GA-10

15 0 0
                                    

happy reading...

Jan lupa like & komen😊🙏

.
.
.
.

"Apapun yang terjadi nanti, jangan membuatmu benci dengan keadaan. Karena Tuhan lebih tau mana yang terbaik"

-Kamula Aksara Adipati

.
.
.

Akhir-akhir ini keadaan tubuh Aksa memang semakin lemah. Tidak jarang laki-laki  itu menahan mual dan sakit kepala. Rasanya melelahkan bagi Aksa,bertahan hidup dimana penyakitnya semakin parah.

Kini Aksa kembali lagi untuk menjalani radioterapi ditemani oleh Mira dan Kahar. Laki-laki itu memandang wajahnya dicermin. Wajah pucat itu berhasil membuat Aksa tersenyum kecut, juga tubuhnya yang semakin hari semakin kurus. Penyakitnya benar-benar telah merenggut semuanya.

"Bahkan Lo masih tetap bertahan disaat hidup Lo gak akan lama." Aksa kembali menertawakan dirinya.

Pikirannya kembali tertuju pada Alya. Beberapa menit yang lalu gadis itu meminta untuk menemaninya membeli bunga untuk Bunda Lia. Kali ini Aksa memang tidak bisa menemaninya dengan beralasan acara keluarga. Andai Alya tahu bagaimana kondisi Aksa saat ini.

Setelah lama berada didalam toilet rumah sakit,Aksa pun bergegas menuju ruangan radioterapi. Tapi sebelum ia benar-benar masuk keruangan ,Kahar menepuk pundak putranya.

"Pangeran papah gak boleh pesimis,tetap semangat,nak," ujar Kahar memberi semangat pada Aksa.

Aksa mengangguk tersenyum sebagai jawaban. Kakinya kembali melangkah memasuki ruangan putih ber-AC itu disambut dengan Dokter Mahen dan dua orang perawat. Entah sudah berapa kali ia menginjak ruangan ini.

🎸🎸🎸

"Mau kemana lagi?," tanya Aksa seketika langkah Alya terhenti.

Mereka sedang berada dikantin saat ini. Alya yang sedari tadi bolak-balik memesan makanan berhasil membuat Aksa lelah melihatnya.

"Mau beli cimol sebentar," jawab Alya dan saat ingin kembali melangkah tangannya ditahan lagi oleh Aksa.

"Duduk disini,biar aku yang pesen," ucap Aksa lalu pergi meninggalkan Alya.

Lagi dan lagi Alya melamun hingga tanpa sadar air matanya terjun dengan bebas membasahi pipi. Ia lupa jika didepannya ada Sena dan Haidar yang tengah memerhatikan gadis itu. Mereka memang lebih suka duduk dikantin di kursi panjang agar bisa istirahat bersama dikantin.

Sena menatap Alya dengan perasaan khawatir,gadis itu meraih tangan Alya yang duduk dihadapannya. Begitupun Haidar yang mengusap gusar wajahnya.

"Aksa pasti sembuh,Al...," ujar Sena diiringi senyuman tipis.

"Sakitnya udah parah,Sen," kata Alya dengan suara melemah.

"Aksa itu kuat,Al... gue yakin dia pasti bisa sembuh," sambar Haidar.

Alya kembali terdiam menatap Sena dan Haidar secara bergantian. Mungkin benar kata temannya itu,Aksa pasti sembuh.

Tak lama Aksa datang membawa cimol pesanan Alya. Ia langsung mengambil posisi duduknya disamping gadis itu.

"Makasih,"ucap Alya dengan senyuman.

GITAR AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang