Happy reading.!
.
.
.
Di sekolah
Saat ini Zee dkk berada di atas atap sekolah.
"Zee Lo kemana aja semingguan ini. Parah banget gk ngajak-ngajak kalo kau bolos" ucap Adel.
"Ih.. siapa juga yg bolos. Aku lagi ada acara keluarga, makanya aku gak masuk" ucap Zee memberikan alasan.
"Setidaknya ngabarin kek ke kita. Kita khawatir tauk" ucap Christy.
"Iya maaf udh bikin kalian khawatir" ucap Zee.
"Kalo ada apa-apa kasik tau kita yah Zee" ucap Ashel.
"Ok siap" ucap Zee bergaya hormat kepada temen-temennya.
"Lucu banget sih bocil, pengen tk unyel-unyel pipinya" ucap adel.
"Heh. Yg bener aja" ucap Ashel.
"Aku bukan bocil yah, kita seumuran " ucap Zee tk terima menatap garang pada Adel. Tapi, ketiga temennya sedang menahan gemash agar tidak mencubit bahkan mengarungi Zee saking menggemaskannya anak itu.
"Iyaiyaa deehhh" ucap adel.
"Yuk kita turun, ini udah hampir selesai waktu istirahatnya" ajak Christy.
"Y udh yukk"
.
.
.
Di tempat lain terdapat seorang gadis dan pria sedang berdua didalam suatu ruangan.
"Ada apa Lo nyuruh gue kesini?" Tanya pria yang didepan seorang gadis itu.
"Siapa yang nyuruh Lo ngeracunin Zee?" Tanya gadis itu secara totalitas the point.
"Huh. Lo ngajak gua ketemu cuman buat nuduh gue" ucap pria itu remeh.
"Gue memberi Lo kesempatan buat jawab sebelum hal yg lain akan terjadi terhadap Lo" ucap gadis itu.
"Chika Chika Chika" ucap pria itu dengan pelan.
"Siapa Lo yg berani ngancem gue? Dan mau-maunya aja Lo buat repot-repot ngurus masalah Zee si bocah ingusan itu". Imbuhnya
Chika yang mendengarkan penuturan pria didepannya ini sudah geram dan ingin cepat-cepat menghabisinya.
"Jangan sampai Lo menyesal" ucap Chika dengan nada begitu dinginnya.
"Hahaha.. kenapa gua harus menyesal? Bukannya dengan menghabisi bocah ingusan itu gue lebih leluasa bisa mendapatkan Gracia dan bisa ngambil seluruh bisnis Xavier" ucap pria itu begitu angkuh.
"Oyya, segitu yakinnya Lo akan mendapatkan itu dengan mudah. Tanpa Lo mikir, tanpa keluarga Xavier turun tanganpun Lo akan habis" ucap Chika.
"Cih, bahkan keluarga besar Xavier pun gk bakal bisa menghabisi seorang Alex" ucap pria itu yang ternyata adalah Alex.
"Bahkan keluarga Surya sekalipun hanya semut bagi gue" imbuhnya.
"Hmm percaya diri itu penting, tpi jika berlebihan akan jdi boomerang baginya. Semoga langkahmu tidak salah" ucap Chika lalu melenggang pergi dari hadapan Alex.
Saat dirinya membelakangi pria itu, hanya tercetak senyum tipis yang ntah apa maksud dari senyumannya tersebut.
..
.
"Dek, ayok turun makan dulu". Feni memanggil Zee.
"Iy kak mpen. Bentar Zizi lgi ganti baju" saut Zee dari dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Bungsu Zee
Fiksi RemajaIni cerita pertama. Jadi, langsung saja dibaca yaa. Maaf jika tidak bagus untuk menuliskan cerita. On Going