Akankah (bertemu kembali)

371 32 45
                                    

Storyline by ebinebiw

===========================================


============================================================================

Menghabiskan waktu senggang bersama orang terkasih di minggu sore yang tenang menjadi aktivitas yang menyenangkan. Itu sebabnya Marsha menyetujui permintaan Sadam yang memintanya untuk datang ke Duduk Cerita. Bukan masalah meski laki-laki itu bilang bahwa ia akan sedikit lebih sibuk dari biasanya karena ia sedang merangkap menjadi barista hari ini. Toh ia bisa menunggu kekasihnya itu selesai dengan pekerjaannya di ruang pribadi Sadam. 

Setelah memastikan penampilannya, Marsha langsung bergegas menemui kekasihnya itu di tempat kerjanya.

“Pa, aku berangkat ya.” Marsha menghampiri papanya untuk berpamitan.

“Cantik banget anak papa. Emang mau kemana sih?”

Marsha tersenyum sambil menatap ponselnya. “Mau ke tempatnya Sadam.”

“Naik apa? Dia jemput kamu?”

Senyum itu tak pernah hilang dari wajah cantiknya ketika Marsha kini beralih menatap papanya. “Cafenya lagi sibuk, Paa. Kalau dia jemput kesini terus disana siapa yang jaga? Marsha naik taksi online aja.”

“Loh kenapa nggak minta anter si Pak Budi aja? Papa lagi nggak ada rencana kemana-kemana kok hari ini.” 

“Nanti kalau sama Pak Budi yang ada sepanjang jalan ngajakin ngobrol terus. Nggak ah.hor Marsha pengen menikmati pemandangan di jalan”

Papa Marsha tertawa pelan mendengar perkataan putrinya itu. “Alasan aja kamu tuh.”

“Pa, Marsha berangkat dulu ya. Taksinya udah di depan.” Marsha mencium pipi papanya. “Marsha tadi udah chat mama buat pamit.” Katanya merujuk pada mamanya yang sedang ada acara dengan teman-temannya.

Butuh waktu dua puluh lima menit untuk akhirnya sampai ke Duduk Cerita. Mengabaikan fakta bahwa tak ada siapapun yang berjaga di depan mesin kasir, Marsha langsung menuju ke salah satu dari dua pintu yang ada disana. Namun, wajah perempuan itu berubah heran saat ia mendapati orang lain di ruang pribadi Sadam itu.

Ada orang lain disana. Dua orang perempuan yang tak dikenali Marsha sedang duduk di satu-satunya sofa panjang di ruangan itu.  Dengan salah satu di antaranya sedang menangis sementara yang satu lagi tampak sedang menenangkan, mereka refleks menoleh ke arah Marsha yang sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan bertanya.

“Oh, maaf. Saya nggak tahu kalau Sadam lagi ada tamu.” Marsha berusaha tersenyum ramah.

Si wanita yang tadi menangis segera menghapus tuntas air matanya. “Kita udah selesai kok. Maaf ya, Mbak.” wanita dengan cardigan putih bersuara, lalu mengajak wanita di sebelahnya bangkit untuk beranjak dari duduknya.

Ketika tatapan mereka bertemu, Marsha menangkap perempuan itu tersenyum. Masih terlihat jejak tangis di matanya yang tampak merah.

“Loh, Sha? Kamu kenapa nggak ngabarin aku kalau udah di sini?” 

Ketiga perempuan itu menoleh ke sumber suara. Si pramusaji tampan terlihat bingung dengan kehadiran sang kekasih, juga dua wanita yang ada di ruangannya terlihat bersiap untuk pergi. 

“Aku kan biasa langsung ke ruangan kamu kalau ke sini. Agak kaget aja ternyata kamu lagi ada tamu.” Marsha melirik sekilas ke arah dua perempuan yang masih berdiri di ruangan Sadam. Membuat laki-laki itu mengikuti arah pandang Marsha. 

Life HappensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang