Sosok misterius?

158 11 3
                                    

Setelah pulang dari rumah Bimo, Alvarka langsung menuju ke markas Phoenix alih alih mansion papa nya.

Merebahkan tubuhnya mencari posisi nyaman pada single bed di ruang pribadi miliknya sebelum dobrak an pintu mengalihkan atensinya.

Menatap tajam sang pelaku yang hanya menampilkan cengiran polosnya "ngapain"

Attheo sang pelaku mengusap dadanya sabar mendengar nada ketus dari ketuanya "Al tolong bilangin sama Alea dong gue mau dekat sama sahabatnya"

"Lo nyuruh gue"

Attheo gelagapan "bukan gitu Al, masa lo ngga mau nolongin teman lo ini, gue capek jomblo anjir"

"Jadi?"

"Biar gue ngga jomblo lagi gue mau minta bantuan cewek lo biar bisa jadian sama temannya"

"Emang cewek nya mau?" datar dan menusuk hati.

Attheo mengurut dadanya sabar, ingin melayangkan pukulan tapi itu sangat tidak mungkin bisa bisa ia yang bonyok di tangan Alvarka "nyelekit amat bos"

"Nanti gue bilangin"

Seketika Attheo melebarkan senyumnya hendak memeluk Alvarka namun naasnya pantatnya mencium dinginnya lantai akibat dorongan Alvarka

Alvarka pemuda itu menatap Attheo dengan tampang watadosnya "udah kan? Keluar"

"Buset galak bener, ngga kasian apa sama teman sendiri" Gerutu Attheo mengelus pantatnya seraya keluar dari kamar Alvarka

     
                                  ***

Malam ini Alea kembali melukai tangannya dengan alasan yang sama namun kesadarannya belum sepenuhnya menghilang saat matanya hendak tertutup siluet pemuda berjalan ke arahnya, Alea berusaha membuka lebar kelopak matanya namun kegelapan merenggut semua penglihatannya. Alea pingsan tidak sadarkan diri.

"Lemah" pemuda itu terkekeh menatap Alea yang tampak menggenaskan dengan darah yang bercereran dan rambut yang berantakan, dapat di pastikan gadis ini tampak frustrasi.

Pemuda itu menggeledah kamar Alea namun apa yang di cari nya tidak kunjung ia dapatkan membuat ia menggeram kesal "gadis sialan, jika lemah jangan membuat semuanya semakin rumit"

Menatap Alea datar melompat dari jendela kamar


***

Sedari tadi Alea hanya melamun sesekali mengaduk pelan bakso di hadapannya yang menimbulkan tanda tanya dari Alvarka

"Kenapa ngga di makan? Mau di beliin yang lain? Gas tolo..."

"Ngga usah Al, gue cuma ngga nafsu"

"Muka lo pucat, sakit?"

Alea tetap menggeleng enggan menceritakan kejadian malam yang lalu
Hari ini sudah seminggu dimana sosok misterius itu masuk ke kamarnya, Alea masih memikirkan siapa pria itu? Apa motifnya?

Alea menatap sorot Alvarka dalam "boleh peluk?"

Deg

Shit!! Alvarka mengumpati dirinya yang selalu lemah di dekat namun dengan cepat ia mengubah ekspresi gugupnya membawa tubuh Alea kedalam dekapannya"

Nyaman, itulah hal yang dapat Alea rasakan jika ia bersama Alvarka.

Cukup lama keduanya berada pada posisi berdiam diri menikmati detak jantung masing masing, tidak ada pergerakan dari keduanya untuk melepaskan pelukannya.

"You will always be the princess of my heart" bisik Alvarka pelan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Alea.

"And you will always be the prince in my heart" Alea mengeratkan pelukannya


***

"Capek bat gue, ini kalau lama lama bisa gosong nih kulit mulus gue" keluh Gavan mengelap keringat pada dahinya dengan gerakan yang sengaja ia buat seperti slowmo yang mengundang pekikan histeris dari murid perempuan berbeda dengan teman temannya selain muka julid dan ada juga yang menampilkan ekspresi ingin muntah.

"Iri tanda tidak mampu bro"

"Prett iri sama manusia modelan lo!!
yang bener aje?"

"RUGI DONG" ujar teman temannya serempak kecuali Alvarka dan Leo

"Anjing jahat bat lo sama gue" dramatis Gavan memegang dadanya

"Cih drama amat" sinis Nathan

"Al pulang sekolah lo ikut kerumah gue ngga?" Sagara menatap Alvarka yang sudah memejamkan matanya, Sagara tau kalau Alvarka tidak tidur melainkan hanya memejamkan matanya saja.

Alvarka akhir akhir ini jarang menghabiskan waktu bersama mereka itulah sebabnya Sagara berinisiatif mengajaknya.

Masih dengan matanya yang senantiasa terpejam "ngga dulu, gue ada urusan"

"Perasaan dari kemarin lo ada urusan mulu" celetuk Bagas.

Alvarka diam malas menanggapi jujur saja kepalanya seperti dihantam benda yang sangat keras yang membuat ia kesulitan untuk berpikir jernih.

"Al lo ada urusan apa sih sampe sampe udah beberapa hari lo ngga ngurus geng kita" protes Bagas yang mendapat pelototan dari teman temannya.

"Urusan yang ngga bisa gue tinggalin" ujar Alvarka datar

Bagas berdecak malas "seberapa pentingnya sih urusan lo sampai sampai lo ngga ada pas geng kita di serang sama geng nya Kevin"

"Ngga semua urusan gue lo harus tau, I have privacy" suara Alvarka semakin datar ia sangat tidak suka dengan orang yang ingin tau urusannya

Bagas tertawa remeh "privasi kata lo, lawak lo Al" menggeleng tidak habis pikir "bahkan lo ngga ada minta maaf sama anak anak yang lainnya saat tau kita di serang sama gengnya Kevin"

"Sorry"

"Cih di juluk dulu baru jatuh"

Sorot mata Alvarka semakin menajam "so what do you want"

"Apa yang lo cari dari Phoenix?"

Baik Alvarka maupun teman temannya yang lain hanya diam, Alvarka yang bingung dari mana Bagas bisa tau dan teman temannya yang bingung dengan apa yang dibicarakan Bagas.

"Kenapa diam? ngga bisa jawab?"

"Maksud lo apaan dah Gas ngga usah bercanda kali" Attheo terkekeh pelan berusaha mencairkan suasana.

Bagas tersenyum sinis "gue ngga bercanda, lo tanya sama ketua lo apa alasan dia join sama Phoenix" ujarnya berlalu pergi.

"Maksud nya Al" bingung Attheo.

Namun Alvarka hanya diam menenteng ranselnya keluar dari kelas setelah membaca pesan dari Alea Alvarka langsung menjalankan motornya menuju ke suatu tempat.

Tidak membutuhkan waktu lama Alvarka sudah tiba pada tempat tujuannya "TPU" begitulah tulisan yang tertera

Tangannya mulai membersihkan rumput yang mulai tumbuh di atas kuburan tidak lupa meletakkan bunga mawar putih pada nisannya yang bertulisan Clarissa Amora.

"Tolong kasih gue petunjuk Cla"

Cukup lama bertarung dengan pikirannya tiba tiba sebuah suara menyapa gendang telinganya

"Harusnya lo sadar diri, lo yang udah bunus Cla" pemuda itu menatap Alvarka dengan sorot permusuhan

Alvarka mengedikkan bahunya "harusnya lo ngaca"

Pemuda itu menatap Alvarka dengan sorot mata yang serius "Dengar baik baik Alvarka Emanuel Ed Morgan, gue ngga akan biarin pembunuh pacar gue berkeliaran"

"Harusnya lo tanam itu baik baik di otak lo, gue ngga pernah main main sama omongan gue" Alvarka menubruk pelan pundak pemuda itu berlalu pergi dari area makam.

TBC

Hii pembaca setia Alvarka maaf ya telat update nya🙏🏻🙏🏻

Jangan lupa follow ya sama votement nya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlvarkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang