27. Kesinambungan

100 12 2
                                    

Ali Nando semakin gencar mendekati Vanka. Terlihat jelas Ali Nando suka sekali mengajak Vanka keluar bersama. Baik menonton bioskop, pergi ke museum, atau sekadar berkunjung ke tempat wisata. Siapa sangka hubungan yang intens itu mampu membuat Vanka perlahan-lahan luluh akan perhatian Ali Nando―dan mengalihkan pikirannya tentang pencarian sosok Ali. Memang sebaiknya seperti itu agar tidak ada yang tersakiti.

Tidak terasa Vano sudah memasuki UKT kedua untuk sabuk kuningnya. Vano mengajak Mama dan Vanka untuk menonton.

"Ma, nanti kalau Pano sudah sabuk hitam, Pano mau jadi sabeum aja, ya."

Mama mengusap kepala anak bungsunya dengan lembut. Mama selalu setuju dengan apa yang anak-anaknya sukai asalkan bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Mama duduk di kursi tribune. Ini menjadi momen pertama Mama melihat ujian Vano di GOR Kalijaya. Terlihat Vano gugup menghafal berbagai macam gerakan.

"Pano, semangat! Pano pasti bisa!" teriak Vanka menyemangati adiknya.

Vano melambaikan kedua tangannya kepada Vanka. Kemudian memberikan dua jempolnya kepada Vanka dan Mama. Vanka dan Mama menonton sesi ujian Vano dengan penuh harap. Saling berdoa agar Vano tidak lupa gerakan dan mendapatkan nilai yang sempurna.

Setelah ujian berlangsung, Mama memeluk Vano dengan bangga. Dan tanpa sadar menitikkan air mata haru melihat anak bontotnya sudah semakin besar.

Untuk mengabadikan momen kebersamaan pasca Ujian Kenaikan Tingkat, Vanka mengajak Vano dan Mamanya untuk berswafoto bersama. Ia mulai membiasakan mengabadikan setiap momen yang ada agar bisa dikenang di kemudian hari. Karena hidup harus terus berjalan. Meskipun Vano tidak memiliki banyak kenangan bersama Papa, bukan berarti ia tidak mendapatkan banyak kenangan bersama Mama dan kakak perempuannya. Maka dari itu mereka mulai menghargai hal-hal kecil yang bermakna.

Rasanya seperti de javu (lagi). Momen ribet memegang kamera terulang kembali. Mama refleks memanggil orang yang sedang berjalan di hadapannya untuk meminta tolong difotokan. Dan siapa sangka pria yang sedang memakai sabuk hitam itu, dengan wajah bak merah tomat layaknya habis bertanding, bersedia menuruti permintaan Mama.

Vano dan Vanka saling berpandangan. Pria dengan dobok sabuk hitam yang dipanggil Mamanya adalah Bastian. Vanka langsung memelototi dan menggeser bola matanya mengarah kepada Bastian agar ia menolak permintaan Mamanya. Namun sayangnya, Bastian tidak mengerti gestur kode dari Vanka dan tetap bersedia menuruti suruhan Mama.

Bastian dengan senang hati memotret Mama, Vano, dan Vanka di belakang background bertuliskan Taekwondo Birendra 2022. Mama melihat-lihat hasil jepretan Bastian. Senang bukan kepalang karena hasil jepretan Bastian mampu membuatnya terlihat kurus dibandingkan saat Vanka yang memotretkan untuknya.

"Tuh, Pan, Mama itu kurus. Kamu saja yang motoin Mama terlalu dekat. Mending anak ini yang motoin bagus, tahu angle."

Bastian menyengir. "Emang Vanka kalau motoin kayak gimana, Bu?"

Bola mata Mama langsung terbelalak. Mama terkejut pria yang ia asal tunjuk itu bisa mengenali anaknya. Tentu saja Mama langsung antusias banyak basa-basi dengan Bastian. Dan masalahnya Bastian justru sangat sabar menghadapi kecerewetan Mama. Vanka jadi takut kalau Mama akan menjodoh-jodohkannya dengan Bastian. Sebab sejauh ini hanya Bastian teman prianya yang Mama kenal.

Vanka menyikut Vano untuk cepat membawa Mamanya keluar dari arena. Bisa gawat jika mereka berlama-lama mengobrol. Bisa-bisa Mama langsung memikirkan gedung mana yang memiliki kapasitas tamu seribu undangan.

Vano langsung membawa Mama keluar. Diikuti dengan Vanka yang menyusul dari belakang. Hanya saja sebelum langkah Vanka benar-benar menjauh, Bastian berlari kecil ke arahnya dan memegang pundak Vanka pelan hingga membuat Vanka terkejut.

"Van, kunci mobil kamu jatuh." Kebiasaan Vanka si manusia teledor. Coba saja ada Gita, sudah habis Vanka dimarahi sepanjang jalan. Vanka langsung menerimanya tanpa mau menatap mata Bastian. "Gantungan kunci mobil kamu lucu." Bastian menunjuk gantungan kunci itu dengan dahi mengernyit. "Kayaknya saya pernah kenal gambar ini. Tapi kenapa saya nggak pernah ingat apa-apa ya." Bastian melanjutkan. "And I thought I ever met you before, Van. Somewhere else before here. But, I don't know where―" Bastian berusaha mengingat-ingat. Sementara Vanka tetap bungkam. Ia tidak mau menggali lebih dalam tentang siapa Bastian atau memastikan Bastian adalah Ali yang ia cari.

Hal yang mengejutkan terjadi lagi. Ali Nando berlari menghampiri Vanka. Vanka sempat bertanya-tanya bagaimana ia bisa tahu Vanka sedang berada di tempat ini. Sama halnya dengan Bastian, jemarinya refleks menunjuk Ali Nando. Begitu juga dengan Ali Nando. Seakan-akan mereka sudah saling mengenal.

"Lo yang waktu itu di Blok M Square, kan?" tanya Ali Nando.

Bastian mengangguk kikuk.

"Kalian ngapain di Blok M Square?" tanya Vanka bingung.

Bastian dan Ali Nando kompak menggeleng. Seakan menyembunyikan sesuatu dari Vanka. Kini tatapannya mengarah kepada Ali Nando. "Lo tahu dari mana gue di sini, Al?"

"Gue tadi lihat mobil putih lo, Van. Terus di situ ada Mama sama Adik lo lagi nungguin. Adik lo bilang lo ada di dalam dan Mama lo nyuruh gue manggilin lo," jelasnya panjang lebar.

Vanka mengangguk. Berpamitan kepada Bastian untuk pergi meinggalkan GOR.

"Tadi itu... teman lo, Van?" tanya Ali Nando penasaran.

Vanka mendadak berhenti dari langkahnya. Suaranya tersendat. "B-bukan. Dia sabeum-nya Vano. Tadi dia ngambilin barang gue yang jatuh."

Terlihat perasaan lega pada raut wajah Ali Nando. "Habis ini lo ada acara, Van?"

Vanka menaikkan sudut bibirnya guna berpikir. "Kayaknya nggak, deh. Kenapa, Al?"

"Nonton musik festival, yuk? Ada Sheila On 7," ucap Ali Nando antusias.

Vanka tertawa kecil. Ia masih ingat betul dalam catatan bindernya. Vanka pernah menuliskan semua biodata orang yang disukainya. Termasuk Ali Nando. Dimulai dari nama lengkap, alamat, makanan kesukaan, sampai band kesukaannya. Jawabannya masih sama sampai sekarang. Tak ada yang berbeda dari sosok Ali Nando yang ia kenal sejak SMP. Semua hanya tentang waktu yang mempertemukan mereka di masa kini. Dengan versi terbaiknya.

Setelah mengantar Mama dan Vano pulang. Vanka berpamitan untuk menonton musik festival. Tentu saja Mama senang berkali-kali lipat karena ada pria yang berani datang ke rumah untuk mengajak putri tercintanya keluar. Seolah hari ini ibaratnya Mama mendapatkan banyak jackpot. Melihat Vano ujian. Berkenalan dengan Bastian. Dan bertemu dengan Ali Nando.

------------------------------------------------------------

Author's note:

Halo, lagi bisa update mumpung tanggal merah. Untuk KaryaKarsa sudah di-update episode 29 &30.

Aku kasih spoiler dikit ya:
Di KaryaKarsa Eps. 29 Vanka sudah tahu siapa Bastian sebenarnya. Dan di Eps. 30 akhirnya Bastian tahu siapa Vanka sebenarnya!! Ini kan yang kalian tunggu-tunggu.. Jadi buat yang penasaran langsung klik bio ya.

Terima kasih untuk penantian dan vote-nya. Jangan lupa komen dong biar ga sepi banget ni akun (jadi berasa ngomong sendiri jawab sendiri wkwk).

Hello You Apps!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang