yah?

3.4K 436 53
                                    

Semua berkumpul di depan rumah si mbah. Si mbah sendiri sedang memanggil istrinya di ladang. Beberapa anggota ada yang mengobrol sambil menunggu. Tak lama perempuan muda yang ditemui oleh Enon dan Mia muncul.

''Kalian kenapa masih ada disini? Kan saya sudah bilang jika lelaki itu tidak ada disini!'', nadanya meninggi. Caine yang tepat ada di depannya mundur selangkah karena terkejut. Rion, Krow, Zaki, Gin, Riji, dan Garin langsung mengeluarkan revolver mereka dan menodong kearah Allane.

''Siapa yang mengizinkan kamu berbicara? Kami sudah bertemu dengan ayahmu, pembohong'', Garin menghardiknya begitu menusuk. Allane yang takut langsung mundur selangkah.

''Kau membentak mommyku'', Ellea menekan moncong pistolnya ke pelipis Allane. Ia begitu menyayangi Caine, Caine yang selalu datang memeluknya ketika ia 'berkunjung'.

''A-apa maksud kalian menodongkan senjata?!'', melihat nada Allane yang masih meninggi, Rion melepas pelindung pistolnya, yang lain mengikuti. Pergerakan Rion adalah izin untuk yang lain.

''Permisi, kenapa ada senjata disini???'', wanita paruh baya itu berteriak panik melihat senjata tertodong ke kepala putrinya.

''Putrimu telah berbohong, Nyonya'', Rion berbicara dengan nada datarnya.

''Ia, berkata bahwa kekasihku tak ada disini'', ia, satu orang lagi, Agil, menekan moncong pistolnya ke kepala Allane.

''Tolong tenang, mari kita masuk melihat lelaki yang kalian cari, apakah benar dia atau bukan'', si mbah hendak maju untuk masuk ke dalam rumah sebelum

''Sudah ku bilang dia tidak ada!'', Allane lagi-lagi berteriak.

Dorr

Timah panas dari pistol milik Agil melesat dan dengan cepat mendarat di kaki Allane.

''Wanita gila!'', hardiknya sebelum menerobos masuk.

Ibu Allane hanya bisa menangis menahan tubuh putrinya yang jatuh tak sadarkan diri di lantai rumah.

''Wanita lemah'', Ellea berdecih menatap Allane.

Mereka semua masuk dipimpin oleh si mbah. Di sebuah ruangan yang sedikit gelap dan dingin, Mako terbaring dengan tak sadarkan diri.

''Maaf, kami tak punya biaya untuk membawanya ke rumah sakit, hanya herbal yang dapat kami berikan kepadanya'', Dokter Sui yang sedang berjongkok memeriksa Mako mengangguk.

''Tak masalah, herbalmu membantu penyembuhan luka yang ada di fisiknya. Tapi ia akan tetap kami bawa untuk perawatan yang lebih mumpuni. Agil'', Agil mengangguk dan mendekat untuk membopong tubuh Mako.

Mereka semua keluar dari sana, melewati jalan yang lebih mudah dilalui untuk kembali ke mobil. Rion berjalan paling akhir, ia berhenti di depan pintu rumah si mbah.

''Aku tak akan minta maaf atas penembakan yang dilakukan oleh kekasih putraku pada putrimu, tapi aku akan bertanggung jawab atas penyembuhannya. Juga, aku tau ladang dan kebun kalian kesulitan dalam pengairan, aku akan menyuruh orangku untuk mengurus itu. Terimakasih, sudah menolong dan menjaga putraku'', Rion juga menyerahkan segepok uang kepada si mbah sebelum benar-benar pergi menyusul yang lain. Tanpa ia tahu, Caine menunggui di depan jalan masuk desa.

''Sudah?'', Rion tersenyum menatap Caine. Merengkuh pinggangnya mesra sambil berjalan.

''Sudah, kita langsung ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Mako'', Caine hanya mengangguk.

'Rion ke radio, langsung ke rumah sakit, Sui, Ellea, Agil sama Mako di paling depan'

'Siap'

*****

Disini mereka, di ruang tunggu yang ada di depan ruangan khusus di rumah sakit. Mako sedang diperiksa oleh Sui dan Miraie di dalam. 1 jam sudah mereka di dalam. Agil dan Mia semakin cemas.

Click

''Mako mengalami benturan di pelipis dan kepala bagian belakang, dengan berat hati saya berkata bahwa Mako dinyatakan koma'', Sui menunduk setelah selesai mengatakan hal itu.

Bug

Rion bangkit memukul rahang Agil yang hanya diam menerima tanpa membalas maupun mengelak.

''Puas? Ini yang lu mau?'', Rion berkata dengan bengis.

''Perang ga bisa diperkirakan kapan ia selesai atau dimulai, gue udah bersyukur bisa pulang dengan nyawa dan fisik yang masih lengkap. Gue ngaku salah karena malam itu malah party bareng polisi lain bukannya langsung ngabarin. Gue gaenak nolak atasan lain'', Agil berbicara sambil menunduk. Marcel datang menepuk punggungnya.

Caine mendekati Rion dan memeluk lengannya.

''Istirahat dulu yuk? Kita keluar cari makan'', dengan sedikit paksaan Caine membawa Rion keluar. Tak akan baik hasilnya jika ia diam saja.

''Kalian bisa berkunjung melihat Mako mulai besok pagi. Sekarang lebih baik kalian pulang, istirahat'', Sui mendekati Mia dan mengelus kepalanya.

''Dokter pastiin kakak bisa sehat, Ellea bakal pulang nanti'', Ellea bangkit memeluk Sui sekilas. Ia pulang bersama Selia, Echi, dan Enon.

''Kita pulang dulu, mulai besok, buat jadwal yang jagain Mako disini gantian'', yang lain mengangguk setuju.

''Saya bakal disini malam ini'', Agil bersuara. Key hanya mengangguk. Semua tak sepenuhnya salah Agil.

''Kita pulang dulu'', Sui mengangguk. Ia akan berada disini untuk memantau perkembangan kondisi Mako.

''Kamu bersabarlah, Mako pasti akan kembali'', Agil hanya bisa mengangguk lesu mendengar perkataan Sui.

''Bagaimanapun saya salah, saya tak memikirkan bagaimana Mako. Saya tak dapat mengabari lebih dari 2 bulan yang saya janjikan. Saya berbohong'', racau Agil. Ia sangat terpukul dengan fakta ini. Rencananya, ia akan membuat kejutan untuk ulang tahun Mako lusa, tapi ia bahkan tak dapat mengobrol dengan Mako sekarang.

''Saya akan berusaha, tolong jangan menyerah dan meninggalkan Mako. Ia tak sekuat itu untuk bisa bertahan sendiri. Mako itu lembut, jangan lukai dia lagi'', Sui menepuk pundak Agil sebelum meninggalkannya seorang diri.

Air mata yang sedari tadi ia tahan luruh begitu saja. Bisa ia rasakan pipinya mati rasa, mengingat pukulan Rion padanya tidak main-main.

'Kamu hancur tanpa saya, lalu apakah saya akan lenyap tanpa kehadiranmu?'

'Tunggu aku, aku tak akan lama meninggalkanmu'

857 words😼

tadi lupa ngasih emot kucing gegara udah ngantuk bgt wkwkwk

I mau tidur lagi sih ini, ngantuk mulu mata ini ah

dah guyz, lupyu ol but I lop Agil more HAHAHAHAH

How? | MagilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang