20. Awal Di Mulai

43 10 0
                                    





<Happy reading>



(20)

"Awal Di Mulai"





"Saya akan anggap hutang kamu lunas, jika kamu mau bekerja untuk saya" ucap Evandi cepat sebelum Sinar akan melangkah pergi.

"Kita berbicara di lain tempat saja" pungkas Evandi sangat mengerti raut wajah gadis itu yang seperti tidak mengerti akan ucapannya barusan.

Kini mereka berdua tiba di sebuah taman kecil yang begitu sepi.

Sinar tidak menatap curiga pada ayahnya Rain, ia percaya jika ayahnya Rain ini orang baik, sangat baik mungkin pikir sinar begitu.

Mereka berdua pun duduk di bangku panjang dengan jarak yang lumayan jauh.

Tanpa ingin membuang waktu lagi pun Evandi mulai berbicara.

"Saya mau kamu menjadi penghalang antara Rain dan Bulan"

"Anggap saja kamu seperti bekerja untuk saya, saya akan gaji kamu, dengan gaji 100 juta perhari, apa itu kurang?" Lanjut Evandi dengan serius ia tidak main-main.

Rasanya ini seperti mimpi bagi Sinar, bagaimana tidak? di tawarkan untuk bekerja dengan di gaji 100 juta perhari itu sangat menggiurkan dan akan sangat sayang sekali jika ia tolak.

Lagipun sekarang Sinar memang sangat membutuhkan uang untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

"Maksud om saya hanya harus memisahkan Bulan dari Rain, gitu ya?"

"Benar, tapi waktu mu hanya 2 bulan saja."

"Jika dalam waktu 2 bulan saya gagal? Gimana tuh om?"

"Mungkin saya akan jual semua organ tubuh mu untuk menggantikan semua uang saya!"

Sinar di buat merinding akan ucapan Evandi yang terdengar tidak main-main.

"Tapi jika kamu berhasil bahkan kurang dari waktu 2 bulan, saya akan kasih kamu bonus 10 kali lipat dari gaji mu perhari" lanjut Evandi dengan mode seriusnya.

Sinar berpikir dua kali, disaat-saat seperti ini ia memang sangat membutuhkan uang, tapi harus kah dengan cara menjauhkan Bulan dari Rain yang sangat dekat?, Sinar tidak mau di cap pelakor nantinya.

"Akan saya tambah menjadi 500 juta perhari, gimana?" pungkas Evandi ia tidak mau sampai gadis ini menolak tawarannya. Apa yang ia pilih sekali ya akan orang itu lah satu-satunya.

Dengan cepat sinar menoleh pada Evandi seakan tidak percaya atas ucapan pria ini barusan.

Jika benar seperti itu Sinar tidak akan berpikir dua kali, ia akan sangat mempersetujui pekerjaan yang di berikan ayahnya Rain tidak sulit hanya memisahkan dua sejoli itu saja.

"Saya terima" jawab Sinar, jawaban itu membuat Evandi senang.

"Siapa nama mu?"

"Sinar om"

"Baiklah Sinar, kerjakan dengan baik, apapun cara mu untuk memisahkan Bulan dari Rain om tidak akan mempermasalahkannya, om percayakan ini pada mu" ucap Evandi begitu lugas.

(e•/•e)

Di mulai dari pagi ini pun Sinar akan melaksanakan tugasnya dari om Evandi, ia memiliki ribuan cara untuk memisahkan Bulan dari Rain karna meniru tips dari mba google yaitu mencari perhatian si cowok, buat dia jatuh hati, harus peduli, dan lebih banyak lagi.

Tapi dari ribuan tips mba google sinar hanya memilih satu. Yaitu hanya harus membuat Rain menjadi pacarnya, maka dari itu Bulan akan menjauh dengan sendirinya jika Rain itu menjadi miliknya, pikir sinar si begitu.

Sinar tidak akan mengubah sedikit pun dirinya hanya untuk terlihat menarik di mata rain, sinar ya tetap sinar tidak menyukai yang namanya itu ribet.

Berpenampilan seperti biasa pun dengan senang Sinar menuju kelasnya ia akan mulai rencananya itu dengan perlahan.

Jam istirahat ini sinar akan memulai aksinya yaitu hanya untuk mencari perhatian rain tanpa harus melibatkan Bulan dalam misinya, lagi pun Bulan tidak tercatat dalam tugasnya yang di berikan om Evandi padanya.

Jika sinar memulai dari Bulan seperti membully, mencaci maki, berkata kasar, itu sama halnya menyakiti Bulan dan di pastikan Rain tidak akan tinggal diam, cowok itu pasti akan membalaskan semua itu dengan kejam.

Maka dari itu pun Sinar hanya harus mendekati Rain saja, karna dikatakan oleh om Evandi jika Bulan dan Rain itu tidak memiliki hubungan apapun, jadi tidak mungkinkan jika Bulan itu keberatan jika dirinya mendekati Rain.

(e•/•e)

Mata Sinar melirik kesana kesini, untuk mencari keberadaan Rain, itu membuat Pelita heran akan gerak-gerik Sinar ia pun bertanya.

"Lo cari siapa emang?"

"Cari jodoh gue, dari tadi kaga kelihatan."

"Becanda Lo ga lucu!" Ketus Pelita, sejak kapan Sinar mau cari jodoh bukannya dia itu katanya trauma?

"Lihh...siapa juga lagi becanda, orang gue ngomong serius juga."

Alis Pelita terangkat "Emang siapa jodoh Lo?"

"Rain" jawab sinar matanya masih mencari sosok cowok itu seraya menyelusuri koridor bersama pelita.

Pelita tercengan bukan main akan ucapan sinar barusan, apa sahabatnya ini sedang gabut? Sampai ngawur ngelantur begitu.

"Dih, becanda Lo jauh banget!"

"Biarin" sahut Sinar.

"Nah itu dia" pekik Sinar saat matanya menangkap jelas sosok Rain bersama Bulan yang menuju kelas melukis.

Tapi langkahnya terhenti, karna Pelita mencengkal lengannya cukup kuat.

"Lah apa?"

"Jangan cari masalah!"

"Ga lah, orang gue cuma mau nyamperin jodoh gue."

"Lo gabut atau apasi!" Pelita seperti mencari kebohongan pada diri Sinar, kenapa Sinar seperti tiba-tiba berlagak jadi pengejar begini, padahal di 1 bulan yang lalu sinar membenci Rain, prihal masalah bola.

"Sinar!, Pelita!" Secara bersamaan Sinar maupun Pelita menoleh pada seseorang yang memanggil nama mereka.







Lanjut part 21













Garis Takdir (Sinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang