oishi

3.5K 441 36
                                    

Mako sedang duduk sendirian di halaman belakang. Ia menyuruh semua bodyguard untuk beristirahat karena hari juga sudah sore. Ia termenung memikirkan bagaimana ia akan hidup kedepannya.

Matanya ditutupi kain hitam indah yang membuat rupanya yang memang indah semakin memukau. Cahaya jingga yang menerpa wajahnya membuatnya terlihat semakin bersinar.

''Tuan memang cantik dan tampan, ah, aku sebagai perempuan begitu iri'', Kela berbisik kepada Thea yang menemaninya menyiram tanaman di halaman belakang.

''Ah, benar sekali, kulitnya putih bersih tanpa cacat, pipinya kemerahan alami'', Thea menggeleng. Mereka semua yang bekerja di rumah ini begitu menghormati juga mengagumi paras dan kepribadian Mako.

''Tuan Mako tidak ingin masuk? Hari sudah petang'', Thea bertanya.

''Ah, kalian masuk saja, aku masih ingin disini'', Mako menolak halus.

''Baik, silakan panggil kami jika tuan butuh apa-apa'', Mako hanya mengangguk.

Sekarang ia benar-benar sendirian. Menghela napas lelah. Ia memang masih bisa bekerja untuk beberapa hal, namun perusahaan hanya bisa ia pantau lewat Aldo.

Mako bingung, ia tak bisa terus seperti ini. Mati juga bukan hal yang buruk untuknya. (Daym)

Tiba-tiba terdengar begitu banyak langkah kaki di sekitarnya. Membubarkan lamunannya, terganti dengan kewaspadaan.

Tangannya hendak menarik revolver miliknya, namun kesadarannya sudah terenggut saat seseorang membekap mulut dan hidungnya dengan sapu tangan yang sepertinya terdapat bius.

'Mati juga bukan hal yang buruk'

|

|

|

|

Mia saat ini sedang berada di sekolah. Ia tipikal anak pintar yang terkenal namun tak memiliki banyak teman. Mia tengah duduk seorang diri di taman belakang sekolah yang sepi. Seporsi gado-gado menemaninya belajar.

Ketenangannya terganggu ketika 3 anak laki-laki mendekatinya. Salah satu dari mereka yang Mia duga adalah ketuanya, mendekat dan menyentuh bahu Mia yang tertutup kemeja seragam berwarna putih.

Mia yang tak suka, reflek menepis tangan laki-laki itu.

''Weitss, santai santai, kita cuma mau main-main kok'', kata si ketua.

Ia menjatuhkan makanan Mia ke tanah berumput. Mia hanya menatap datar makanan yang baru berkurang setengah itu.

''Ups! Sengaja! Miskin ngga cocok sekolah di Dius International School tauu'', kata si ketua. 2 temannya tertawa terbahak.

Mereka terdiam saat tiba-tiba Mia ikut tertawa dengan keras dan menyeramkan. Hampir saja berhasil berlari sebelum kaki Mia yang dibalut pantofel dengan heels setinggi 3 cm itu menyelengkat ketuanya.

''WOI, JANGAN LARI KALIAN'', si ketua berteriak ketika melihat 2 temannya lebih memilih lari.

''Gimana? Sendirian juga ga berani kan?'', Mia berbicara dengan suara rendahnya. Ia memukul wajah lelaki itu bertubi-tubi.

Sayangnya 2 teman lelaki itu kembali dengan pisau lipat di tangannya. Menyerang kearah Mia yang tentunya tidak berhasil. Mia mengalami pelatihan ahli, sedangkan mereka hanya amatiran yang ingin menjaga diri. Rok seragam Mia robek hingga memperlihatkan paha mulusnya. Seketika emosinya meledak, Rion, Mako, dan Gin selalu menyeleksi pakaian para perempuan di keluarga. Tak ada baju yang menampilkan perut, punggung, atau yang paling parah paha.

Mia rebut pisau lipat milik mereka. Ia lempar menjauh sehingga mereka sama-sama tangan kosong sekarang.

''Liat ketua kalian, babak belur sama perempuan, malu sama titit!'', Mia melompat sebelum menendang dada lelaki kedua dan menginjak tangan yang digunakan untuk merobek roknya. Lelaki ketiga ia selengkat, kemudian ia banting ke tanah hingga seorang guru datang.

How? | MagilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang