uh?

3.3K 427 63
                                    

Tepat 1 tahun Mako terbaring di rumah sakit dengan berbagai alat medis di tubuhnya.

Semua berkumpul dengan hadiah dan karangan bunga. Mia yang dulunya hangat kini menjadi dingin tak tersentuh. Tak ada tangis, begitupun dengan senyuman. Alasan mereka berkumpul adalah karena dokter Sui dan Miraie yang meminta mereka semua hadir tanpa terkecuali.

''Bisa di mulai sekarang?'', Rion angkat suara setelah kurang lebih 30 menit hening.

''Jadi, saya dan dokter Sui sepakat untuk merundingkan masalah ini dengan kalian. Jadi, ini adalah tentang Mako yang sudah terbaring selama 1 tahun. Kami ingin mengambil tindakan secara lanjut yaitu melepas semua alat pendukung kehidupan yang ada pada tubuh Mako. Tentu kami memiliki alasannya! Pertama, karena sudah 1 tahun tak kunjung sadar, bisa dipastikan ada komplikasi yang terjadi dengan syaraf Mako yang belum kami temukan, kedua, ada pasien lain yang juga membutuhkan alat serupa untuk kehidupannya. Jadi, bagaimana menurut kalian semua? Saya tidak memiliki hak karena saya hanya diberi amanat, kalian dapat memutuskannya dan saya akan dengan senang hati menerimanya'', Miraie berbicara dengan tenang. Ia sudah siap jika kapan saja timah panas harus bersarang di kepalanya.

Seluruh isi ruangan terdiam. Menatap kosong mata Mako yang tertutup nyaman. Rion menghela napas.

''Mia? Agil? Caine?'', 3 nama yang disebut mendekat.

''Mako memang anggota kita, tak ada yang tak penting, tanpa terkecuali. Tentu saya sayang dengan Mako, tapi tuhan mungkin lebih menyayangi Mako daripada kita, jadi-'', ucapan Rion terputus karena Caine yang memotong dengan cepat.

''Bagaimana jika menunggu 1 minggu lagi?'', suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca. Rion langsung menariknya ke pelukannya.

''Baik, tolong tahan untuk 1 minggu lagi, jika itu tentang logistik, saya akan mendanai pembelian logistik untuk rumah sakit ini. Bagaimanapun itu'', Rion berbicara kepada Miraie dan Sui. Mereka mengangguk mengerti. Tak masalah menghabiskan banyak uang bila dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa pula.

*****

''Sepertinya, ini sudah saatnya kembali'', seorang pria menepuk pundak lelaki lain yang nampak mirip dengannya.

''Ya, sudah cukup aku disini, aku masih memiliki kehidupan'', yang lebih muda mengangguk.

Seorang wanita datang mendekat dengan sebuah karangan bunga warna-warni yang indahyang 'Kembalilah, semua belum terlambat'', karangan bunga itu diserahkan ke yang lebih muda. Membuatnya tersenyum tipis.

''Baik, namun, bagaimana caraku kembali?'', yang lebih muda menunduk menatap karangan bunga di tangannya.

''Tutuplah kedua mata indahmu, yakinkan dirimu, apa tujuanmu'', segera ia ikuti perkataan si lelaki yang lebih tua. Hingga semuanya menggelap, tak terlihat.

*****

Tangan yang ia genggam perlahan bergerak menunjukan bahwa kehidupan yang sebelumnya sempat menghilang telah kembali. Segera menekan tombol untuk memanggil dokter, memberi tahukan si pasien telah bangun dari tidur panjangnya.

''Mako! Bisa mendengarku? Buka mata perlahan, sayang'', Agil membimbing.

Mata yang tadinya masih terpejam, kini mulai terbuka namun dengan pandangan kosong.

''Mengapa ruangan ini begitu gelap?'', bagai petir di siang bolong. Agil mematung mendengar perkataan Mako.

''Sayang? Disini terang, ini siang hari dan semua lampu menyala'', Agil menangkup pipi Mako yang sekarang tirus.

''Ah, sepertinya aku buta'', nadanya tak peduli, seperti seseorang yang sudah menduga suatu hal akan terjadi.

''Stt, tolong tenang dulu, kita dengarkan dokter'', Agil menenangkan Mako padahal dirinya tak kalah ketakutan.

How? | MagilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang