14. Bukan Galau Hanya Mikir

34 11 0
                                    





<Happy reading>





(14)

"Bukan Galau Hanya Mikir"




Pagi ini Rain akan tetap pergi ke sekolah walau dalam keadaan tubuh yang masih terasa sakit.

Rain tidak mau membuat Bulan takut sendirian di sekolah jika ia tidak hadir.

Saat Rain baru keluar dari kamar, Rain sudah mendapati sang ayah dengan koper yang pria itu bawa.

Rain bisa menebak kemana ayahnya itu akan pergi, kemana lagi kalo bukan keluar negri untuk menjalin bisnis bersama.

Rain tidak ikut sarapan bersama, ia pergi begitu saja tanpa berpamitan pada kedua orangtuanya.

Setibanya di sekolah Rain menuju kelas Bulan terlebih dahulu sebagaimana ini hampir setiap hari ia akan sarapan bersama dengan Bulan di kantin.




(e•/•e)





Sinar yang masih tertidur pun terusik atas suara bel yang menggelegar di dalam ruangannya.

Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul pun sinar beranjak untuk membukakan pintu tersebut.

Seorang resepsionis.

"Ini ya dek, segera di lunasin" ucapnya tersenyum simpul lalu pergi begitu saja setelah memberikannya secarik kertas.

Sinar pun menutup pintu terlebih dahulu lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan membaca kertas tersebut.

"What!"

"Semahal ini kah?"

"Bisa-bisa seperempat dari tabungan gue habis hanya untuk membayar apartemen ini!"

"Baru juga tinggal 1 bulan, gimana bayar di bulan nantinya?"

"No! No! No! Gue ga mau hidup miskin!"

"Tapi, gue juga yang ga bisa iritan."

Sinar panik sekarang, jika ia membayar penagihan apartemen ini untuk sekarang sudah di pastikan sisa uangnya itu tidak akan bertahan lama dan akan habis kapanpun dalam satu Minggu ke depan.

"Okey, gue harus tetap tenang" sinar menarik nafas dalam-dalam sembari menutup mata.

"Ga boleh stress nanti gue gila!" Lanjutnya seraya memegang kepalanya seakan pusing.

Sinar pun memilih mandi sekarang karna jam yang sudah menunjukkan pukul 07:20 pagi.


(e•/•e)



Di kelas pun Sinar masih memikirkan pengeluarannya dari hari ke hari, bagaimana nanti jika hari tanpa uang?

Sinar tidak bisa membayangkannya sekarang, walau pun hidup serba mewah tapi Sinar ini tidak pamer,  berpakaian senyamannya yang terlihat sederhana.

"Nar, Lo ngelamunin apaan dah?" Tanya Pelita, Sinar pun menoleh pada Pelita sekilas menatap pada Lentera.

"Bantu nyari ayah gue yok" Ajak sinar tiba-tiba untuk kedua kalinya.

"Ayah Lo yang seorang CEO itu?" Sinar pun mengangguk sangat antusias.

"Emang yakin Nar? Sedikit bukti aja ga ada yang Lo punya" seru Lentera

"Ada" jawab Sinar seraya jari telunjuk kanannya menunjuk pada nadi di tangan kiri.

"Tes DNA" Tambah sinar tersenyum puas.

Tapi senyum itu berubah datar paham dengan raut keberatan dari wajah mereka.

"Kalo ga mau bantu, bilang aja langsung, ga usah harus ada alasan!" ucap sinar mereka berdua pun menyengir kecil.

"Bukan ga mau, gue setiap hari ada kelas latihan sama Ganta" balas Lentera.

"Iya Nar, gue sama kayak Lentera, kita berdua ini kan ketua Voli" seru Pelita.

"Iya deh, gue aja yang salah ngajakin orang sibuk!"



(e•/•e)




Rain yang tengah sendirian tanpa Bulan karna cewek itu yang sedang bersama guru pun kedatangan river.

"Lagi galau Lo ray? Galau kenapa coba? Ga biasanya" Celutuk River tertawa kecil sembari menepuk pundak cowok itu.

Rain tidak menjawab, ia masih berkelahi dengan pikirannya.

"Lo lagi marahan sama Bulan ya? Tumben Bulan ga ada" tanya River hanya untuk berbasa-basi saja.

"Engga."

"Terus Lo galau gini karna apa.?"

"Gua ga galau!"

River menyerah ia tidak ingin banyak bertanya lagi jika jawabnya hanya 1,2,3 kata saja.

"Lo bakal kuliah di kampus mana?" Tanya Rain memecahkan keheningan karna River yang malah cosplay jadi anak pendiam.

"Di universitas Jerman bersama cahaya" jawab River.

"Tapi kalo Lo kuliah di luar negri, Bulan gimana jika tanpa Lo disini?" Lanjut river, ia tau kemana sahabatnya itu akan berkuliah, karna Rain pernah bercerita waktu kelas 4 dulu bahwa Rain ingin berkuliah di Harvard university Hukum, tempat ayahnya itu berkuliah dulu.

"Gua kuliah disini."

Tanpa ingin berkomentar pun River di buat mengerti jika Bulan ada saut paut nya yang membuat Rain seperti ini.

"Jujur aja Ray, Lo sebenarnya itu suka kan? Sama Bulan?" Tanya River dengan serius, River bertanya demikian karna tatapan Rain yang begitu berbeda saat menatap Bulan, seperti menyukai cewek itu.

"Apa gua terlihat seperti orang yang menyukainya?" Tanya Rain balik.

"Jelas sangat terlihat lah bro, semenjak ayahnya itu meninggal dan Bulan yang ingin bunuh diri, Lo lebih banyak meluangkan waktu Lo bersama Bulan bahkan Lo terlihat sangat menyayanginya atau bahkan Lo juga mulai menyukainya?"

"Emang salah kalo gue menyayangi bulan sebagai Adik?"

"Adik?" Gumam River seakan tidak percaya, lalu apa artinya tatapan Rain yang begitu dalam menatap Bulan jika mereka sedang berduaan bahkan sampai pelukan kalo Rain saja menganggap Bulan sebagai adiknya.

"Ga asik ah kalo bohong gitu, gue tau Lo malu kan ngakuin perasaan Lo itu?"

"Dan Bulan lah pemenang di hati lo yang bisa bikin hati Lo merasakan debaran cinta" lanjut River dengan menggoda temannya itu.

"Ga jelas" males Rain memilih pergi dari hadapan River yang malah tertawa.









Lanjut part 15










Garis Takdir (Sinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang