Sherina dan sekelilingnya

336 29 92
                                    

Well written by ebinebiw

tw // child abuse

======================================

Minggu siang yang tenang. Waktu yang begitu berharga bagi orang-orang yang bekerja lima hari seminggu. Hal serupa yang juga dirasakan oleh Sherina. Jika perempuan seusianya memilih menghabiskan waktu libur dengan berlibur ke luar kota atau sekedar duduk di dalam sebuah coffee shop bersenda gurau dengan teman sebayanya yang mungkin sudah jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, maka tidak dengan Sherina Erlangga. Perempuan ini berbeda.

Ia lebih memilih memanfaatkan waktu yang berharga ini untuk bermain bersama Owy, kucing kesayangannya yang manja. Karena sepertinya anak bulu berusia satu tahun itu juga merindukan sang majikan.

Kenyang dengan makan siangnya, kucing berbulu oranye itu pulas tertidur di dada Sherina yang juga merebahkan tubuhnya di ranjang. “Owy kenyang? Adududuh ngantuk ya, Nak?” Sherina mengusap buntalan bulu itu dengan sayang. Ikut memejamkan matanya. 

Tapi bahkan belum sampai lima menit memejamkan mata, dering ponsel yang ia letakkan di nakas begitu nyaring terdengar. Mengganggu rencana indah tentang tidur siang yang nyenyak bersama Owy nya tersayang. Dengan raut kesal Sherina menatap ponselnya yang masih meraung. Perlahan mengangkat tubuh Owy yang sudah terlelap dan meletakkannya di kasur. 

Tapi kekesalan itu seketika menghilang melihat nama yang tertera disana. Senyumnya mengembang saat melihat siapa yang meneleponnya siang ini. 

“Siang, Princess. Lagi apa? Udah mam siang?” Oh betapa rindunya perempuan itu dengan suara laki-laki istimewa di seberang sana.  

“Siang, Kakang sayang. Udah dong udah makan siang. Lagi rebahan di kamar nih sama Owy. Kakang lagi apa?” Suara Sherina seketika berubah menjadi suara bayi ketika sedang mengobrol dengannya. Jenis suara yang hanya otomatis keluar saat sedang bersenda gurau dengan pria tersebut.

Ardiyan Wisnu Erlangga. Si sulung kebanggaan Sherina. Sosok kakak, teman, mentor, segalanya bagi Sherina. Dibesarkan di panti asuhan yang sama lalu sebuah keberuntungan bahwa mereka di adopsi oleh orang tua yang sama juga, Wisnu dan Sherina benar-benar tak terpisahkan sejak itu. Lalu setelahnya mereka bersekolah di tempat yang sama, dan berbagi peran dalam mewarisi perusahaan keluarga. Ikatan yang terbentuk antara kakak beradik yang hanya berjarak dua tahun itu menjadi sangat kuat. Sampai sekarang.

“Baru beres packing nih, Neng. Barangku nggak banyak tapi capek juga packing dadakan gini.” 

“Ih kan kakang mah kalo packing harus Neng bantuin.” 

Pria di ujung sambungan itu mengusap dagunya.“Iya juga sih. Aturan mah Neng ikut Kakang aja ke sini.” 

“Iya deh, besok kalo ada business trip Neng ikut.” 

“Yaudah deh, aku cuma mau mastiin Neng baik-baik aja. Kakang mau lanjut packing dulu ya,  princess?”

“Widuri jangan lupa kabarin, Nu.” Suara Sherina berubah serius.

Perempuan itu terdengar bersungguh-sungguh kali ini. Oh tentu saja Sherina harus serius mengingatkan bahkan mengomeli Wisnu jika itu tentang Widuri. Karena memang harus seperti itu.

Ini bukan pertama kalinya pria itu lupa mengabari Widuri, perempuan anggun yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Kesibukan Wisnu yang kadang tak kenal waktu itu membuat Widuri seakan terlupakan. Membuat perempuan cantik seumuran dengan Sherina itu terpaksa harus menanyakan kabarnya lewat calon adik iparnya tersebut.

Seakan memahami kekhawatiran sang adik, Wisnu membalasnya dengan nada menenangkan. “Iyaa, nanti habis ini aku telpon Widuri.”

Merasa puas dengan jawaban kakaknya, Sherina tersenyum.“Oke. Kamu jadi kapan baliknya?” 

Life HappensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang