Duncan dan Lauren berada dalam satu ruangan yang sama. Kedua nya terkejut ketika membaca sebuah pamflet yang berasal dari Valcke bahwa Rosaline dan Helios menikah.
"Tiba-tiba aku mengingat sebuah janji yang berisi 'Aku berjanji akan berhasil merebut hati Princess Rosaline, ayah. Aku berjanji― jika dilihat sekarang bukan kah itu sangat lucu?" Duncan tertawa dalam hati melihat tingkah Lauren saat putra nya itu mengikuti Debutante Ball di Valcke.
"Mereka berdua sangat berani. Aku tak menyangka." Lauren berpikir apakah dirinya harus menculik Astoria saja?
Duncan menekuk dahi nya ketika melihat diam nya Lauren, "Jangan berpikiran macam-macam. Ayah tahu isi pikiran mu."
Lauren memutar bola mata nya malas. "Bagaimana jika aku tidak menikah? Tetapi tenang saja, aku akan memberikan keturunan mu."
Satu pukulan di kepala tepat mengenai Lauren. "Kau gila!" Duncan tahu Lauren bercanda, hanya saja itu membuat nya kesal.
Lauren menghela nafas kasar. "Ayah. Haruskah ku peringatkan agar kau harus waspada? Helios akan datang dan mengambil apa yang seharusnya menjadi milik nya."
Duncan tersenyum meremehkan, "Bagaimana cara nya?" tanya Duncan sembari melipat kedua tangan nya di depan dada.
"Tidak tahu. Tetapi dia akan menjadi seseorang yang kuat karena ia sudah memiliki sesuatu yang berharga di dalam hidupnya dan akan rela melakukan apa saja― jadi waspadalah."
"Harusnya ia bersyukur karena masih kubiarkan hidup. Apakah sekarang aku harus membuat nasib nya sama seperti orang tua nya? Tetapi aku yakin bahwa dia pergi dari Valcke." Duncan mengetuk-ngetuk kaca meja dengan jari telunjuk nya.
"Terserah ayah saja, aku tidak peduli."
"Semenjak kau jatuh cinta pada wanita itu, kau menjadi sangat lemah."
"Benar." Lauren lalu pergi meninggalkan Duncan sendirian di ruangan itu.
Duncan geleng-geleng kepala melihat perubahan pada Lauren. Sebagai seorang ayah tentu saja ia sedikit kecewa.
*****
Kehidupan pernikahan antara Astoria dan Garret bisa dikatakan baik-baik saja. Mereka tampak seperti seorang teman yang mendukung satu sama lain tanpa perasaan yang jelas.
Astoria masih menetap pada Lauren sementara Garret mulai merubah perasaannya pada istri bayangan nya itu― janji Garret untuk tidak menyentuh Astoria pun masih disepakati hingga kini.
Kedua nya sepakat menghabiskan tahun pertama di Valeria sebelum akhirnya pindah ke Tirion. Maka dari itu, pasangan suami istri itu jarang bertemu atau pun berkomunikasi karena Garret harus bekerja di militer Tirion sebagai kapten.
Hari ini adalah hari libur Garret dan sekarang dirinya berada di Valcke.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Garret khawatir melihat wajah pucat Astoria.
"Ya. Kupikir ini hanya sakit biasa karena terlalu lemah." jawab Astoria sembari menyentuh rambut nya untuk mengecek sesuatu. Dan benar, ketika melihat telapak tangan nya, rambut hitam miliknya sedikit rontok. "Ini hari apa?"
"Hari―" ucapan Garret terhenti ketika ia menyadari sesuatu dengan percakapan mereka. "Rambut rontok juga salah satu pertanda bahwa kau sedang mengandung Astoria." Garret mengepalkan kedua tangan nya dengan bola mata yang sedikit memanas.
"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Suasana hati ku sering berubah, penciuman ku sangat sensitif, aku sering mual dan muntah― maafkan aku Garret." Astoria menatap Garret dengan rasa bersalah, "Maafkan aku karena aku membawa mu kedalam permainan kotor ini."
"Aku yang bergabung ke dalam permainan mu karena menyetujui perintah dari Marquess Linbergh. Tidak seharusnya kau merasa bersalah." Garret berpura-pura seolah itu bukanlah masalah besar. "Beristirahat lah. Besok aku akan membawa mu ke Maester."
"Terima kasih." Astoria lalu memilih berbaring di ranjang untuk tidur.
Garret keluar dari kamar dan melangkahkan kaki sedikit jauh dari rumah untuk duduk dalam kegelapan sembari merokok.
Pikirannya tertuju pada Astoria. "Terlalu lama memendam cinta bisa membuat hati semakin terluka namun untuk orang sepertiku yang hanya bisa memendam perasaan, cinta hanya bisa memberikan sebuah penderitaan." Garret lalu menghisap rokoknya kembali.
Selesai menghabiskan satu puntung rokok, Garret pun memutuskan kembali menemui Astoria karena ia ingin melihat nya lagi.
Baru membuka pintu sedikit, Garret menghentikan dirinya sendiri karena mendengar suara Astoria.
Sementara itu Astoria di kamar nya membuka mata kembali karena ia tidak bisa tidur. Perasannya saat ini berkecamuk, tangan kanan nya mengelus lembut perut nya. "Bagaimana aku bisa melupakan mu jika bagian dalam dirimu tetap berada di sisi ku? Aku merindukanmu, sangat merindukanmu..." fakta bahwa Astoria tidak akan bertemu Lauren kembali lah yang membuat nya menangis. "Apa kau masih mencintaiku?" Astoria menitikkan air mata nya.
Astoria menganggap ini mungkin karena kehamilannya yang membuat dirinya teringat Lauren.
Dari balik pintu, Garret lagi-lagi merasa sakit hati tetapi ia memilih memendam nya. Tangan nya bergetar kemudian kedua bola mata nya tampak sayu menandakan tidak ada harapan bahwa Astoria akan mencintai nya seperti ia mencintai wanita itu.
Setelah menunggu tenang, baru lah Garret mengetuk pintu lalu masuk ke dalam seolah tidak tahu apapun.
Astoria yang sadar akan kedatangan Garret pun menghapus air mata nya. "Oh, halo." Astoria mengangkat tubuhnya untuk bersandar pada kepala ranjang.
"Mengapa kau belum tertidur?" tanya Garret berbasa-basi.
"Tidak bisa."
Garret terdiam sejenak untuk mencari topik. "Kabar bahwa Princess Rosaline mengundurkan diri dari kerajaan dan menikah dengan seorang pria yang dirahasiakan menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Apa kau mengetahui nya?"
"Tentu saja. Aku sudah menduga nya, mereka saling mencintai satu sama lain."
"Kau mengenalnya dengan baik."
Astoria mengangguk, "Mereka adalah pasangan yang serasi. Tidak ada yang bisa memisahkan kedua nya, bahkan semesta mendukung untuk hubungan dengan cinta sejati itu." Astoria tersenyum manis mengingat Helios dan Rosaline, namun seketika bayangan percintaan antara dirinya dengan Lauren membuat ekspresi nya berubah kembali menjadi datar.
"Jika kau benar-benar mengandung, kau harus memberi tahu kakek."
"Kakek? Aku akan membuat nya kecewa kembali dengan kehamilan ku―"
"Bilang saja itu anak ku. Tidak apa Astoria, aku memahami nya." Garret lalu melangkahkan kaki nya untuk duduk di dekat Astoria. "Aku menyayangi mu."
"Huh?" Astoria terdiam mencerna kata-kata Garret.
"Sebagai teman. Maka dari itu, bilang saja itu anak ku." Garret tersenyum getir.
"Ah begitu rupanya, baiklah."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.Next?
Astoria ni red flag
Jangan lupa vote + komen + share!🤍
@N.Z.K
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOUMENT (END)
Romance[Sequel of "RETROVAILLES"] GIEDENSERA #2 ENOUMENT : perasaan getir yang muncul di masa sekarang. Berharap bisa kembali ke masalalu. Bagai "hitam dan putih" itu lah yang menggambarkan hubungan ini. Perjuangan cinta adalah saat kalian saling menguatka...