19. Kecewanya Evandi

29 10 0
                                    





<Happy reading>



(19)

"Kecewanya Evandi"



Sinar berada di dalam apartemennya saat ini ia tidak peduli akan pertemuan yang di minta oleh ayahnya Rain sore ini lagipun apa pentingnya.

Sinar yang laper dan males untuk masak pun memilih untuk memesan makanan secara online karna ini sudah menjadi kebiasaannya, pemalas dan lebih memilih cara yang mudah.

Tapi tiba-tiba saja jaringan internet menghilang begitu saja, Sinar tidak bisa memesan makanan secara online jika seperti ini, karna perutnya Sangat lapar pun Sinar memilih makan di luar saja.

Dengan tampang males nya Sinar memakai baju asal-asalan Tanpa memikirkan cara berpakaiannya yang terlihat acak-acakan dengan baju Hoodie dan rambut yang di biarkan tergerak acak.

Sinar pun tiba di sebuah tempat makan yang begitu mewah ini baru pertama kalinya ia mengunjungi tempat ini.

Sinar pun memesan lebih dari 10 makanan yang tersedia di sini, ia tidak peduli dengan harga makanannya selagi uang tabungannya itu cukup untuk membayar itu tidak menjadi masalah.

Setelah makan yang membutuhkan waktu 35 menit pun Sinar selesai dengan kegiatan makannya Lalu akan membayar dengan kartu kredit nya.

Tapi dikatakan bahwa uang yang ada di kartu kredit nya itu bernilai nol rupiah lalu bagaimana cara sinar akan membayarnya?

Sinar juga di buat syok akan ucapan pelayan itu kenapa ia tidak mengecek uangnya terlebih dahulu Sinar tidak menyadari akan hal itu ia selalu menggunakan uangnya itu tanpa berpikir.

"Kalo tidak mampu, jangan pergi kesini!" Marahnya ia yakin jika gadis ini hanyalah orang miskin yang berani makan di tempat restoran atasannya terlihat jelas dari cara berpakaian Sinar.

Sinar malu sekarang, banyak pasang mata tertuju padanya karna ia yang di marahin habis oleh si pelayan restoran ini karna tidak membayar, bukannya Sinar tidak mau membayar tapi uangnya saja yang habis entah kemana.

"Berapa biaya semuanya?" ucap seorang pria yang tak lain adalah Evandi.

Pun Sinar dan dua pelayan restoran ini menoleh pada Evandi.

"43 juta" jawab si pemilik restoran ini menghampiri 4 orang yang menoleh padanya.

Dia Siska sahabat Alisa namun mereka bertengkar dan memutuskan hubungan persahabatan waktu semasa kuliah dulu dan menjadi saingan di bisnis restoran.

Evandi pun mengeluarkan kartu kredit nya dan menyerahkan pada Siska untuk membayar semua pengeluaran pada makanan Sinar.

Siska menerima kartu itu lalu menggeseknya pada mesin yang di pegang oleh pelayan nya.

Semuanya terbayar lunas Siska mengembalikan kartu kredit itu pada Evandi, tidak ingin berlama pun Evandi membawa Sinar untuk ikut dengannya pergi keluar bersama tapi suara Siska menghentikan langkah Evandi.

"Gimana kabar Alisa?"

Pun Evandi menoleh pada Siska sama halnya dengan Sinar.

"Untuk apa kamu mempertanyakan tentang kabar istriku?" Balas Evandi dengan bertanya ia yakin itu hanya basa-basi semata, Istrinya itu pernah cerita padanya jika Siska menyukainya semasa kuliah dulu.

"Aku hanya ingin tau saja, sudah lama aku tidak bertemu langsung dengannya."

Sinar yang bingung akan situasi orang dewasa pun memilih pergi dan itu menyadarkan Evandi.

Sinar berhasil keluar dari restoran itu dan ingin pulang ke apartemennya saja, tapi ia menyadari sesuatu bahwa ia sekarang tidak memiliki uang sepersen pun.

Apakah ini hari terakhirnya di dunia ini? Haruskah sekarang sinar membunuh dirinya sendiri?

Kenapa ia merasa tidak siap untuk mati? Rasanya ia ingin hidup lebih lama lagi, aneh itu yang dirasakan Sinar sekarang.

Hingga sebuah tangan besar mendarat di bahunya pun Sinar menghentikan langkahnya menoleh pada si pelaku.

Dia ayahnya Rain, orang yang baru saja membayarkan semua makanannya di restoran tersebut.

"Kamu tidak jujur!" Sentak Evandi begitu menusuk.

"Apanya yang tidak jujur?" Batin sinar berbicara menatap takut pada Evandi yang begitu tegas padanya.

"Dan kamu tidak menempati janji!" Tambah Evandi.

Sinar mengerti sekarang, lagian ia tidak mengiyakan ajakan pria ini waktu menerima secarik kertas yang pria itu kasih padanya.

Untuk jujur rasanya memang benar sinar tidak Sudi membersihkan coretan yang ia berikan pada wajah Rain waktu di sekolah tadi.

"Ternyata kamu anak yang tidak tau diri! Tidak mengucapkan terima kasih setelah apa yang saya buat untuk mu!, pergi begitu saja sungguh tidak sopan! dimana orang tua mu hah! Sangat tidak mendidik anaknya dengan benar!"

Ucapan itu bagaikan batu besar yang menghantam kuat hati kecil sinar, begitu menyakiti hatinya, air mata sinar pun membendung di kelopak matanya.

Hatinya berdenyut sakit, sungguh perkataan pria dewasa itu sangat menyakiti hatinya, apalagi mengenai didikan orang tua, sinar memang tidak pernah dididik oleh ibunya itu ia hidup tumbuh dengan sendirinya tanpa kasih sayang sang ibu ataupun ayah.

Evandi sadar akan ucapannya, ia kelepasan akan berkata demikian.

"Maafkan saya, saya tidak bermaksud" ucap Evandi sungguh-sungguh sinar yang mendengarnya tersenyum kecut.

"Om tidak salah kok, saya memang salah disini" ucap sinar terdengar parau.

"Saya akan melunasi hutang saya ke om, tapi untuk saat ini saya ga bisa bayar langsung, kalo begitu saya pamit" ucap sinar ia sudah tidak bisa menahan air matanya yang ingin jatuh, ia tidak mau menangis di hadapan orang lain.

"Saya akan anggap hutang kamu lunas, jika kamu mau bekerja untuk saya" ucap Evandi cepat sebelum sinar akan melangkah pergi.




(e-e)


Kok bisa si tiba-tiba Evandi ada di restoran miliknya Siska?🤔

Jawabannya karna Evandi yang melihat Sinar berada di dalam restoran saingan istrinya itu pun nekat untuk masuk.

Karna restoran itu sepenuhnya terbuat dari kaca dan sangat tembus pandang terlihat

Karna hampir 1 jam lebih Evandi menunggu kedatangan Sinar di sebuah cafe tidak juga datang, membuat Evandi pun berniat akan menghampiri Elevia untuk bertanya data informasi mengenai Sinar, tapi di perjalanan mata Evandi menangkap gadis yang ia tunggu berada di restoran Siska dalam keadaan terdiam di saat dua pelayan memarahinya.








Lanjut part 20






Garis Takdir (Sinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang