Don't Go

2.4K 305 95
                                    

Sudah hampir 5 tahun berlalu. Tak ada kepastian yang didapatkan. Mereka masih belum bisa menerima kenyataan bahwa salah satu anggota keluarga mereka telah pergi.

Kini keluarga ini benar-benar menjadi keluarga yang dingin. Tak ada candaan yang sering dilakukan seperti dulu. Tak ada tawa ria. Hanya suasana yang hampa dan tidak bisa dikenali.

"Rion, aku kangen anak-anak yang dulu, aku kangen Dia."

"Aku juga, Caine. Kita berdoa aja ya?"

Selalu kalimat yang sama. Templatenya begitu Caine hafal. Ajakan untuk berdoa untuk menutupi kesedihannya.

Agil kini tinggal di rumah orang tua angkatnya, Menhan. Ia juga melanjutkan sekolahnya demi memenuhi impian kekasihnya. Ia juga masih sendirian, belum ada yang berhasil membuatnya lupa dengan sesosok cantik dengan rambut putih itu.

"Miss you so much, would you back?"

*****

Malam ini, Agil tengah duduk di teras rumahnya. Menatap langit bertabur bintang yang begitu menenangkan.

Pyar

Salah satu lampu taman tiba-tiba pecah. Agil dengan penuh waspada memeriksanya.

Sebuah batu yang cukup besar. Seukuran genggaman tangannya. Dibungkus kertas yang memiliki tulisan diatasnya.

'Come to me, come see me, come back to me

14.30

1039270424'

Sebuah koordinat?

Agil tidak mengerti. Dengan segera ia memeriksa koordinat tersebut.

Bandara International

Mengapa orang itu menyuruhnya datang ke bandara? Kembali? Apa maksudnya kembali?

Ting

Pesan masuk ke hpnya. Nomor tidak dikenal.

"Just try," Agil kantongi kertas itu di saku celananya. Berjalan kedalam rumah tanpa mempedulikan hal yang barusan terjadi.

Kalau ada penyusup, masa bodyguard sebanyak itu ga bisa menghalanginya?

"Yaudahlah ya, ga penting juga."

Akhirnya Agil tertidur. Ayah angkatnya juga tengah keluar kota. Ia jadi sedikit bosan sendirian di rumah sebesar ini. Meskipun sendiri dalam arti berbeda.

*****

Pagi ini, tepat 5 tahun menghilangnya Mako. Agil tengah berada di tepi laut yang menjadi lokasi jatuhnya pesawat itu.

Banyak orang yang datang ke tempat ini karena suasananya yang tenang dan sejuk. Menatap pemandangan laut yang menenangkan.

"Kamu, apa masih ingat aku? Atau malah masih disini? Haruskah aku pergi buat nyusul kamu, ke laut yang dalam, gelap, dan dingin?"

Agil bermonolog lirih, mengabaikan kebisingan yang ada di sekitarnya.

Tangannya menggenggam sebuah kotak beludru berwarna hitam. Membukanya, menampilkan sepasang cincin yang begitu indah.

"Ntah aku udah gila, atau aku terlalu rindu sama kamu. 2 cincin ini, terwujud dan sekarang aku gatau mau apain mereka. Mungkin aku bakal kasih ke orang lain? Ntahlah," Agil terus menatap sepasang cincin di tangannya.

4 jam lamanya ia berdiam diri di tempat itu sampai punggungnya kering disengat panasnya matahari.

"Kayanya aku bakal pulang dulu, ini tahun ke 5 aku kesini cuma buat mengenang kamu. Reagen berhasil buat NVR Corporation jadi semakin sukses. Dia juga ga lupa sama KNZ Corporation yang udah jadi temen lama. Lucu ya? Kamu masih diingat banyak orang meskipun kamu gak tau ada dimana? Salah satunya aku, rasanya disini, ga pernah hilang. Hanya semakin besar dan besar.

Belum ada orang yang berhasil buat aku lupa sama eksistensimu. Mereka cuma kenalan yang menutupi rasa bosanku buat sementara, ga kaya kamu yang bisa bikin aku cepet-cepet pulang waktu lagi rapat penting haha," Agil sesekali tunjuk dadanya sambil berbicara kearah laut yang begitu luas.

Tiba-tiba ia terpikirkan suatu hal. Tangannya dengan cepat merogoh saku celananya. Secarik kertas yang ntah mengapa ia bawa tadi pagi.

"Bandara ya? Masih 2 jam, cukup buat di jalan sama makan siang."

Tanpa tahu tujuan pastinya, berkendara menuju bandara yang lokasinya cukup jauh. Menyempatkan diri untuk berhenti dan makan siang di sebuah restoran.

"Makan di restoran gini, makin kerasa jomblonya."

30 menit sudah berlalu. Sesuai perkiraan, Agil tiba di bandara internasional, masuk ke ruang tunggu tanpa tujuan yang jelas.

Penerbangan dari Sydney, Australia, akan tiba dalam 20 menit.

Suara yang terdengar nyaring di penjuru bandara membuat Agil sedikit terkejut. Tangannya gemetar karena melihat pesawat bertulisan besar berwarna biru itu landing dengan selamat. Penumpangnya bergantian mulai berjalan keluar dari bandara. Agil hanya memperhatikan sekilas sebelum berjalan perlahan meninggalkan waiting room.

"Saya kenapa sih? Bukannya udah ngga ada harapan?"

Agil sempatkan berhenti sebentar untuk menghela napas. Hatinya sangat sakit. Ia ingin kembali melanjutkan langkahnya sebelum sepasang tangan menahan pinggangnya.

"Kok dipanggilin ngga denger sih? Aku kira Reagen yang bakal jemput aku hari ini."

Deg

Suara itu?

Perlahan, Agil membalikkan tubuhnya. Ia lepas rengkuhan dari seseorang itu.

Mata bulat, pipi tembam, juga rambut putih. Rasanya dunia Agil seperti berhenti.

"S-sayang? Ini kamu?" gagapnya.

"Iya ini aku," kekasihnya?

"Kamu kemana aja? Kenapa ga ngabarin? Aku takut, aku rindu."

"Maaf, waktu itu aku ketinggalan penerbangan, aku bener-bener panik sampe sling back aku hilang, aku kesana pake pesawat perusahaan. Akhirnya aku bener-bener ke Aussie cuma bawa diri. Disana aku juga ga bisa ngabarin kamu ataupun rumah. Beruntung aku udah lunasin semua biaya kuliah. Aku sempat beberapa kali ngirim surat, tapi semua ga dapat balasan. Cuma Reagen yang balas 1 surat aku, yang aku tuju ke kantor NVR. Maaf, aku cuma bisa belajar buat lulus lebih cepat disana," cukup masuk akal untuk diterima Agil.

Apalagi cincin ruby itu, masih melekat indah di jari tangan Mako.

"Kamu masih simpan ini?"

"Ini aku anggap sebagai perwakilan dari kamu, aku ga bakal lepas dia terlalu lama."

"Makasih, makasih sayang. Ayo pulang, kita jelasin ke Mami Papi."

"Eum, iya."

*****

"Gitu ya? Hahh, yang penting Mako ga papa, semua sedih kamu hilang. Mami tambah kurus, Mia ga pernah senyum lagi, Riji dan Gin kehilangan saudara kembar mereka. Kamu pulang, kita udah seneng, Mako. Selamat ya buat kelulusannya, bahkan kamu dapat peringkat Summa Cumlaude."

"Thank you, Papi, Mami."

*****

"Bisa kita ngobrol sebentar?"

"Boleh, tumben banget izin dulu."

"Ngga papa, kali ini aku pengen ngobrol serius sama kamu soalnya."

"Tentang apa?"

"Let's break up-

915 words

Surprise!

HAHAHAHA, Apakah ini? Sabar aja awokawok

Silakan rujak letta tidak mengapa, it not like what it seems ahahaha

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

How? | MagilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang