(Harus//nya) Searah

326 22 141
                                    

Well written by ebinebiw










===========================================

“Eh astaga. Kamu jadi ninggalin Mami kamu dong? Aduh maaf ya, aku jadi nggak enak” Sherina menatap sungkan pada lelaki tampan itu.

“Mami sama adek ku kok, aman. Kamu mau balik ke–”

Kalimat Sadam terpotong saat ponselnya berdering. Tertera nama Mami di sana. Dengan gesture meminta maaf pada Sherina karena harus mengangkat panggilan penting itu, ia menekan tombol hijau di layar ponselnya. 

“Halo, Mi. Iya maaf barusan Mas dapet telpon dari kedai. Mami masih di dalem?” 

Sherina menatapnya. Apa tadi? Mas? Pria di hadapannya ini memanggil dirinya sendiri dengan sebutan ‘Mas’? "Ya Tuhan lucu sekali." Batinnya sambil diam-diam Sherina menahan gemas.

“Oke oke, Mi. Mas kesana ya” Kata Sadam sebelum mengahiri sambungan itu. Ia kembali beralih pada Sherina yang sabar menunggunya. 

“Udah dicariin, ya?” Sherina bertanya. Nada bicaranya menunjukkan bahwa ia tak enak sudah ‘menahan’ Sadam terlalu lama hingga sang ibu dan sang adik ditinggalkan. 

“Iya. Kita bareng aja ke dalem?” Sadam menawarkan.

“Boleh” 

Merekapun keluar dari mobil dan berjalan ke arah gedung. Perih yang Sherina rasakan di punggung kakinya yang terluka seakan menghilang saat ia berjalan di samping Sadam. Perempuan itu mengagumi bagaimana Sadam memperlakukannya hari ini. Tidak menuntut, tidak mengintervensi ranah pribadinya, dan tidak banyak bicara. Laki-laki itu dengan Sabar menunggu tangisan Sherina mereda. 

“Maaf ya, Mi. Mas kelamaan di mobilnya” Ucap Sadam saat kembali ke kursi mereka. 

Nyonya Ardiwilaga tersenyum. "Nggak apa-apa. Mami cuma khawatir mas nyariin mami tadi." Katanya kemudian menatap Sherina. " Iniii siapa, Mas?"

“Oh iya, kenalin ini Sherina. Sher ini Mami, ini adek aku Salma”  Sadam memperkenalkan Sherina pada Mami dan adiknya. Seolah-olah ia adalah teman lama yang berteman akrab dengan Sadam.

Salma yang sedang sibuk dengan ponselnya seketika tersenyum menyapa. “Halo, Mbak. Aku Salma” 

"Deek, kok gitu sih?" Mami terdengar lembut menegur si bungsu itu. "Sama yang lebih tua harus sopan dong." Katanya membuat Salma tertawa kikuk lalu mengulurkan tangannya pada Sherina.

“Sherina” perempuan itu membalas uluran tangan Salma sambil tersenyum sopan.

“Tunggu sebentaar." Nyonya Ardiwilaga menatap wajah Sherina dengan seksama. "Kamu yang waktu itu bayarin belanjaan saya di Kartikasari, kan?” 

“oh, ibu yang waktu itu?" Sherina terlihat ikut senang. 

“Mami kenal sama dia?” Kini Sadam yang bingung. Menatap dua perempuan itu bergantian. 

“Itu loh Mas, Mami kan pernah bilang ada yang bayarin belanjaan Mami waktu itu. Ya ini orangnya. Ketemu lagi di sini ternyata. Mas kenal juga? Ketemu di mana?” 

“Astaga dunia sempit banget, ya. Sherina itu pelanggan Duduk Cerita, Mi. Dia suka pesen makanan untuk dibagiin ke panti asuhan” Sadam menyematkan tawa kecil di sela-sela kalimatnya. 

"Sherina?" Mami bergumam pelan ketika akhirnya ia menyadari nama gadis cantik tersebut. Satu kata itu mengusik Mami. Hatinya merasa terpanggil mendengar nama itu. “Tunggu, siapa tadi namanya, Nak?” 

“Sherina, Bu. Sherina Erlangga” 

Mami mengangguk paham. Mencoba mengingat dalam hati nama yang terasa sangat dekat dengannya itu. Secepat ia merasa janggal secepat itu pula ia berusaha terlihat wajar, “Cantik sekali namanya, seperti orangnya." Perempuan itu membelai ringan sisi wajah Sherina. Mencoba mencari.. sesuatu dalam ingatannya sendiri. Sampai akhirnya ia tersadar. "Eh duduk-duduk, Nak” 

Life HappensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang