Melihat bayi ini, mengingatkan aku pada seseorang..
***
Pemuda itu berlari dengan memegang erat telepon yang masih nyaman bertengger di telinga nya, mulut nya tak henti bergumam untuk orang di sebrang telepon dengan intonasi yang tidak santai. Dengan membawa tas yang biasa ia gunakan untuk kuliah kaki nya terus berlari hingga ketujuan akhir yaitu, halte.
Ia melirik jam tangan nya, ia telat 30 menit.
"Ah, sial! pake segala mules sih tadi."
"LU MASIH JAUH GA SIH?? UDAH SIANG INI!"
"SEBENTAR JE, GUA HAH.. HAH.. UDAH LIAT LO." Pemuda itu melambaikan tangan nya kearah teman yang sedari tadi ia hubungi di telepon, masih terus berlari hingga akhirnya ia sampai di halte.
Saat dirinya tiba di halte, lantas ia mematikan sambungan telepon dan menatap temannya yang sedari tadi menunggu nya, pemuda itu tersenyum cerah kepada temannya dengan peluh yang membasahi area keningnya.
Teman nya berkacak pinggang, ia sudah menunggu teman nya yang bodoh ini sialnya hampir 1 jam di halte ini.
"Abel! 3 bus udah gua lewatin tau! karena nunggu lu doang, makanya kalo makan diperhatiin! sembelit kan lu mampus."
Abel, pemuda yang masih sibuk mengatur nafas nya karena hasil maraton dadakan tadi sudah pasrah mendapat siraman rohani dari temannya ini.
"Hah.. hah.. maaf Jenan.. ga lagi hah.. suerr!"
Jenan hanya menatapnya tajam dan memberi sebotol air kepada teman bodoh nya ini, lalu tak lama bus lainnya yang akan mereka naiki datang.
Setelah mendudukkan diri di dalam bus, Abel membuka ponsel nya dan mengecek pesan grup tugas kelompok semester akhirnya, banyak yang memberi kabar teman temannya yang lain sudah tiba panti asuhan, Abel menoleh kearah Jenan
"Wah Je, udah banyak yang sampe, kita telat banget dong ya?" tanya Abel dengan wajah khawatir.
"Santai aja sih, kita janjian sama pengurus panti nya kan jam 11 ini sebentar lagi juga sampe kok bus nya," Abel menghela nafas, benar Abel dan Jenan akan ke panti asuhan untuk mengerjakan tugas semester akhir di kampus mereka, tentu dengan teman teman mereka lainnya. Mereka akan mengunjungi panti asuhan untuk mendokumentasi dan mewawancarai pemilik panti asuhan tersebut, serta bermain dengan anak anak disana.
Jujur, Abel tidak sabar. Ia sangat menyukai anak kecil, ia tak sabar melihat banyak anak kecil yang lari sana sini dengan teriakan bahagia, ia tak sabar melihat banyak anak kecil yang berebut mainan. Abel membayangkannya saja sudah mesam mesem sendiri.
Selang beberapa menit, bus yang mereka naiki tiba di depan area panti asuhan. Abel dan Jenan bisa melihat teman teman lainnya yang sudah menunggu mereka dan segera menghampirinya.
"Ayo masuk, udah jam 11 ini.. ibu Mirna tadi juga udah bilang mereka udah siap di dalem" ucap Reza, sebagai ketua di dalam tugas ini.
Abel menyenggol Jenan begitu Reza selesai berbicara, tersenyum bodoh pada temannya itu dengan cengengesan yang begitu kencang, yang di senggol hanya menahan tangannya ingin sekali ia menonjok wajah putih Abel ini.
"Abel monyet!"
Jenan ini menaruh perasaan pada Reza.
Setelah masuk kedalam panti, Abel tersenyum sumringah melihat anak anak kecil yang berpakaian imut sedang berbaris menyambut kakak kakak yang akan bermain dengan mereka nanti.
Abel ingin mewek rasanya, ingin sekali ia peluk dan menciumi semua anak anak ini dan memberikan kehangatan pada mereka semua. Mulutnya tak henti memuji setiap anak yang menghampirinya untuk berkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange Flower - [ Heesun/Heenoo ] END
Romance[ Heesun local story ] Abel Shaka Putra, seorang mahasiswa semester akhir yang jatuh hati kepada malaikat kecil yang ia temui saat menjalankan tugas kuliah nya di suatu panti asuhan. Abel bertekad akan merawat dan membesarkan malaikat kecilnya setel...