04. Kabur Dari Kota

69 19 4
                                    





<Happy reading>




(04)

"Kabur Dari Kota




4 bulan berlalu.

Tabungan mulai menipis. Itu sangat membuat Sinar panik setengah mati, bagaimana tidak? Uang segalanya bagi dirinya, tanpa uang mungkin hidupnya akan menderita.

Banyak sudah yang ia lalui bersama uang penuh dengan kebahagiaan, contohnya seperti berbelanja sesuka hati, pergi kesana kesini bersama uang, bahkan Sinar pernah tertawa bersama uang.

"Lah yang benar aja ini, tinggal 1 juta!?"

"Kemana uang gue hilangnya?" Ucap Sinar tanpa sadar jika uangnya itu habis karna dirinya sendiri.

Rasanya Sinar ingin menangis kencang, karna uangnya yang hanya tersisa 1 juta.

Ia belum siap jika harus hidup miskin, dari kecil ia selalu hidup dengan harta yang berlimpah dari sang ibu, tapi karna sang ibu telah tiada, tapi Sinar tidak mau hidup miskin.

"Masa si gue harus cari pacar nguras duitnya? Bukan gue banget itu mah! Jijik!"

Sinar menggeleng cepat karna terlintas ide yang menyebalkan dalam pikirannya, ia tidak mau pacaran, sejujurnya sinar juga ada rasa trauma terhadap laki-laki sama seperti sang ibu, Sinar takut bernasib sama.

Di perkosa lalu di tinggalkan.

"Yakali gue kerja gantiin mama, lulus perguruan tinggi aja belum!" Sinar rasanya sangat frustasi hari ini.

Lalu ketokan pintu utama dari luar menyadarkan Sinar yang lagi menangisi nasibnya yang akan datang.

"Siapa si, ganggu orang lagi sad aja" Sinar pun bangkit menuruni anak tangga untuk membukakan pintu.

Setelah pintu terbuka, kerutan di dahi Sinar tercetak begitu jelas dengan dua orang bertubuh besar yang berpakaian serba hitam terlihat begitu menyeramkan dimatanya.

"Ada apa ya om?" Tanya Sinar semestinya.

"Kamu harus meninggalkan rumah ini, dan pergi hanya dengan barang pribadi mu saja" jawab salah satunya dengan tegas.

"Lah kenapa? Lagian ini rumah saya? Punya hak apa kalian ngusir saya dari rumah saya sendiri!?" Balas Sinar dengan marah, lagian ia tidak mengenali dua pria menyeramkan ini.

"Dengar... ibu mu itu sudah menjaminkan rumah ini dari tahun lalu, jika tidak percaya saya ada buktinya" pria satunya menyodorkan Sinar map berwarna coklat.

Sinar pun menerima map tersebut dan membuka isinya, lalu membacanya Dengan pupil yang membesar.

Benar kah ini? Ibunya memang menjaminkan rumah ini!, tapi kenapa?

Ada apa dengan ibunya itu hingga menjaminkan rumah semewah dan Semegah ini, apa waktu itu ibunya hampir bangkrut dengan meminjam ratusan juta di bank dengan jaminan rumah ini?

Jika benar, rasanya Sinar ingin menangis sekencang mungkin sekarang. Tapi ia tahan dengan mengubah ekspresi wajahnya untuk terlihat tenang.

"Berikan saya waktu satu hari ini aja ya om untuk tinggal disini, saya mohon, saya janji besoknya saya akan pergi" ucap Sinar memohon dengan wajah yang memelas.

"Pergi dengan menjual rumah ini terlebih dulu maksudnya" batin sinar tertawa jahat.

Dua pria itu saling bertatapan dan berbicara dengan berbisik.

"Baiklah, saya beri waktu hanya satu hari dan setelahnya kamu harus benar benar pergi dari rumah ini!"

"Baik om" balas Sinar dan dua pria itu pun pergi dari area rumahnya.

Buru-buru sinar menaiki tangga, Menuju kamar sang ibu untuk mencari surat rumah ini untuk ia jual sebelum pergi dari rumah ini.

Dan alhasil surat itu pun ia temukan didalam lemari yang terselipkan oleh pakaian mewah milik sang ibu.

Sinar pun tersenyum senang, ia tidak mau miskin, mungkin dengan menjual rumah ini ia akan mendapatkan ratusan juta dan akan tinggal di apartemen saja, walau pun Sinar tau mungkin akan hanya sementara karna uang itu akan habis kapanpun saja dengan seiringnya waktu.

Pun Sinar memasukkan pakaian yang penting saja dalam koper, karna ia bisa membeli pakaian nanti dari hasil jual rumah ini, tidak perlu harus banyak-banyak dan ambil pusing.

Sinar pun keluar dari rumah, karna ia yang tidak bisa mengemudi mobil, sangat di sayangkan jika mobilnya itu juga harus ia tinggal disini.

Tapi ia juga akan menjual mobil tersebut, pun taksi online yang di pesan Sinar akhirnya datang. Buru-buru untuk sinar masuk.




(e•/•e)





Sinar berhasil menjual rumah dan mobil tersebut dan rekeningnya pun terisi Miliaran juta uang didalamnya.

Sekarang sinar harus memikirkan bagaimana kehidupannya di masa yang akan datang dengan uang yang ia pegang untuk sekarang, ia harus berpikir lebih dewasa agar hidupnya tidak menyedihkan tanpa uang.

Sejak menjual rumah Sinar sudah membeli tiket penerbangan keluar kota yang ingin ia tuju.

Sebelum benar-benar pergi jauh dari bagian kota ini, Sinar menyempatkan diri pergi ke Kota ibunya yang di bunuh, sinar jadi merindukan ibunya itu.

Sebelum pergi kemakam sang ibu, sinar terlebih dahulu pergi ke kantor polisi ingin mengetahui adakah informasi dari si pelaku.?

Mungkin saja ada, karna hampir 4 bulan lebih pembunuhan ibunya itu terjadi, tidak mungkinkan si bapak polisi itu tidak menemukan bukti apa-apa? Atau malah pelakunya itu sudah ketangkap? Pikir sinar begitu.

"Malam pak" sapa sinar.

"Iya, malam dek."

"Ini saya pak, sinar dari anak Bu Biana, apa bapak sudah menangkap pelaku-nya pak.?"

"Belum dek, pencarian masih berjalan saat ini, saya bersama tim saya belum mendapatkan bukti apapun untuk saat ini, tapi kami akan terus berusaha mencari pelaku." ucap pak polisi itu dengan begitu lugas.









Sinar itu baik kok😃 dia ga licik, hanya saja sinar ga mau hidup miskin udah itu aja.








Lanjut part 5

Garis Takdir (Sinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang