[ 20 ] orange flower

627 64 4
                                    

Lembaran kertas ku bersama mas Dana hampir siap, dan tangan ini tak akan pernah berhenti untuk menulis cerita baru di kertas itu selama hidupku bersamanya.

***


Pagi harinya, Abel dibangunkan oleh suara tangisan Baim yang menembus kamarnya. Ia melirik jam dinding menunjukkan pukul 6 lalu menatap lengan kekar yang melingkari perutnya. Dana masih tertidur, dengan sangat pulas. Bahkan suara tangisan Baim yang begitu kencang tak membuat dirinya terganggu.

Ia menghela nafas, dengan perlahan Abel memindahkan lengan Dana agar si empu tak terbangun lalu ia berusaha duduk. Yang ia rasakan saat ini adalah, seluruh tubuhnya yang terasa sakit saat digerakkan, ia mengurut pinggangnya berharap sakitnya mereda.

Abel membayangkan betapa linu nya bagian bawahnya saat ia gunakan untuk berjalan, dan betul saja saat ia mulai berdiri dan melangkahkan kakinya ia harus berjalan sedikit mengangkang untuk meredakan rasa linu dibagian bawahnya.

"Sshh.. gini ya rasanya kalo udah nikah.."





Setelah memberikan putranya susu, Abel membawa Baim pergi ke kamarnya bersama Dana dan menaruh Baim tepat disamping sang ayah yang masih terlelap. Pria cantik itu menggoyang-goyang kan tubuh Dana berusaha untuk membangunkannya.

"Mas.. bangun yuk, tolong jagain Baim sebentar. Aku mau siapin baju dia buat mandi," si kecil juga ikut membangunkan sang ayah dengan cara memukul-mukul wajah Dana dan bergumam tak jelas.

"Yayayaya,"

"Ayo, bangunin sayang ayahnya." seolah mengerti, si kecil membalikkan tubuhnya menjadi merangkak dan mendekati si ayah, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah si ayah dan berteriak dengan kencang.

"Yayaaa!" Abel tertawa, cara anak nya membangunkan Dana membuahkan hasil. Kini suami nya itu bergerak tak nyaman dan mengusak matanya.

Abel mengelus pelan surai legam milik Dana, lalu mencium pipi sang suami penuh cinta. Suami nya akan selalu bertambah tampan saat bangun tidur, apalagi dengan telanjang dada seperti ini.

"Bangun, yuk. Udah siang." oh astaga, apakah sepeti kehidupan saat sudah memiliki anak? jam 6 pagi dibilang siang.

Abel kembali tertawa melihat wajah Dana yang terasa berat untuk membuka matanya, apakah suaminya selelah itu setelah melakukannya semalam. Tapi tidak bisa dipungkiri, Abel memang hanya menerima, yang melakukan dan banyak gerak kan memang suami nya.

Ia kembali mencium sebelah pipi Dana sebelum pergi meninggalkan suaminya disana.

"Tolong jagain Baim, aku mau ambil baju dia buat mandi." lalu ia pergi melangkahkan kaki nya dari sana. Dana melihat sang istri berjalan tertatih pun bertanya-tanya.

"Sayang.. sakit?" tanya nya dengan suara serak basah tangannya ia gerakkan untuk menggaruk ketiaknya. Si cantik menoleh kebelakang.

"Ngilu sedikit aja, badan aku nih yang sakit. Kayaknya nanti aku mau minta pijitin sama bibi Jen," Dana menyikapi selimutnya dan berjalan menghampiri sang istri, ia angkat tubuh itu untuk ia gendong.

"Eh, mas.. turunin ih, kok aku digendong." dengan reflek ia melingkarkan lengannya pada leher sang suami.

"Mas aja yang mandiin jagoan," si cantik mengerutkan keningnya.

"Emang bisa?" yang di tanya nyengir,

"Bisa dong, liat nanti Baim jadi guanteng puol!" Abel diturunkan diranjang mereka berdua yang masih ada Baim disana, ia melirik Dana tak santai. Kita lihat saja, kekacauan apa yang akan diperbuat suami nya itu.


Orange Flower - [ Heesun/Heenoo ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang