13|kita harus berjarak

112 60 60
                                    

Hari kian berganti. Dan topik pembicaraan yang sedang ramai di kalangan murid kini sudah sampai di telinga guru, sebagain guru sudah dengar dan melihat langsung foto itu. Ada banyak yang percaya dan ada sebagian yang tak percaya dan yakin pada Renata.

Suasana kelas semakin hari semakin canggung, tak seperti biasanya yang selalu ramai penuh canda tawa. Kelas mulai sepi sejak rumor tak jelas itu tersebar dan banyak siswa dan siswi yang menyalahkan Arya dan Renata karena mengotori nama kelas mereka.

"Ini semua gara-gara Arya sama Renata, kelas kita jadi kelihatan buruk sama guru" ujar salah satu siswi lalu di saut oleh siswi yang lain

"Bener banget, gara-gara mereka kita serasa dianak tirikan sama guru"

"Kalau aja mereka gak ceroboh, kelas kita masih jadi kelas favorit guru"

"Sia-sia banget nilai kita tinggi-tinggi, tapi malah di jatuhkan sama dua siwa disini"

Ketika ke empat siswi itu sedang berbincang, ada salah satu siswi yang menyahut dan keluar dari topik pembicaraan.

"Udahlah, kita juga belum tau kebenarannya kan? Entah itu nyata atau enggaknya kita belum tau"

Spontan ia mendapatkan ucapan dari temannya yang membuat dirinya kembali bingung

"Mau bukti apa lagi sih? Jelas-jelas itu nyata banget loh, kamu liat juga kan? Apa ada titik editannya dimana?" Kata-kata itu langsung membuat siswi yang selalu berfikir positif itu terdiam.

"Bener juga, tapi kita gak boleh ngomongin Renata sama Arya gitu terus, kasihan mereka. Apa lagi Renata, dia punya problem keluarga kasihan kalau jadi bahan gosip"

"Salah Renata juga. Udah tau punya problem keluarga yang bikin stres, malah menggila sama Arya di rumah hantu. Hantu kalo liat mereka aja jijik pasti"

Ucapan tadi sukses membuat semua yang disana terdiam, ada yang setuju dengan ucapan itu dan ada juga yang tidak setuju. Kata-katanya benar-benar masuk ke hati yang paling dalam.

Bukan hanya kelima siswi itu yang mendengar kata-kata menyakitkan itu. Sang pemilik nama pun merasakan sakit karena mendengar kata-kata dari teman satu kelasnya.

Dada Renata tiba-tiba sesak dan cairan bening mulai menetes membasahi pipi mulusnya. Sakit hati yang ia rasakan benar-benar tak bisa dideskripsikan oleh kata-kata. Hati Renata sakit, benar-benar sakit.

"Bapak pasti marah...." Lirih Renata, dia ingat kapan terakhir kali ayahnya marah karena ia pergi bersama Arya. Renata takut kalau ayahnya sampai tau kabar hoaks ini.

Listya melihat Renata yang matanya perlahan mengeluarkan cairan bening yang tertetes di pipinya. Listya juga sama sedih karena hal yang sedang dialami Renata, cacian dan makian ini selalu tertuju pada Renata.

Listya memeluk Renata dan mengelus tangannya yang bergetar karena takut, dia sudah sangat paham apa yang ada di pikiran Renata. Sejak SMP Listya bersama Renata, dan sudah sangat hafal apa yang paling ditakuti Renata.

"Ren, jangan sedih. Gua tau ini sakit, makannya gua ada di sisi lo untuk sekarang" tutur lembut Listya yang tiba-tiba di lontarkan pada sahabatnya.

Hanya Renata dan calon suami Listya dimasa depan yang bisa melihat Listya selembut ini, Listya selalu kasar pada semua orang kecuali orang-orang terdekatnya.

"Lis, makasih..." Ucap Renata sambil terisak lirih, bagaimana pun dia sangat sulit menyembunyikan rasa sakitnya pada Listya. Listya selalu bisa membuat Renata mencurahkan isi hatinya.

Arya yang sama halnya di kucilkan oleh teman sekelas juga hanya bisa diam. Dia masih bingung harus menjelaskan bagaimana, karena semua orang mendadak tuli dan tak mau mendengarkan ucapannya tentang dirinya dan Renata.

Jogjakarta Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang