15. Bulan Yang Takut

39 10 0
                                    




<Happy reading>

(15)

"Bulan Yang Takut"


Alisa yang sedang membaca buku di ruang tengah pun kedatangan sang suami.

Dengan heran pun Alisa bertanya.

"Loh mas? Apa pertemuannya di batalkan?"

Evandi yang lelah pun menoleh pada sang istri.

"Iya, di ganti dengan pertemuan regan di luar kota, tapi pertemuannya di adakan dalam tiga hari lagi" Jawab Evandi.

Alisa pun meraih koper Evandi untuk kembali menyusun pakaian suaminya itu di lemari.

(e•/•e)


Pulang dari sekolah Rain mengajak Bulan untuk ikut kerumahnya atas permintaan sang mama yang katanya sangat merindukan Bulan.

Jika ayahnya itu pergi keluar negri untuk beberapa hari, maka dalam beberapa hari itu juga Bulan akan selalu berkunjung tanpa di minta.

Tapi jika dirumah ada ayahnya, Bulan engga berani untuk berkunjung karna Evandi yang tidak menyukai Bulan, sama halnya dengan Bulan ia juga tidak menyukai keberadaan Evandi.

Tanpa alasan yang jelas Bulan membenci Evandi, sedangkan Evandi tidak menyukai bulan karna merasa bahwa Rain seperti di pengaruhi oleh gadis seperti Bulan.

Tapi nyatanya tidak begitu.

Rain dan Bulan pun tiba di rumah, mereka pun masuk dengan pintu yang di buka oleh pembantu.

Rain menggenggam tangan Bulan menuju ruang tamu sebagaimana Bulan yang menjadi tamu disini.

Tapi siapa sangka ternyata ada Evandi di ruang tamu yang sangat menatap tajam pada genggaman tangan dua sejoli itu.

Buru-buru untuk Bulan melepaskan tangannya dari genggaman tangan Rain.

Alisa yang menyadari kedatangan dua remaja itu pun hanya bisa tersenyum kecut, ia lupa untuk mengabari Rain untuk membatalkan membawa Bulan kerumah karna ada suaminya ini di rumah.

"Ayo sayang sini" ucap Alisa mencairkan suasana.

Pun mereka berdua menghampiri Alisa tapi gerakan bulan tertahan.

"Aku mau pulang aja ka, tolong Anterin aku" Pinta Bulan ketakutan saat di tatapan begitu tajam oleh Evandi, tangannya bergetar sekarang.

Rain pun menatap sekilas pada ayahnya itu, ayahnya tidak menatap mereka tapi kenapa Bulan sangat ketakutan?

Disaat Bulan akan berbalik dengan menarik lengan Rain suara Evandi menghentikan langkah Bulan.

"Sopan kah, ketikan sudah masuk ke rumah orang dan ingin langsung pergi begitu saja tanpa pamit!" Ucap Evandi begitu terdengar ketus.

"Mas!" peringat Alisa tidak enak pada Bulan, Evandi tidak peduli juga.

Evandi bangkit dari duduknya untuk menghampiri Bulan yang takut padanya, pun Bulan bersembunyi dibalik tubuh kekar Rain.

"Bulan! Jauhi anak saya, kamu terlalu jauh mengubah Rain sampai dia merelakan keinginannya sejak kecil yang ingin berkuliah di Harvard university Hukum!" Ucap Evandi begitu tegas.

Bulan bergetar hebat di balik tubuh Rain, Rain bisa merasakan itu semua karna Bulan yang meremas baju belakangnya sangat menggambarkan Bulan sangat ketakutan sekarang.

"Itu tidak ada saut paut nya dengan Bulan ayah!, aku memang tidak ingin berkuliah di universitas itu, itu hanya keinginan semata dari ku waktu kecil!" Jawab rain tak kalah tegas, penolakannya itu atas kemauannya sendiri, tapi kenapa ayahnya itu malah marahnya pada Bulan?

Bulan menangis di belakang tubuh Rain, ia sungguh sangat takut, hatinya berdenyut sakit apa lagi saat Evandi menyuruhnya untuk menjauhi Rain, ia tidak bisa harus jauh dari Rain, Rain sangat berarti dalam kelangsungan hidupnya, baginya Rain itu seperti jantung untuknya tidak bisa hidup jika tidak bersama Rain disisinya sampai saat ini.

"Jika tau akan seperti ini! ayah tidak akan mendaftarkan mu Rain, tapi ini tidak bisa di batalkan, sama saja kamu membuat ayah mu ini malu didepan angkatan ayah yang menjadi dosen mu nantinya!" Tegas Evandi begitu murka menatap Rain begitu tajam ia sungguh sangat kecewa.

Dulu saja waktu Evandi masih muda yang berkuliah disana, iya sangat dipandang oleh teman satu angkatannya itu, terlahir dari keluarga kaya, pinter, keturunan darah Jerman, dan tidak pernah membatalkan sesuatu yang sudah di tanda tangani, tapi anaknya ini?... tidak tau diri!

Evandi hanya harus terus memaksa Rain saja agar anaknya itu berkuliah sesuai keinginan Rain sejak kecil, mengancam pun dengan iming-iming tidak akan mendapatkan harta sepersen pun tidak akan mempengaruhi Rain, anaknya itu pasti akan lebih memilih pergi dari sini hanya karna gadis sialan itu.

"Jika itu keinginan ayah, aku akan berkuliah disana dengan membawa Bulan ikut bersama ku" pungkas Rain.

Setelah mengatakan demikian Rain pun memilih pergi saja untuk mengantarkan Bulan kerumah cewek itu, dengan menggenggam tangan Bulan tentunya.



(e•/•e)



Tiba di depan rumah Bulan, sebelum Rain pergi Bulan memeluk erat tubuh Rain dengan menangis.

"Jangan tinggalin aku ka, aku ga mau kehilangan kaka!" Bulan semakin terisak pilu di pelukan Rain.

"Tidak akan Bulan, kita akan tetap bersama" ucap Rain menenangkan Bulan dengan mengelus lembut rambut panjang Bulan.

"Kamu tidak perlu takut Bulan, aku tidak akan pergi jauh dari mu, aku akan tetap bersamamu, berada tepat di samping mu, sampai kapanpun itu" tutur Rain, Bulan mendongak menatap Rain.

Rain tersenyum dengan mencium pucuk kepala Bulan dengan sayang.



(e-e)









Lanjut part 16

Garis Takdir (Sinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang