[ 14 ] kesakitan

550 77 8
                                    

Mas, mana pelukan hangat mas itu? aku kedinginan..

***


"Bel, lu tidur ya? coba keluar, gua di depan rumah lu."

"Lu gila ya tengah malem gini kesini? ngapain?"

"Cepet turun, ikut gua sekarang." telepon itu dimatikan. Abel terbangun dari tidur nyenyaknya karena deringan telepon dari Jenan. Entah apa maksud dari sahabatnya itu, ia bergegas keluar dari rumah nya dengan hanya menggunakan pajama yang di lapisi cardigan sederhana.

Setelah menutup gerbang rumah, ia segera masuk ke dalam mobil sahabatnya itu. Jenan menatapnya serius, pria manis itu jadi sedikit bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama Jenan menjalankan mobilnya.

"Mobil siapa?"

"Papa, abis pulang dari luar kota dia," Abel mengangguk mengerti mendengarnya.

"Ini mau kemana?"

"Lu sama kak Dimas tuh udah putus atau gimana sih?" bukannya menjawab pertanyaannya, justru Jenan menanyakan hal yang diluar dugaannya, berarti ini pasti ada sangkut pautnya pada Dimas.

"Gatau.. mau di sebut udah juga gua ga rela,"

"Lu tau dia punya cewe baru lagi buat pelampiasan dia?"

"Tau,"

"Terus? lu masih cinta sama dia?" Abel mengangguk,

"Kak Dimas bilang setelah lulus nanti dia bakal balik lagi sama gua Je, karena ya dia bilang cewe itu cuma pelampiasan dia aja." Jenan lantas membanting stir ke kiri untuk menepikan mobilnya, setelah mobil berhenti ia menatap nyalang pada si manis di depannya.

"Dan lu percaya?? lu bodoh banget Abel, bener bener bodohh. Pake otak luuu, sadarr!"

"Apasih Je? lagian kak Dimas juga ke cewe itu kalo lagi kangen sama gue aja kok, dia ga ngetreat cewe itu kaya ke gua." Jenan memijit pangkal hidungnya, kepalanya pusing. Entah bagaimana ia harus menyampaikannya.

"Bel, mereka udah sering hs." tak dapat jawaban dari si empu, pria bermata kucing itu melanjutkan omongannya.

"Iya kak Dimas bakal lari ke cewe itu kalo dia kangen sama lu, dia bakal minta hiburan dari cewenya. Ya hiburannya itu mereka hs, tolol!" emosi Jenan menurun setelah Abel hanya menatap kosong jalanan di depannya itu dengan tetesan air mata yang tak henti membasahi pipinya. Ia segera memeluk Abel mencoba menenangkan si sahabat.

"Gua tau Je, gua tau soal itu.." Jenan sedikit terkejut, ternyata selama ini si manis tahu akan hal itu dan dirinya masih mencintai pria brengsek itu. Masih sambil terisak, Abel melanjutkan penuturan nya.

"Cewe nya hamil Je.. anak kak Dimas," tangis nya semakin menjadi, Abel hanya merasa rasa sakit yang selama ini ia pendam sudah terbang bebas keluar saat Jenan memeluknya. Namun kali ini Jenan terkejut, ia belum tau akan hal yang dikatakan Abel barusan, dan yang ia sadari tangis Abel menjadi lebih menyakitkan dari sebelumnya.

"Je.. disini.. sakit.." Abel membawa tangan Jenan menyentuh dada nya dengan isakan tak henti keluar dari mulutnya.

"Abel sakit, Abel sakit.. Jenan, kak Dimas beneran ga bisa buat Abel aja?," Jenan menggeleng, mengusap air mata pria manis di depannya yang terus merancau seperti hilang kendali.

"I know, pasti sakit banget. Abel sekarang nangis di pundak Jenan dulu ya?" Abel mengangguk, lantas ia memeluk tubuh sahabatnya itu erat, ia keluarkan semua emosi yang ia pendam selama ini. Jenan membiarkannya, ia terus memeluk tubuh ringkih itu dan terus mengucapkan kata penenang.

Orange Flower - [ Heesun/Heenoo ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang