05. Melamar Sekolah

77 16 5
                                    

<Happy reading>

(05)

"Melamar Sekolah"



Setelah dari makam sang ibu, kini sinar berada jauh dari kota ia tinggal dengan memalsukan identitasnya, takut jika ia akan di cari habis oleh si rentenir bank karna telah berani berbohong dan menjual rumah yang sudah dijaminkan oleh ibunya itu.

Sinar sekarang tinggal di apartemen, merebahkan tubuhnya di atas kasur yang begitu empuk melepas rasa lelah di seluruh tubuhnya.

Alasan sinar memilih untuk tinggal di apartemen di Bandingkan ngontrak, karna ia yang sudah terbiasa hidup mewah sejak kecil, tidak ingin repot dengan urusan ini dan itu, tinggal bayar tanpa ribet dan semua pun akan beres.

"Sekolah gue gimana?... Apa gue harus lanjut sekolah disini?" Gumamnya berpikir.

Sinar bangkit karna tersadar sesuatu, tunggu, apa dirinya ini berada di kota sang ayahnya itu tinggal?

Ibunya itu pernah cerita tentang sang ayah padanya semasa waktu kelas 5 SD dulu.

Bahwa sang ayah adalah seorang CEO ternama tapi kok brengsek?

Sinar jadi memiliki tujuan disini. Yaitu mencari sang ayah sebelum ia yang akan hidup jatuh miskin jika hanya menaruh hidup pada tabungannya itu tanpa adanya pekerjaan.

"Tapi apakah ayah gue itu masih hidup apa malah udah mati? Bakal sia-sia dong gue nyarinya kalo orang yang gue cari malah udah berada di dalam gundukan tanah!"

Huh.

Sinar pasrah dengan keadaan, tapi mencoba untuk mencari tidak ada salahnya kan?

(e•/•e)

Pagi ini Sinar berkutik dengan pikirannya untuk mencari sang ayahnya disini, dengan jalur ia juga harus tetap melakukan sekolah setiap harinya agar jalan menuju kesuksesannya tidak lah putus.

"Ayah gue itu ciri-ciri nya gimana ya? Disini mah banyak banget pria CEO ternama dan terkaya, yakali semua pria CEO disini ayah gue semua?" Geram Sinar.

Sinar berpikir keras hanya untuk mengingat nama sang ayah, tapi seperti yang terekam di dalam otaknya, bahwa sang ibu sepertinya tidak pernah menyebut nama sang ayah padanya.

Menyebalkan memang.

"Tunggu...Tapikan mama gue ini diperkosa sampai hamil dan keluar nya itu gue, sedikit cerita tentang ayah, artinya mama kenal ayah dong, dan pasti ayah kenal mama!"

"Tapi apa itu mungkin?" Ucap sinar jadi ragu sekarang.

"Tapi ini menyenangkan, bagaimana gue ini detektif yang harus memecahkan masalah teka-teki yang tersembunyi Yang tidak begitu serius, tapi menurut gue ini sangat serius" sinar pun tersenyum lebar.

"Ayah, anakmu ini akan datang hanya untuk menguras harta mu saja, Hahahah." sinar pun tertawa jahat.

"Bercanda kok ayah" ucap sinar cepat menghentikan tawa jahatnya.

(e•/•e)

Saat ini Sinar berada di Mall yang begitu luas dan megah, banyak sekali pengunjung yang datang, bagaikan semua kecil yang mengelilingi sarangnya.

Tujuan Sinar kesini tentunya untuk berbelanja sesuka hati dan bersenang-senang untuk sebentar.

Hampir 3 jam lebih Sinar bersenang senang cukup sudah untuk dirinya segera pulang dengan puluhan tas belanja yang ada di tangan kiri dan tangan kanannya.

Dengan asal Sinar menaruh puluhan tas belanjanya itu di lantai segera menuju kamar mandi karna ia yang kebelet pengen pipis.

Lega. Itu yang dirasakan Sinar sekarang, merebahkan tubuhnya terlentang di atas kasur.

Sinar memencet tombol ikon ponselnya hanya untuk mengetahui jam berapa sekarang.

Jam 16:20 sore? Ya ini waktunya untuk Sinar melamar sekolah menjadi murid di SMA sekarang keburu malam.

Menuju sekolah dari jarak apartemennya sungguh sangat jauh, memakan waktu 20 menit dengan ber-taksi, artinya sinar akan ber-taksi setiap hari nantinya, kalo pun berjalan mungkin 1 jam ia baru sampai.

Sinar pun tiba di depan gerbang SMA NEGARA MAJU.

Gerbang-nya saja udah terlihat begitu mewah gimana di dalamnya?

Sinar melangkah mendekat dengan pak sopir taksi yang ia suruh untuk tetap menetap disini menunggu dirinya.

Disini terdapat dua satpam sekaligus untuk menjaga gerbang sekolah ini.

"Maaf pak, kepala sekolahnya masih ada di dalam?" Tanya Sinar pada pak satpam yang menjaga disebelah kanan.

"Ada keperluan apa dengan kepala sekolah?" Tanyanya begitu tegas.

"Karna ini, bapak pasti ngerti" Jawab Sinar memamerkan map berwarna coklat jikalau dirinya ingin melamar menjadi murid di SMA ini.

Satpam kanan memberikan isyarat pada satpam kiri untuk membukakan gerbang.

Pun gerbang terbuka, tapi di buka kecil, itu tidak masalah bagi Sinar ia pun masuk kedalam dengan di ikuti si satpam kiri dari belakang.

Mungkin menunjukkan arah menuju ruang kepala sekolah pikir sinar begitu.

Hingga tibalah Sinar di ruang guru yang begitu sepi, hanya ada dirinya dan si ibu kepala sekolah ini yang terlihat begitu awet muda, cantik dan anggun.

Wanita cantik setengah baya itu sangat fokus membaca data sinar, membuat sinar jadi takut jikalau ia tidak diterima prihal nilainya yang rata rata di bawah 70, sangat memalukan! apalagi rengking-nya itu 39 dari 42 siswa dari hasil rapot semester pertamanya.

"Kamu saya terima di sekolah milik saya ini" ucapan wanita itu membuat sinar tertegun.

"Milik saya?, wow.... Jadi nih sekolah milik wanita ini? gue kira tadi milik negara, tapi kok mukanya songong gitu ya?" batin sinar.

"Makasih Bu" ucap sinar tersenyum simpul tapi senyumannya itu tidak di respon malah wanita itu terlihat sombong.

"Nyesel gue senyumin Lo" batin sinar berbicara mengeratkan giginya menahan kesal.


(e-e)







Lanjut part 6

Garis Takdir (Sinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang