[ 11 ] serius

579 78 5
                                    

Fokus sama yang sekarang,Bel. Masa lalu itu buang jauh-jauh dari diri kamu.

***


"Kemaren dia ngehubungin gua, dia ngira kalo gua tinggal di Jogja bareng sama lu."

"Dia tau gua di Jogja dari mana, Je?"

"Nah itu gua gatau Bel, tapi lu tenang aja. Jogja luas, dia gabakal mungkin langsung ketemu lu juga kali, tenang ya."

"Je.. gua takut, tadi anaknya bibi Jen bilang kalo ada yang kesini nyariin gua pas gua masih di klinik."

"Orang asing?"

"Gua gatau.."

"Ah itu tukang krupuk langganan lu kali, mau nganter krupuk."

"Oiya! bisa jadi sih, itu bapak-bapak belom dateng minggu ini, krupuk dirumah abis lagi. Nanti mas Dana mau ga ya makan ga pake krupuk.."

"Tuh kan, udah santai aja. Intinya selalu waspada, gua tau pasti dia ke Jogja buat nyari lu Bel, tapi gua gatau tujuannya apa."


***


Pria manis itu menatap kosong kearah TV yang menyala di depannya. Ia sedang menunggu kedatangan bibi nya yang katanya ingin mampir ke apartemennya. Tak lama ketukan pintu dan suara bel itu bersautan diluar, ia segera menghampiri pintu itu dan membuka nya.

"Nih bibi bawa belanjaan, kali aja nanti kamu mau dinner sama Dana," ucap wanita cantik itu di depannya sambil memberikan satu kresek berisikan sayur sayuran. Abel terkekeh, bibi Jen selalu membawa buah tangan kalau mampir ke apartemennya, ia benar benar seperti mendapatkan mama disini.

"Bibi kebiasaan, nanti ikut dinner disini ya?" ajak pria manis itu pada adik dari mamanya itu. Namun wanita itu menggeleng.

"Gausah, kamu sama Dana aja. Bibi ada jadwal hangout sama suami sama Bunga, hehee.." Abel sedikit menyibirkan mulutnya, ia sudah tahu betul bibinya itu walau sudah hampir kelapa empat namun tak menghilangkan sisi gaul wanita itu.

"Halah halah.. yaudah sini masuk dulu bi. Ada yang mau Abel omongin," pria manis itu membawa bibi Jen pada sofa diruang tamu. Wanita itu yang mendengarnya merasa tertarik dalam perbincangan pada keponakannya ini.

"Tumben, soal Dana?" Abel menggeleng, setelah melihat bibi Jen duduk dengan nyaman berhadapan padanya di sofa, ia mulai mengutarakan isi pikirannya akhir-akhir ini.

"Bi, kemaren Jenan telpon aku, dia ada bilang sesuatu.." Abel menjeda omongannya, menatap lekat pada wanita di depannya itu dan memasang wajah cemas.

"Dia ada di Jogja, bi." lanjutnya, bibi Jen sedikit memiringkan kepalanya karena tidak mengerti.

"Dia? siapa? Jenan?" Abel menggelengkan kepalanya tak santai,

"Dia biii..."

"Sopo sih? ngomong tuh sing jelas.." bibi Jen geram sendiri mendengar jawaban dari keponakannya itu, Abel tak menjawabnya. Sejujurnya ia malas menyebutkan nama pria itu.

"Dimas?" pandangan pria cantik itu redup kebawah lalu menganggukkan kepalanya.

"Jenan bilang, dia kesini karena nyari aku bi.. aku takut, aku gamau ketemu dia lagi.." adu Abel pada bibi nya yang sudah ia anggap mama nya sendiri. Bibi Jen menghela napasnya, jujur ia juga sedikit tak percaya dan terkejut saat mendengar penjelasan dari keponakannya itu, namun jika pria itu benar benar datang hanya untuk bertemu Abel, ia akan benar benar menjaga anak itu.

"Kamu tau dia nyari kamu alesannya apa?" Abel kembali menggelengkan kepala nya, bagaimana ia tau, dia saja bahkan belum bertemu dengan pria itu.

Bibi Jen mencoba mengelus pundak cantik itu, mencoba menenangkan Abel yang terlihat sedikit cemas.

Orange Flower - [ Heesun/Heenoo ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang