dan memilih bodo amat.

Selagi hidup di kelilingi oleh harta yang berlimpah, kasih sayang dari orang tuanya tidaklah begitu penting menurut sinar.




(e-e)




Segini dulu,😁 kalo ada typo. Tolong di tandai ya biar gue perbaiki.

Thanks banget yang udah baca tapi jangan lupa pencet vote nya juga ya.

Juga follow akun gue, biar ada kabar up part.

Nih setangkai buah ceri buat Lo 🍒🤏




Lanjut part 2

Garis Takdir (Sinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang