amai

3.4K 460 37
                                    

Mako merasakan tubuhnya sedang berbaring di sebuah tempat tidur yang nyaman.

'Ini masih hidup apa ngga sih?'

Terdengar suara pintu terbuka dan beberapa langkah kaki. Mako yakin ada 2 hingga 3 orang yang masuk.

''Sepertinya dia sudah sadar, ntah tidur atau bagaimana'', suara seorang perempuan berbicara.

''Lanjutkan prosedurnya saja, jika bisa kita selesaikan secepatnya'', suara berat seorang pria yang sekarang berbicara.

'Waduh, beneran selesai'

Mako bisa merasakan sebuah jarum masuk ke lengan kirinya. Ia menahan ringisan agar tak ketahuan.

'Shit, bius'

Kantuk menguasainya, matanya begitu berat. Hingga akhirnya semua gelap.

*****

Ini hari ke 3 setelah insiden pembullyan Mia di sekolah. Istmo memecat hampir semua tenaga pengajar yang terkesan memojokkan Mia saat itu.

Kini Rion, Echi, dan Caine sedang ada di salah satu rumah sakit besar di Adelaide.

''Mangnya operasinya berapa lama, Pi?'', Echi berbicara ketika mulutnya masih mengunyah sandwich ayam.

''Telen dulu Echi, nanti kesedak'', Caine mengingatkan sambil membuka botol air minum untuk Echi.

''Ehee''.

''Sekitar 1 sampe 2 jam sih. Ini baru 20 menit'', Rion mencoret-coret kertas di meja. Ia membawa beberapa pekerjaan ke Aussie.

''Itu lama apa bentar deh, jajanku abis'', Echi melihat sekeliling kemudian menunduk melihat paper bag berisi bungkus makanan yang telah ludes ia makan.

''Ya lumayan, kalian jajan aja dulu, nanti kalau udah sejam lebih ku telpon'', Rion merogoh sakunya. Mengambil dompet dan menyerahkan satu kartu hitam kepada Echi.

''Beneran?'', Rion mengangguk.

''Sama kamu, Caine. Nanti dia liar trus nyasar kalau sendirian'', Caine sedikit ragu.

''Kamu ngga papa sendirian disini?'', Rion tersenyum manis dan mengangguk.

''Iya, ngga papa, aku sambil ngerjain ini juga kok'', akhirnya Caine hanya mengangguk kemudian keluar bersama Echi. Mereka akan ke mall untuk berbelanja dan jajan.

40 menit sudah berlalu. Rion sedari tadi fokus mengerjakan laporan yang ada di ipadnya. Telinganya tersumpal airpods milik Caine yang memang tak di bawa.

Menoleh sekilas ketika sebuah tangan menepuk pundaknya. Itu Agil, kalian yang bertanya kemana Agil? Dia berkeliling Eropa hingga Aussie untuk mencari donor mata yang cocok untuk Mako. Ia membawa Mako kesini dengan gimmick menculik karena ia tak ingin Mako sedih.

''Gimana?'', Rion bertanya. Yang menunggu di depan ruangan operasi sedari tadi adalah Agil. Echi sempat badmood karena bosan. Hingga Rion dan Caine membawanya keluar membeli makanan kemudian duduk di lobby agar tak mengganggu tugas para tenaga kesehatan.

''Aman, kecocokan 98,99% udah bagus banget. It's been a bless, knowing that Mako can still remember everything'', Agil tersenyum tipis.

''Dia ga pernah nanyain lu tau'', Rion berniat memanasi Agil.

''I know. Lu tau ga, his first word after knowing that he's blind? 'Ah, kayanya aku buta', that was a shit bro! Gue ngira dia bakal pasrah atau heboh pas tau kalau sekarang dia buta! But ya, itu yang bikin gue lebih semangat cari donor buat dia. Gue ga pernah muncul di depannya meskipun sekali karena gue pengen jadi orang pertama yang dilihat sama dia, that's the point, I wanna be the first thing he saw'', Agil tertawa kecil. Harapan dalam perjuangannya begitu besar.

How? | MagilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang