Chapter 23

1.2K 110 5
                                    


⭐️

Kau bukan alkohol tapi mampu membuatku
hilang kesadaran dan fokus

Kau bukan alkohol tapi mampu membuatkuhilang kesadaran dan fokus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakura menikmati suapan demi suapan dari sang ibu. Keadaannya sudah jauh lebih baik meski bekas memar serta lebam masih terlihat di bagian wajah, lengan serta betisnya.

Bekas yang selalu membuat Mebuki terlihat sedih dan ingin menangis namun berusaha wanita dewasa itu tahan. Anak gadisnya mengalami hal yang begitu buruk dan pasti menyakitkan.

Gadis itu tumbuh dengan penuh kasih sayang jadi sangat menyakitkan melihat gadis itu mengalami hal seperti ini.

Meski Sakura selalu bilang ia sudah lebih baik, Mebuki tetap tak bisa menghilangkan perasaan yang ia rasakan ketika anaknya mengalami hal yang bahkan mengancam nyawa putrinya.

"Mom, i need time for my self," ucap Sakura ketika gadis itu telah berhasil menghabiskan makanan yang di suapi sang ibu.

Mendengar hal itu, Mebuki pun mengangguk tak lupa mengecup dahi sang putri lalu meninggalkan sang putri yang membutuhkan waktu untuk istirahat.

Setelah dua hari berada di rumah sakit, kini Sakura sudah kembali ke mansion meski dengan sedikit drama menangis untuk meluluhkan hati sang ibu dan neneknya yang ingin ia tetap di rawat di rumah sakit.

Rasa sakit tak sebanding dengan perasaan takut yang memenuhi pikirannya. Pertama kali ia di hadapkan langsung dengan kejadian yang begitu mengerikan baginya.

Jika saja waktu itu Sasori dan yang lainnya tidak datang, Sakura tak dapat membayangkan hal lebih buruk yang mungkin saja akan terjadi padanya.

Pikirannya begitu kacau akan hal itu dan ia ingin mengadu pada sang mama tapi bibirnya kelu mengatakan kejadian-kejadian itu.

Ia di tampar dan di jambak bahkan hampir di lecehkan jika saja ia tak memberontak. Sakura takut ketika melihat banyak mayat dan darah di lantai saat itu.

Dan ia menyesali semua itu. Andai saja ia tak menyetujui permintaan Naruto untuk bertemu mungkin hal ini tak akan terjadi.

Dalam keheningan gadis itu menangis. Takut rasanya ketika ia mengingat kembali kejadian kemaren tapi ia tak ingin membuat yang lain khawatir.

Tok, tok...

Gadis itu dengan cepat menarik tisu di atas nakas untuk menghilangkan bekas air mata sebelum bersuara.

"Masuklah."

Dan ketika seorang maid membuka pintu Sakura tetap tenang sebelum seseorang muncul dan mengatakan sesuatu yang di angguki sang pelayan sebelum membungkuk hormat dan melangkah pergi.

Sakura menatap dengan gelisah ke segala arah dan mengutuki tubuhnya yang mulai bergetar takut. Ia tak tenang begitu pria itu melangkah mendekatinya dengan pandangan yang tak beralih kemana pun.

I'm Figuran? [ Sasusaku ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang