Aih

3.3K 404 35
                                    

Mereka tiba di halaman rumah orang tua Agil tepat pukul 3 pagi. Mako sendiri menemani Agil selama perjalanan. Hanya Mia yang tidur beberapa kali.

Rumah orang tua Agil bukan tergolong kecil. Bahkan lumayan besar meskipun memang berlantai 1. Halaman luas di samping kiri dan depan membuatnya terlihat bersih. Kebun di seberang jalan membuat suasana sejuk dan dingin. Mako merasa gugup sekarang, ia merasa ragu.

"Ih Pak Agil", Agil yang sedang membereskan barangnya menoleh.

"Hm? Kenapa?", tanyanya.

"Saya gugup", Mako tunjukkan tangannya yang gemetar karena gugup pada Agil. Agil hanya menggenggam tangan itu sebentar sebelum melanjutkan aktivitasnya.

"Udah ngga papa, Mama saya mirip Caine kok", Agil sedikit menghibur.

"Iyakah? Mirip apanya?", Mako menatap Agil yang berada di luar mobil. Ia akan mengangkat Mia sehingga bisa melanjutkan tidur di dalam.

"Cara ngomongnya mirip Caine. Agak pendiam tapi lembut", Mako mengangguk mengerti. Mengikuti Agil yang berjalan sambil menggendong tubuh Mia.

"Maaf ya ga bisa bukain pintu tadi", kata Agil merasa bersalah karena tak bisa membukakan pintu mobil.

"Ih ngga papa", Mako memencet bel. Tak lama terdengar derap langkah kaki terburu ke pintu.

Wanita paruh baya dengan daster berwarna biru langit dan rambut yang diikat asal. Kerutan di wajahnya tak menghalangi kecantikannya.

"Agil, masuk nak. Astaga, sama siapa ini, cantiknya", Mama Agil.

"Ini Mako sama Mia, Ma", Agil berkata.

"Aduh duh, Mia nya di bawa ke kamar Mama dulu aja. Papa hari ini ngga pulang jadi biar tidur sama Mama", Agil mengangguk.

Mako menjadi kikuk karena ia ditinggal sendiri bersama Mama Agil.

"Ini ya namanya Mako. Astaga, lebih cantik dari yang di foto", Mako hanya tersenyum malu. Sedikit tak terbiasa dengan sebutan cantik.

"Ayo, saya anterin ke kamar Agil. Barangnya dimasukin besok aja, yang penting mobilnya udah di kunci", Mako hanya mengangguk. Berjalan masuk bersama Mama Agil menuju sebuah pintu ber cat putih.

"Kamu istirahat dulu aja, kamar mandinya di dalem pintu sebelah kiri ya", Mako hanya mengangguk dan mengucap terimakasih. Mama Agil pergi setelah itu ntah kemana.

Ia masuk ke kamar Agil. Melepas jaket dan jam tangannya. Mencuci tangan dan kaki di kamar mandi sebelum duduk di sofa yang ada di kamar. Bagaimanapun ia harus berganti pakaian untuk tidur.

Agil masuk ke kamar setelah beberapa menit. Melakukan hal yang sama dengan Mako.

"Pak Agil, saya mau ganti baju", Mako berkata pada Agil yang baru keluar dari kamar mandi.

"Saya ada kaos sama celana pendek di tas. Kamu pake itu aja ga papa?", Mako mengangguk. Berjalan menuju tas Agil yang ada di sofa. Ada kaos pendek berwarna hitam dan celana pendek yang sepertinya sepasang.

"Bapak pake apa?", tanyanya sebelum masuk ke kamar mandi.

"Saya ada baju kok disini", Mako mengangguk dan masuk ke kamar mandi. Setidaknya ia tak tidur menggunakan kemeja.

10 menit berada di kamar mandi. Mako rasa baju Agil yang ini sedikit aneh ketika ada di tubuhnya. Celananya pendek dan pas, tetapi bajunya mencapai setengah paha menutupi celananya.

"Aneh banget sih", menggeleng heran tetapi ia pasrah.

Mereka juga sepakat jika tak masalah tinggal 1 kamar di kamar Agil. Toh mereka hanya tidur kan.

How? | MagilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang