huh

3.1K 379 50
                                    

Seseorang tengah duduk di sebuah kursi besi di dalam suatu ruangan gelap bersama 2 ekor harimau haus darah. Kondisinya lumayan mengenaskan dengan kaki dan tangan yang terikat dengan kencang. Ia menahan napas setiap si harimau mendekat. Mengendus atau bahkan menjilat kulit atau bajunya. Bisa ia rasakan ketegangan antara hidup dan mati di depannya.

Cklek

Kling

Ia menghela napas lega ketika 2 harimau itu perlahan meninggalkan ruangannya lewat pintu besi yang ada di sudut ruangan.

Namun, ada orang yang masuk melalui pintu. Seorang pria dengan stelan formal. Kemeja putih, celana bahan hitam, juga vest hitam yang melapisi kemejanya.

"Hai lil shit, how's your day surrounded by my cutie pie?", Rion, berkata dengan suara berat dan dingin miliknya. Membuat orang itu, Allane merinding di tempatnya.

"Dasar orang gila tak punya hati", hardiknya pada Rion.

Rion menaikkan sebelah alisnya menantang. Ia tidak mengerti maksud dari perkataan wanita di depannya.

"Hm, apa kau tidak salah? Lalu apa sebutan yang cocok untuk dirimu, hm", Rion mondar mandir berlagak sedang berpikir keras.

Allane hanya memperhatikan dari tempatnya. Ia sudah sangat lelah, tidak di beri makanan, hanya diberikan air setiap 7 jam. Perutnya terasa perih, kepalanya terasa pusing.

"OH! Bagaimana jika wanita serakah tak berotak?", Rion mendekati Allane dengan tangan bersedekap di dada. Allane yang mendengar itu berdecih lirih.

"Mari kita lihat. Apa keinginanmu yang membuatmu masuk ke KNZ Corporation?", Rion bertumpu pada lututnya dengan jarak 1,5 meter di depan Allane.

Allane hanya terdiam.

"Ah, juga... Apa kau ingat dengan pertemuan rahasiamu dengan ketua dari geng motor Black Oni? Ia adalah aliansi kami TNF. Dan yang lebih penting, Kevin sudah memiliki 2 istri lelaki. Ia tak akan tertarik pada tubuh yang kau agungkan itu", Rion meludah ke dekat kaki Allane setelah berbicara

"Pin, masuk sini!" Rion memanggil Kevin, ketua geng motor Black Oni.

Kevin masuk bersama Zora dan Ibam.

"Yo bro! Long time no see", mereka bersalaman ala lelaki.

"Fokus dulu", Kevin mengangguk.

"Dia kan yang kau temui beberapa waktu lalu. Dan, dia bilang apa sama lu, Pin?", Rion

"Hah, oh yang waktu itu. Dia bilang gini sih kira-kira. 'Bagaimana jika anda membunuh kekasihnya, dan jaminannya adalah... tubuh saya?', gitu lah mirip-mirip", Kevin menirukan gaya bicara Allane yang mendayu.

"Jadi kamu ketemu dia tanpa sepengetahuan aku? Apa kamu tau tentang ini, Ibam? Aku ga masalah kalau Ibam tau", Zora bertanya. Ibam menggeleng tanda tidak tau.

"Lanjutin di luar aja", Zora dan Ibam mengangguk. Mereka tarik Kevin keluar ruang bawah tanah. Ntah apa yang akan mereka lakukan, nasib Kevin tak ada yang tau.

"Jadi, bagaimana?", Rion bertanya kepada Allane yang terdiam sedari tadi.

"Ja-jadi, BO adalah sekutu TNF?", Rion mengangguk.

"Benar! Dan kau bahkan tak tahu", Rion tertawa merendahkan Allane.

"Izinkan aku tahu, apa yang telah kau lakukan dan kau miliki sehingga kau begitu percaya diri Mako Navarro akan menerima dirimu itu selain tubuhmu yang tak terlalu menarik itu", Rion bertanya dengan menyelipkan sedikit hinaan. Diam-diam Rion membandingkan Allane dengan Agil yang mati-matian berjuang untuk Mako.

"Tentu saja Cinta! Perjuanganku tak terhitung. Aku berjuang keras untuk bisa menemukan dirinya. Namun, banyak orang berkata bahwa ia masih dalam keadaan koma sehingga aku diam saja", Allane berkata dengan percaya diri. Tawa Rion menyembur tak terkendali, menggelikan sekali rasanya. Caine mengurut pelipisnya pusing.

"Dengar, jika memang itu semua yang kau sebut perjuangan. Kau akan merasa malu ketika berdiri di depan Kawamura Agil yang berkontribusi besar pada kebahagiaan putraku. Ia yang berjuang dengan gigih mendapatkan apa yang Mako butuhkan. Jika itu cinta, tentu Agil juga memilikinya. Jika itu uang, maka tak terhitung jumlahnya", Rion sudah muak berada disini. Ia berjalan keluar tanpa sepatah kata. Memerintahkan bodyguard untuk kembali mengunci ruang bawah tanah.

Rion berjalan dengan lesu menghampiri Caine yang sedang menonton TV seorang diri. Berbaring dengan paha Caine sebagai bantal. Ia benamkan wajahnya ke perut rata Caine.

Caine sendiri hanya bisa mengelus lembut surai ungu tua milik Rion. Ia tahu sebetapa lelah Rion akhir-akhir ini.

"Tidur di kamar aja, yuk? Nanti sore kita jalan-jalan bareng anak-anak, ngga usah lanjutin kerja", Rion hanya mengangguk lesu. Mengikuti langkah Caine ke kamar mereka.

*****

Mako merentangkan kedua tangannya menikmati udara sejuk yang ada di sekitarnya. Sudah lama sekali ia tak merasa begitu nyaman, kesibukan dunia bisnis membuatnya berkutat dengan kertas penuh tulisan setiap saat.

"Suka?", Agil bertanya dengan senyuman.

Mako mengangguk dengan antusias. Pemandangannya begitu cantik. Air terjun setinggi 8 meter yang dikelilingi tebing dan pepohonan. Air yang jernih dan mengalir begitu memanjakan mata siapapun yang melihatnya.

"Mau turun?", Mako meminta izin Agil. Agil mengangguk, memimpin jalan untuk turun sesekali membantu Mako melewati jalan yang sulit.

Mako berdecak kagum ketika kakinya mencelup air dingin yang segar. Senyumnya begitu cerah mengamati sekitar.

"Seneng ngga?", Agil bertanya sambil duduk di samping Mako. Ia juga mencelupkan kakinya ke air.

"Seneng banget! Makasih Pak Agil mau ajak saya kesini, digendong lagi", Mako memeluk Agil dengan senyuman yang begitu lebar. Agil hanya bisa terdiam kaku karena terkejut. Biasanya ia yang akan memulai skinship, dan tak jarang Mako merasa malu kemudian menghindar.

"Saya juga seneng lihat kamu seneng", Agil usap kepala Mako yang ada di pundaknya. Bertahan selama 30 menit dengan posisi ini. Mereka berbincang ringan tentang masa kecil Agil yang sederhana namun menyenangkan.

"Saya berarti mainnya kurang jauh dong?", Mako bertanya setelah pembahasan mereka.

"Kenapa memang?", Agil ganti bertanya.

"Soalnya saya baru tau curug itu kaya gimana. Terus saya cuma tau sawah pas ngecek pekerjaan aja", Agil tertawa kecil mendengar penjelasan Mako.

"Yaudah saya ajak kamu berpetualang, gimana?", Mako mengangguk antusias.

"Mauu, saya pengen mendaki!",

'Kekurangan masa laluku, mulai terpenuhi olehmu. Mandiriku, mulai runtuh kepada perhatianmu'

'Akan ku penuhi kebutuhanmu, meskipun uang tak mampu membelinya'

932 words. Sheesh

I can't find my joy reading this chapter. Kek, apasihh.

Ga asik bet ga asik. Idenya beda banget sama yang awal njirr.

Keknya bakal ada cut scene atau skip untuk beberapa chap biar lebih cepet sampe ke konflik selanjutnya? Suka-suka letta.

Itu aja deh, mau enjoy my Sunday morning. Kaga, ngebabu ges, seperti orang sibuk pada umumnya(halah)

Janlup voment! Ku kokop kalau ga voment

Dah, see you

How? | MagilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang