chapter VI

61 8 0
                                    

𝐕𝐈

tok! Tok!

Suara ketukan pintu membuat Sereia menoleh dan membuat jarinya menyentuh wajan panas.

" aw, aw! " ia merintih begitu jarinya terasa panas.

" ser! You ok? " suara Ezra

Nafas sereia menggebu, ia menghentakan kakinya menuju Pintu apartemen dan membuka Pintu apartemennya dengan keras, sudah siap mengomeli Ezra.

" ngapain kesi- hump! "

" berisik lo, siap siap cepet. " ucap Ezra sambil melepaskan tangannya dari Mulut Sereia. Ya, dia sudah bosan mendengar celotehan Sereia

Sereia mengerutkan Dahinya, mengapa ia selalu berurusan dengan orang menyebalkan ini?

Setelah hampir 15 menit berlalu, Sereia keluar dengan wajahnya yang kusut. Ezra sempat beberapa Kali mengerjapkan matanya begitu melihat Pakaian Sereia yang berbeda dari biasanya.

" tumben banget make kemeja " ucap Ezra

" nye nye nye " timpal Sereia

Ezra tertawa kecil, Ia kemudian berjalan diikuti oleh Sereia di belakangnya. Sepertinya suasana Hati sereia berbeda terbalik dengan suasana Hati Ezra.

Sereia kini hanya memasang wajah cemberutnya sambil bergumam. Apa ia tidak sadar gumamannya itu terdengar oleh Ezra?

Sesampainya di dalam mobil, Ezra membuka pintu penumpang untuk Sereia diiringi senyum manisnya yang ia tunjukan hanya pada Sereia.

Berbeda dari dugaan Ezra, Sereia justru mendecih dan masuk kedalam mobil tanpa mengucapkan terimakasih.

Jujur, Ezra kesal dengan reaksi Sereia barusan tapi di sisi lain, Ezra benar benar gemas akan wajah Sereia yang kusut.

Ezra menghela nafasnya sebelum menutup pintu penumpang dan duduk di kursi pengemudi.

Ezra menyalakan Radio dan memutar Saluran kesukaan Sereia sambil menyetir. Kali ini, Reaksi Sereia sesuai seperti apa yang Ezra harapkan.

Kedua mata Sereia berbinar, sambil sesekali menoleh Pada Ezra.

" kenapa? Ada yg mau lo tanyain? " tanya Ezra begitu sadar akan Tarapan Sereia

" gak " balas Sereia.

Ia kembali duduk tenang sambil menatap keluar Jendela mobil. Ezra kembali menghela nafasnya, mengapa ia mudah sekali menyerah?

" gua ga pernah lupa semua tentang lo. Saluran radio kesukaan lo, warna kesukaan lo, tanggal lahir lo dan bahkan semua hal yang lo ceritain ke gua, gua masih ingat "

" gua masih ingat waktu lo cerita ke gua kalo lo dapet nilai jelek terus nangis dan gua meluk lo, gua masih ingat waktu lo cerita lo keilangan pulpen di kelas. " ucap Ezra

" gua ga pernah lupain lo ser, ga sedikit pun " ucap Ezra

Sereia terdiam, tidak memberikan Jawaban pada Ezra. Laki laki ini membuat Sereia semakin ingin memilikinya kembali.

Jika bukan karena ego nya, Sereia pasti sudah meminta Ezra menjadi miliknya lagi saat pertama kali mereka bertemu lagi di lorong kampus saat itu.

Sunyi, Sereia tidak percaya ia akan duduk di kursi mobil yang sama setelah 6 tahun lamanya. Suasananya masih sama seperti terakhir kali ia meninggalkan mobil ini.

Sereia terus terusan menatap keluar jendela agar tidak terfokus dengan Ezra.

" ser, were arrived  " ucap ezra begitu sampai didepan rumah lantai dua yang megah.

Sereia mengganguk pelan, ia kemudian turun dari mobil dan berjalan disamping Ezra.

" pa? Ini ezra " ucap Ezra sambil mengetuk pintu rumahnya.

Tak lama, Pintu besar berwarna putih itu terbuka dan terlihat Laki laki tua dengan kemeja yang rapi.

Sereia tersenyum lalu berjalan masuk debgan tangannya yang di genggam erat oleh Ezra.

" loh, ayah? " ucap Sereia begitu melihat ayahnya yang sedang tersenyum tipis padanya.

" duduk dulu ya, nak? Kita mau ngobrol sebentar sama keluarga Ezra " ucap Ayah Sereia.

Sereia mengganguk. Lagi, ia duduk dengan tangannya yang digenggam oleh Ezra. Mereka duduk bersebelahan.

Pembicaraan dimulai, topik yang mereka bicarakan tidak jauh dari perkuliahan, bisnis serta hal hal penting lainnya.

Sereia tidak menanggapi ucapan Mereka. Saat ini, ia sedang memakan menu makan malam yang sudah tersaji di depannya.

Setelah muak mendengar pembicaraan mereka, Sereia menggengam tangan ezra dengan sangat kuat.

Ezra menoleh pada Sereia lalu terkekeh, jelas sekali pipinya menjadi merah karena tingkah menggemaskan Sereia.

" langsung ke intinya aja, pa. Udah makin malam juga masalahnya. " ucap Ezra

"Kalian tau kan saya dan Vin ini punya cabang di jepang? Cabang di jepang sering dapat protes dari anak muda karena kerja perusahaan kita yang sering tidak sesuai dengan selera mereka " ucap Ayah Ezra

" mhm, terus? " timpal Ezra

" gimana kalau kalian berdua pergi ke jepang buat memimpin cabang disana? Hitung hitung kalian bakal sedikit dapat pengalaman disana. Soal urusan tempat tinggal, saya dan Liam sudah beli satu rumah dengan halaman luas untuk kalian berdua tinggali disana. " usul Ayah sereia

" terus, kuliah sereia gimana yah? " ucap Sereia

" mau ga mau pindah ke jepang dong, ser " balas Ezra

" agh, oke! " ucap Sereia pasrah.

" tapi, Ezra nolak. Ezra gamau pindah kuliah ke jepang " ucap Ezra

" kenapa? " tanya liam, Ayah Ezra

" ayah lupa di jepang ada si zhea? Temen Ezra dari kecil yang ngekorin ezra mulu. " ucap Ezra

Ezra berdebat dengan ayahnya serta ayah Sereia. Sementara Sereia? Yah, ia sibuk memikirkan jalan tengahnya sendiri.

Sebenarnya, Ia juga tidak mau ke jepang karena ia sudah malas beradaptasi dengan lingkungan lagi.

Saat ini, ia membutuhkan apa saja yang membuatnya lebih mudah beradaptasi disana nanti.

" ezra, ikut gua " ucap Sereia seraya menarik Tangan Ezra ke suatu tempat.

your fiance here, sereia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang