Happy Reading...
Jaeyun sedang membaca buku dikamar, sudah terlampau satu bulan ia tinggal di dunia asing dan hidup ditubuh orang lain.
Dia sudah mulai terbiasa dengan aturan kerajaan, bahkan saat ini ayah nya sudah menganggap dirinya walau ia tau ayahnya itu gengsi.
Jujur saja dia merasa nyaman, namun jika ia mengingat-ingat dirinya tengah berada disebuah novel membuatnya takut sendiri. Terlebih lagi mimpi menyeramkan itu selalu saja muncul dibenaknya, Jaeyun berfikir mungkinkah itu memang sebuah pertanda jika hadirnya adalah malapetaka bagi dirinya sendiri?
Dan sudah dua Minggu berlalu setelah kejadian dimana ia menghadiri Kerajaan Barat, dua Minggu tersebut berlalu tanpa adanya dua orang yang menurut Jaeyun sendiri harus diwaspadai.
Ketukan pintu membuat Jaeyun tersadar dari lamunannya, dia menjawab kemudian datang satu pelayan yang tengah menunduk sopan.
"Maaf menganggu waktu pangeran, Raja memanggil anda ke ruangannya."
Jaeyun mengangguk "Baiklah."
"Saya undur diri Pangeran."
Jaeyun menutup buku kemudian meletakkannya di rak mini miliknya.
🥀
"Ada perlu apa ayahanda memanggil saya?"
"Kemarilah Jaeyun."
Jaeyun duduk disalah satu sofa kosong disana.
"Ayah sudah lama ingin mengatakannya, namun ayah tahan untuk beberapa hari ini."
"Jaeyun, apakah ada yang menganggu pikiranmu?"
Jaeyun sebenarnya berteriak dalam hati IYA AKU SUDAH GILA BERADA DISINI.
"Tidak ada ayah, apakah ada yang salah?"
"Kamu sangat berubah, penyakitmu juga tidak pernah kambuh ayah senang namun ayah juga bingung atas perubahan mu. Waktu hari perkenalanmu pada rakyat hampir tiba Jaeyun. Ayah khawatir jika kamu memiliki perasaan yang tidak nyaman."
Jaeyun tersenyum miris, memang benar hari perkenalannya akan tiba tepat besok "Si tua ni kenapa jir, tumben bet peduli."
"Tidak ada yang menganggu pikiranku ayah, aku juga bingung kenapa penyakit itu bisa hilang secara tiba-tiba." Dia berucap dengan senyuman padahal sebenarnya dia telah mengasihani diri Jaeyun asli yang ntah kemana.
"Ayah hanya mengkhawatirkan mu, setelah kejadian kamu tersesat didalam hutan, kamu seperti bukan Jaeyun yang ayah kenal"
"Gw emang bukan Jaeyun bangsat."
"Benarkah? Saya pikir ayahanda tidak pernah me notice keberadaan saya, bahkan peduli pada saya saja pasti tidak ada yang percaya."
Jaeyun sebenarnya ingin memaki maki dengan kata kasar pria dihadapannya namun ia tidak boleh gegabah, ia masih belum mengumpulkan banyak uang dan emas untuk bertahan hidup.
"Ah lupakan itu, ayah merasa bersalah telah mengabaikan mu."
"Tidak masalah, saya juga tidak perlu perhatian ayahanda."
Sang Raja hanya tersenyum simpul menanggapi anaknya yang berbicara dengan santai padahal ada kalimat sakras dikalimatnya, memang salahnya siapa juga yang tidak sakit hati jika diperlakukan seperti Jaeyun.
"Kalau begitu saya pamit undur diri." Kata Jaeyun berdiri dan langsung membungkuk.
Jaeyun melihat sang ibunda yang tengah melamun dikursi taman belakang, dia melirik pada dayang yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration of Weak Characters
FantastikJake yang ingin menyelamatkan seorang anak kecil yang hendak ditabrak truk, namun sialnya ia menjadi korban. Hingga ia terbangun diruangan yang sangat aneh. "GW DIMANA ANJG?!"