22. Cinta Duit Ke Cowok Itu Beda

32 9 0
                                    








<Happy reading>



(22)

"Cinta Duit Ke Cowok Itu Beda"




Kedatangan Rain bersama Bulan yang kini memasuki kantin sontak mengalihkan perhatian Sinar.

Sinar akan mulai misinya itu dari sekarang, ia tidak mau membuang-buang waktu untuk menjauhkan Rain dari Bulan.

Waktunya hanya 2 bulan dan itu sangat singkat baginya, jika ia gagal tamat lah riwayatnya di tangan Om Evandi.

River yang melihat Rain pun memanggil cowok itu untuk ikut gabung duduk bersama dengan mereka.

Tapi Bulan mencegah Rain yang ingin menghampiri River di sana.

"Kita duduk disini aja ya ka" pinta Bulan, Rain yang mengerti pun mengabaikan tatapan River.

Petir dan Ganta melihat hal tersebut bahwa Bulan seperti melarang Rain untuk gabung bersama mereka.

Sinar beranjak dari duduknya sontak mereka yang satu meja dengan Sinar menatap pada cewek itu.

Pelita maupun Lentera tidak bertanya mau kemana cewek itu, tapi Pelita di buat sadar akan arah Sinar yang menuju ke arah Rain dan Bulan di sana.

Ia jadi teringat perkataan Sinar mengenai jodoh, ia jadi heran dengan Sinar seperti ingin menjauhkan Bulan dari Rain, apa cewek itu dendam? Karna yang Pelita ingat waktu kejadian prihal bola 1 bulan lalu Sinar seperti tidak menyukai Bulan mengatai Bulan cewek lebay yang so lemah katanya begitu.

Langkah Sinar terhenti karna bel masuk telah berbunyi nyaring menggelegar di penjuru sekolah, semua siswa pun beranjak untuk masuk kedalam kelas termasuk Sinar yang kini di rangkul oleh Pelita.



(e•/•e)



Hingga bel pulang pun Sinar mencari sosok Rain di area parkiran berharap cowok itu masih ada di sana. Ia ingin pulang di bonceng oleh Rain, Tapi nyatanya tidak ada. Ia kalah cepat dengan Bulan yang mungkin saja sudah pulang bersama dengan Rain pikirnya begitu.

"Nar kapan-kapan datang gitu ke apartemen kita" ucap Lentera ia memiliki rencana ingin bergadang bersama seperti dulu waktu SMP.

Mereka bertiga berhenti tepat di depan gerbang.

"Langsung gas aja gimana?" Balas Sinar.

Mereka senang akan jawab Sinar. Dan taksi pesanan Lentera pun tiba, mereka bertiga pun masuk kedalam taksi duduk di kursi belakang.

Tiba di dalam apartemen Lentera dan Pelita, Sinar langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang.

"Huh capek" keluh Lentera mendudukkan dirinya di samping Sinar.

"Sekalian gue nginep ga papa kali ya?"

"Kayak sama siapa aja, ya ga boleh lah."

"Hah?, ga boleh?" Sinar membenarkan posisinya jadi duduk menatap pada Lentera.

"Kenapa?" Lanjutnya, Lentera menoleh dengan heran.

"Kenapa apanya?"

"Tadi Lo bilang gue ga boleh nginep, ya kenapa?"

"Kapan bilang!"

"Tadi lah!"

"Ga ada."

"Dih!"

"Apasi, Lo aneh, mana mungkin gue ngomong begitu!"

"Lah terus yang jawab omongan gue di awal tadi siapa?"

"Ya ga tau, emang tadi lo ngomong apaan?"

Sinar terdiam, ia merasa aneh akan respon Lentera yang seperti benar-benar tidak mengatakan hal itu, Ia kira Lentera bercanda padanya tadi.

"Lo mimpi kali!" Tambah Lentera dengan ketus.

Sinar mengulang kejadian 1 menit yang lalu, ia merasa jika yang menjawab itu memang lah suara Lentera.

Sinar merasa seperti Dejavu oleh kata, perkataan seperti itu pernah ia dengar dari seseorang, tapi siapa? kenapa susah untuk ia ingat, dan kapan?

"Apartemen Lo kayaknya ada hantunya deh."

"Ga usah ngawur."

Pelita datang dari arah dapur seraya membawa nampan yang berisikan 3 mangkuk salad buah, lalu menaruhnya di atas meja kaca.

Tanpa harus di suruh, Lentera dan Sinar pun mengambil salad buah tersebut.

"Seperti keinginan gue waktu di awal, kalian mau kan bantu gue jadian sama Rain?"

"Bukannya Lo jijik dan hanya becanda waktu itu?" Ucap Lentera mengingat perkataan Sinar.

Memang waktu itu Sinar hanya bercandaan saja, lagian ia tidak mau berpacaran juga, jangan kan pacaran suka sama seseorang aja dia tidak pernah.

"Kan buat nguras duitnya, bukan mau orangnya, soalnya tabungan gue menipis nih, gada pemasukan, secara Rain belum punya pacar juga" perkataan itu hanya alasan yang Sinar buat, ia tidak mau dua temannya itu tau bahwa dirinya sedang melakukan tugas dari om Evandi.

"Emang Rain mau sama Lo? Di lihat dari segi apapun, Lo kayak ga cocok buat dia."

"Ga cocok karna gue ga secantik kayak Bulan? Gitu ya!" Ketus sinar.

"Eh... ga gitu elah, Lo itu cantik nar, cuma ya, gini aja, kayaknya Lo ga akan bisa pacaran sama Rain, dia itu ga gampang luluh orangnya apalagi tertarik"  jelas Lentera.

"Usaha dulu, siapa tau dia suka balik, kayak di cerita wattpad-wattpad gitu."

"Di kejar secara bruntal dan ugal-ugalan dulu, terus berubah, nah di kerja balik dah tuh sama dia" lanjut Sinar.

Lentera dan pelita saling bertatapan. "Emang Lo mau kayak begitu?" Tanya Pelita sedikit ragu. Sangat di luar dugaan jika sinar seperti itu.

"Demi duit, gue rela."

"Kalo begitu Jadi l*n*e aja, lebih banyak dapet dari pada minta ke pacar!" Saran Lentera membuat Sinar tersedak dengan salad buat yang ia makan.

"Anjir Lo! Gue ga semurahan itu kali!" Kesalnya, maksud sinar tidak begitu, ia rela demi uang bukan berarti harus jadi Jalang, Cinta ke duit sama cinta ke cowok itu prinsipnya beda.

Cinta ke duit berarti harus kerja.
Cinta ke cowok berarti harus di kejar.

Dan Sinar melakukan hal itu karna sedang melakukan tugas dari perintah om Evandi padanya, anggap saja ia sedang bekerja yang di gaji dengan 500 juta perhari.





Lanjut part 23













Garis Takdir (Sinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang