chapter XII

51 6 0
                                    

𝐗𝐈𝐈

「 𝐍𝐨𝐭𝐞 」
latar waktu dari chapter ini beberapa
Tahun lalu yaa! Jadi masa SMP
Sereia, terimakasih ૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

Rambut panjang yang diikat serta ransel berwarna merah mudanya, gadis berusia 14 tahun bernama sereia itu kini sedang duduk di meja makan, bersama dengan ayah dan ibunya.

Sereia memakan roti lapis buatan ibunya yang menurut dirinya adalah makanan paling enak dan tidak ada yang bisa menggantikannya.

" sereia, nanti pulang sekolah ayah jemput atau mau sama Sam? " tanya Arvin sambil menyendok makanannya

" hmm..sama sam deh. Sereia diajak ke toko hadiah buat beliin hadiah ulang tahun tante Sherine " ucap Sereia

" jangan terlalu sore ya pulangnya, jalanannya suka macet kalo udah jam pulang kerja " ucap Ibu Sereia

" ayo, udah abis kan? " ucap Arvin begitu selesai sarapan.

Sereia mengganguk, ia menyambar tasnya dan berjalan di belakang ayahnya menuju mobil.

~

" sereia, ayah liat nilai kamu makin nurun belakangan ini, kamu ada kesulitan? Atau ada hal lain yang bikin kamu ga fokus belajar? " tanya Arvin dengan tatapan yang terfokus pada jalanan.

" hmm..ga ada sih, yah. Belakangan ini Sereia sering kecapean gara gara udah persiapan buat ikut kejuaraan bulanan antar sekolah" balas Sereia

" gausah ikut ikut kayak begitu, urusan sekolah kamu lebih penting sereia. Nilai kamu banyak yang nurun gara gara fokus kamu kebelah " ucap Arvin

" ya gabisa gitu dong, yah! Sereia udah daftar, masa mau dibatalin? Ga enak sama panitia! " ucap Sereia

" ketua panitianya sam kan? Kamu kan deket sama dia, bujuk aja " ucap Arvin

" gaboleh begitu, ayah! Sereia gabakal manfaatin hubungan sereia sama Sam buat kayak ginian " ucap Sereia

" udah ah, Sereia males bahas kayak ginian " ucap Sereia sambil membuka pintu mobil dan berjalan memasuki Wilayah sekolah.

Kala itu, Suasana sekolah sepi karena kelas 7 yang sedang kemah serta kelas 9 yang harus memulai kelas lebih awal untuk persiapan ujian kelulusan.

Alhasil, lorong sekolah yang biasanya ramai dilalui oleh siswa siswi berlalu lalang kini hanya dilewati oleh beberapa orang saja.

Sereia berjalan menyusuri lorong itu, menundukan kepalanya sambil menahan air matanya. Hatinya sakit mengingat perkataan ayahnya. Padahal selama ini ayahnya selalu mendukung semua pencapaian sereia baik akademis maupun non akademis.

Ia mengusap kasar pelupuk matanya dengan tangannya, menahan air mata membasahi pipinya.

" ser? lo gapapa? "

Sereia mengangkat kepalanya, menatap wajah khawatir samudra dan seketika tangisnya pecah, bibirnya bergetar dan matanya akhirnya meneteskan air mata.

Ia memeluk Samudra sambil mengeluarkan semua kekesalannya hari ini pada Samudra.

Ketika dirasa sudah sedikit tenang, Samudra menuntun Sereia untuk duduk di kursi taman yang ada di pinggir lapangan bola.

Disana, Sereia menceritakan dengan detail alasan ia menangis dan datang dengan perasaan yang campur aduk.

Mendengar cerita sereia, tentu Samudra merasa iba pada teman masa kecilnya itu. Ia merangkul pundak gadis itu dan membelainya, membuat sedikit kekesalan Sereia mereda.

your fiance here, sereia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang