Hari kian terus berganti, kehidupan juga harus terus berjalan. Begitupun dengan kehidupan Renata, semakin hari rasanya sangat bercampur aduk, kadang senang namun tiba-tiba rasa gelisah melanda. Seperti saat ini
Sore hari di perumahan renata, dia sedang terdiam di kursi teras, dirinya sedang mengkhawatirkan kakak laki-lakinya yang benar-benar tak pernah pulang kerumah. Renata selalu berfikir negatif tentang kakaknya.
"Mas kok jarang ngasih kabar ya. Terakhir ngasih kabar setahun yang lalu"
Renata sekarang benar-benar membutuhkan kakaknya. Biaya untuk sekolahnya banyak yang kurang dan sekarang dia harus membayar uang study tour di sekolah. Renata malu ketika meminta pada ayahnya, takut ayahnya akan hutang pada tetangga lagi.
"Aku kalo minta uang boleh gak ya"
Kemudian matanya teralihkan pada headphone nya yang berada di sebelahnya. Jika dia meminta uang apakah akan diberikan atau malah akan dimaki. Sejujurnya Renata takut, takut kakaknya sudah melupakan dia dan melupakannya orangtuanya
"Renata ngapain?" Tanya pria paruh baya yang tak lain adalah ayah Renata yang baru pulang berdagang, sambil mendorong motor tuanya masuk ke halaman rumah yang tak jauh dari Renata duduk di kursi kayu yang panjang.
"Eh bapak" Renata langusng berdiri dan menghampiri ayahnya untuk sungkeman dengan sang ayah
"Kamu mikirin apa sih nok?" Tanya ayahnya. Renata terdiam sejenak, berfikir alasan apa yang akan dia katakan pada ayahnya.
"Anu pak, kalo Renata minta uang sama mas boleh gak?" Tanya Renata ragu. Dia tak berani menatap mata ayahnya takut, takut kalau dia akan dimarahi karena meminta uang pada kakaknya
"Emang buat apa Nok? Mas lagi kerja takut ganggu, minta berapa ribu? Biar bapak aja yang ngasih buat kamu" ujar ayahnya dengan halus, namun Renata belum berani mengatakan berapa nominal yang dia butuhkan.
"Enggak pak gak usah, Renata cuma tanya doang gak mau minta uang" ujar Renata lembut.
"Yaudah masuk yuk, mau magrib gak baik anak gadis di luar kaya gini" ajak ayahnya pada Renata. Renata hanya mengangguk dan mengikuti ayahnya masuk ke dalam rumah.
Kini Renata benar-benar bimbang akan uang yang harus ia pakai untuk stady Thor nanti, dia bingung harus meminta pada siapa.
Cukup lama Renata melamun di ruang tamu, hingga adzan magrib dari masjid pun berbunyi, Renata yang sadar kalau suara adzan sudah terdengar langsung menghentikan lamunannya.
"Nok, bapak ke masjid dulu ya. Kamu gak sholat?" Tanya ayahnya yang baru keluar dari kamar, lengkap dengan baju kokoh peci dan sarung yang sudah di Selempang di pundaknya.
"Renata lagi halangan pak, hati-hati ya pak" ujar Renata, mendengar pernyataan dari sang putri ayahnya hanya mengangguk dan meninggalkan Renata di ruang tamu.
"Ohh iya Nok, bapak pulang bada isya ya. Nanti kalau mau makan beli nasi goreng aja" ayahnya memberitahukan Renata kalau dirinya nanti tak langsung pulang, dirumah kebetulan tak ada makanan jadi dia menyuruh putrinya untuk membeli makanan di luar.
"Iya pak, bapak mau nitip?"
"Enggak, bapak di masjid nanti di kasih makan kok"
Kini ayahnya sudah pergi menuju masjid dan dirumah hanya tersisa Renata sendirian.
Menunggu waktu Magrib selesai Renata memutuskan menonton TV sebentar agar pikirannya bisa tenang sebentar.
Tak terasa waktu Magrib sudah selesai, Renata keluar dari rumah dan memutuskan untuk beli nasi goreng di warung mas Joko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogjakarta Dan Kamu
Genç KurguKisah yang berawal dengan sangat manis namun berakhir dengan tragis. Sebuah kecelakaan pesawat pada tahun 2018 yang menewaskan 189 korban, dan salah satu korbannya adalah Raden arya. "Renata harus terus hidup, jangan takut sendiri karena Arya ada d...