chapter I

126 14 0
                                    

𝐈

Sudah enam tahun sejak hari itu berlalu. Kini, Sereia celeste, gadis yang mudah menangis sudah berusia 24 tahun.

Banyak hal yang ia lalui hingga akhirnya ia menjadi dirinya yang sekarang. Banyak pelajaran pelajaran baru selama prosesnya menjadi dewasa ini.

Tidak sedikit pula kebiasaan kebiasaan buruk sereia yang kini sedang berusaha dihilangkan oleh Sereia.

Ia berusaha untuk sibuk agar ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan hari menyedihkan itu. Seperti saat ini, ia sedang merapikan kamar apartemen nya seperti hari hari biasanya.

" kayaknya gua harus ubah jadwalnya deh, bukan bersihin apartemen dua minggu sekali tapi 3 hari sekali. " gumamnya begitu melihat banyak debu yang menempel di pintu kaca balkon apartemennya.

Setelah pintu kaca itu bersih, Sereia melanjutkan bersih bersihnya. Kini ia sedang merapikan meja belajarnya dan tak sengaja menjatuhkan sebuah buku kuning ke lantai.

Sereia memungutnya dan mengingat ingat buku apa ini. Tak ada yang spesial dari buku itu, bahkan sampulnya saja membosankan.

Setelah melihat isi dari buku itu seketika sereia menahan air matanya. Bagaimana tidak? Buku itu adalah buku yang penuh akan foto dan kenangan nya bersama Ezra.

Semenjak perpisahan terkahir mereka enam tahun lalu, Sereia tidak tahu kabar Ezra sekarang. Yang ia tahu, Ezra saat ini berada di singapura dan mungkin sudah melupakannya.

Tangis sereia pecah begitu melihat halaman paling belakang dari buku itu. Halaman itu menunjukan betapa bahagianya Sereia bersama Ezra melalui tulisan.

Halaman itu kini basah oleh Air mata Sereia yang jatuh dari pelupuk matanya. Bohong kalau ia tidak merindukan orang itu, orang yang selalu ada jika dunia tidak berpihak padanya.

Rasa sayangnya pada Ezra tak pernah berubah, tidak sedikit pun. Perpisahan saat itu memang keputusan sereia yang terlanjur kecewa karena Ezra tidak menpercayainya, tapi kini ia sangat ingin laki laki itu kembali lagi padanya.

" gua tau takdir bakal mempertemukan kita berdua lagi, ez. Pasti. " ucap Sereia sambil memeluk buku itu.

Sereia kali ini sangat larut dalam semua kenangan indah di buku itu hingga ia tertidur pulas diatas lantai sambil memeluk buku itu.

Hingga pukul satu dini hari tiba. Sereia terbangun dengan bekas merah di dekat pipinya akibat tidak berhenti menangis, bahkan saat ia tidur.

Ia berjalan sempoyongan karena rasa pusing yang ia rasakan di kepalanya. Ia melangkah sedikit demi sedikit menuju meja makan dan menggambil botol minumnya.

" ah, bukunya gua buang aja kali ya? Bikin nangis doang " gumamnya setelah selesai meneguk air putih.

Ia berbaring diatas kasurnya, menatap langit langit kamar apartemennya yang gelap diiringi angin yang masuk lewat celah pintu kacanya.

Ia sengaja membukanya agar ia bisa menenangkan pikirannya.

~

Malam yang sunyi di apartemen nomor 303. Angin malam membuat rambut Hitam milik Ezra sebastian berantakan.

asap putih mengepul dari mulutnya. Ia menatap jalanan kota yang padat sambil memikirkan seseorang di benaknya.

Gadis dengan wajah cantik, bulu mata yang lentik serta rambut panjangnya. Ah, Ezra sangat merindukannya.

Enam tahun lalu saat perpisahannya dengan wanita itu, Ezra benar benar tidak tau apa yang harus ia katakan ketika wanita itu memilih berpisah dengannya.

Hatinya masih terpukul begitu wanita yang ia tunggu tunggu kedatangannya di bandara ternyata tidak hadir.

Dan bahkan kini saat ia sudah kembali dari singapura, wanita itu tidak mengetahuinya. Apa perasaan wanita itu sudah berubah?

" sereia... " gumam Ezra sambil melihat gelang pemberian dari wanita itu yang tidak pernah ia lepas sekalipun.

ia kemudian membuang batang rokoknya yang sudah hampir habis kebawah lalu memilih masuk ke apartemennya.

Ruangannya sepi serta gelap, ia duduk bersandar di pintu kaca yang menuju balkon itu sambil menatap cardigan milik wanita itu yang ia gantung didekat pintu.

Saat itu, cardigan putih milik Sereia tertinggal di mobilnya ketika sereia mengakhiri hubungan mereka. Rencananya, ia ingin menggembalikannya pada Sereia ketika di bandara.

Tapi ia mengurungkan niatnya begitu perempuan itu tidak datang. Meski ada ayah dari perempuan itu, tapi Ezra memilih membawa Cardigan Sereia dan memeluknya setiap kali ia merindukan Sereia.

" sial, gua bisa gila kalo begini "

your fiance here, sereia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang