Pada malam hari, Wooyoung dan san kembali pergi ke area tanding. Sesampainya disana mereka langsung menuju ke ruang ganti.San bersiap-siap dengan dibantu oleh Wooyoung, namun di tengah-tengah bersiapnya San mencuri pandangan pada Wooyoung yang sedang fokus.
"Wooyoung!" Panggil San, kemudian Wooyoung mendongakkan kepalanya.
"Kenapa?" Tanya Wooyoung.
"Hari ini adalah hari terakhir ku. Selesai tanding, aku akan undur diri dari tempat ini" ucap San.
Mendengar itu Wooyoung hanya terdiam, dia merasa senang karena San menuruti perkataannya. Namun di lain sisi dia merasa tidak enak.
"o- oh, bagus" jawab Wooyoung dengan sedikit tergagap.
"San, giliran mu!" Ucap staff yang datang ke ruang ganti.
"Oke" jawab San, kemudian dia merangkul Wooyoung dan berjalan keluar untuk menuju ke ring tanding.
San naik keatas ring tanding sedangkan Wooyoung berada di pinggir ring sembari memegangi botol air minum dan handuk kecil.
Kali ini tandingan San sangat sulit untuk di taklukkan, tinjuannya berhasil membuat San tidak berdaya berkali-kali. Meskipun tubuhnya sudah terlihat lemas, San masih sanggup untuk melawannya.
"SAN, BERHENTI!. JANGAN MELAWANNYA LAGI!!" Teriak Wooyoung dari pinggir ring.
Wooyoung mulai merasa resah saat melihat wajah San sudah di penuhi oleh luka lebam dan berlumuran darah.
Orang itu melayangkan tinjuannya dan membuat San tidak berdaya, kemudian dia mencengkram kepala San dengan kedua lengannya. Setelah itu dia mengangkat kepala San dan membenturkannya.
Orang itu terus membenturkan kepala San tanpa henti, dari pinggir ring Wooyoung berteriak memanggil nama kekasihnya. Wooyoung hendak naik keatas ring namun salah satu staff menarik bajunya dan menahannya.
Para staff menahan tubuh Wooyoung yang terus memaksa naik keatas ring tanding, sedangkan wooyoung terus memberontak dan berteriak.
Keadaan terlihat sangat ricuh, banyak penonton yang berteriak tidak senang saat melihat petanding favorit mereka di pukuli habis-habisan.
Wooyoung Yang tadinya terus memberontak kini dia terdiam dengan tatapan kosong memerhatikan San, dia merasa heran kenapa staff membiarkan orang itu terus menerus memukuli San.
"Kenapa kalian tidak menghentikan pertandingannya?" Ucap Wooyoung kepada para staff yang sedang memegangi tubuhnya
Namun para staff sama sekali tidak menjawab pertanyaan Wooyoung, sepertinya mereka memang sengaja membiarkan San mati di atas sana.
Wooyoung tidak bisa terus diam saja jika tidak San akan mati, kemudian dia menggigit lengan salah satu staff yang memegangi badanya kemudian dia berkelahi dengan para staff yang mencoba untuk menahannya.
Di tengah-tengah kericuhan, ada salah satu penonton yang justru menikmati kericuhan ini. Dia terlihat sangat menikmatinya sembari mengisap sebuah batang rokok yang terhimpit di kedua jarinya. Kemudian seseorang menghampirinya.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan?, dia bisa saja mati" tanyanya pada orang itu.
"Itu memang tujuannya" jawabnya dengan santai.
Wooyoung berhasil naik keatas ring tanding. Namun saat hendak menghampiri San, lagi-lagi ada yang mencoba menahannya. Wasit yang ada di dekat San, menahan Wooyoung agar dia tidak mengacau pertandingan.
"Jangan menghalangi!" Kesal Wooyoung kemudian dia mencengkram kerah baju wasit itu kemudian meninju wajahnya.
Saat wasit sudah Wooyoung singkirkan kini dia menghampiri San yang sedang di hajar habis-habisan, dia menarik orang itu. Melihat ada seseorang yang mengganggunya, dia langsung berdiri dan melayangkan tinjuan ke wajah Wooyoung.
Wooyoung meraih sebuah kursi lalu dia mengangkatnya dan bersiap untuk menghantam nya menggunakan kursi tersebut.
"Hentikan pertandingannya!" Perintahnya, para staff yang ada disana menghentikan pertandingannya.
Wasit yang berada di atas ring tanding langsung menghampiri orang itu dan mengangkat salah satu lengannya dan menyatakan kalau dia adalah pemenangnya.
Wooyoung terdiam heran dengan apa yang baru saja terjadi, mengapa tiba-tiba pertandingannya di hentikan?. Meskipun begitu Wooyoung tidak terlalu mempedulikannya, dia melempar kursi yang baru saja ia angkat dan berlari menghampiri San.
"SAN!" Teriak Wooyoung, namun San tak kunjung sadar.
Melihat San yang sama sekali tidak membuka kedua matanya, Wooyoung merasa sangat panik. Kedua tangannya gemetar lemas saat melihat darah yang begitu banyak.
"Wooyoung!" Panggil dokter jaga yang ada disana.
Mendengar namanya di sebutkan, Wooyoung melihat sekitar untuk mencari siapa yang memanggilnya. Kemudian dokter itu melambaikan tangannya agar Wooyoung dapat melihatnya.
"Dokter!" Ucap Wooyoung, kemudian dokter itu naik keatas ring dan menghampiri Wooyoung.
"Dokter, bagaimana ini??" Tanya Wooyoung dengan nada suara yang sudah bergetar.
Dokter itu memeriksa nadi San yang ada di pergelangan tangannya, setelah memeriksa keadaannya dokter itu menatap Wooyoung dan memberitahu keadaan San kepada nya.
"Detak nadi nya lemah!, kita harus cepat membawanya ke rumah sakit" ucap dokter itu kemudian Wooyoung menganggukkan kepalanya dan memapah tubuh San.
"Naik mobil saya saja!" Lanjut dokter itu.
Wooyoung memapah tubuh San dan membawanya kedalam mobil milik sang dokter kemudian mereka langsung bergegas ke rumah sakit. Sesampainya di IGD, para perawat yang ada disana langsung menanganinya.
Wooyoung duduk di kursi tunggu, sembari terisak. Wooyoung merasa sangat bersalah, karena tidak menolong San dengan cepat. Dia justru hanya terdiam sembari meneriaki nama San seperti orang gila.
Dokter yang sudah selesai memeriksa San, kini menghampiri Wooyoung yang berada di ruang tunggu.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Wooyoung.
"Terdapat gumpalan darah di otak nya. Jadi, harus segera di operasi!" Jelas dokter.
*
*
*
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hero Class
Teen FictionWooyoung dan San adalah dua sejoli yang sangat ditakuti di lingkungan sekolah, dan siapa sangka setelah membantu Yunho justru mereka malah mendapatkan karma