Plak!
Wajah Wina Karta menerima sebuah tamparan. Pipi wanita itu terasa sakit dan telinganya berdengung. Bisa dibayangkan berapa keras tamparan yang dia terima.
Dia terhuyung beberapa langkah kebelakang. Satu tangannya secara naluriah melindungi perutnya yang membuncit, sementara tangannya yang lain memegang pipinya yang mulai bengkak.
"Wina, kamu wanita yang tidak punya perasaan! Beraninya kamu melakukan perbuatan kejam seperti ini pada Nina? Sejak kami bergabung menjadi keluarga ini, kamu selalu mencari-cari kesalahan kami. Sekarang kamu malah membuat Nina terluka parah dengan menggunakan pisau... Jika putriku sampai mengalami sesuatu yang buruk, aku tidak akan pernah memaafkan dirimu, Wina Karta!"
Setelah berteriak histeris, Sari Handini kemudian berbalik dan berjalan ke ruang tamu.
Wanita paruh baya itu berjongkok ke lantai dan menggendong putrinya yang bersimbah darah.
"Ini bukan salahku! Aku tidak pernah menyentuh Nina!" Wina mencengkram lengan baju Hadi Surino dengan erat, seolah itu penyelamat terakhirnya. "Hadi, percayalah padaku! Aku benar-benar tidak melukai Nina!"
"Bukan perbuatanmu?" Tanya Hadi. Pria itu melepas cengkraman Wina dan memelototinya dengan tatapan tajam. "Tidak ada orang lain di dalam ruangan ini selain kalian berdua! Apakah kamu berusaha mengatakan bahwa Nina sengaja melukai dirinya sendiri menggunakan pisau buah?"
"Tapi memang Nina pelakunya! Dia yang menusuk dirinya sendiri!"
"Kamu wanita murahan! Enyahlah dari dunia ini!"
Hadi sangat marah saat mendengar Wina mencoba untuk membela diri. Dia sudah tidak tahan lagi.
Hadi mengangkat salah satu kakinya lalu menendang perut buncit Wina dengan sekuat tenaga. Tendangan itu membuat dirinya tersungkur ke belakang. Perut wanita itu membentur sudut meja, mengirimkan rasa sakit yang tajam ke sekujur tubuhnya.
"Ah!"
Wina menjerit kesakitan dan jatuh ke lantai, tangannya memeluk perutnya. Wina berusaha melindungi bayi yang ada di dalam kandungannya tapi usahanya terasa sia-sia saja.
Dia bisa merasakan sesuatu yang panas dan basah mengalir di kakinya.
Wina merasa ketakutan dan putus asa.
"Hadi..."
"Selama ini aku sangat buta telah menolak adikmu yang baik hati dan memilih bersama dengan wanita berhati kejam sepertimu, Wina!"
Hati Wina langsung terasa dingin. Kata-kata yang Hadi ucapkan terasa sangat menyakitkan. Seluruh dunianya hancur seketika.
Satu jam yang lalu, dia sedang menunggu kedatangan Hadi yang akan membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin kehamilan. Namun Nina tiba-tiba datang, lalu menunjukkan foto-foto mesra Hadi dan dirinya.
"Hadi dan aku sudah lama saling mencintai!" Nina berkata dengan nada mengejek. "Dia sudah tidak mencintaimu lagi!
Apakah kamu ingin tahu mengapa dia belum putus dengan wanita seperti dirimu? Apakah kamu pikir kamu sedang mengandung bayinya? Hahaha! Berhentilah bermimpi! Apa kamu pikir aku akan membiarkan dirimu mengandung bayi Hadi? Bayi yang sedang ada dalam kandunganmu saat ini bukan darah daging Hadi!
Akulah yang paling mencintainya di seluruh dunia!
Dan aku bersedia untuk melakukan apa pun agar bisa berada disisi pria yang aku cintai!"
Tidak lama kemudian, Wina melihat dengan mata kepala sendiri apa yang Nina maksud dengan 'bersedia melakukan apapun'. Dia bahkan tidak sempat bereaksi untuk mencegah. Saat bel pintu berbunyi, Nina berlari mengambil pisau dari dapur lalu menusukkan pisau itu ke perutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Yang Suka Memerintah
RomantikDia dijebak oleh saudara perempuannya dan mengalami one night stand yang membuatnya hamil. Empat tahun kemudian, dia kembali bersama putranya. Seorang pria yang elegan dan suka memerintah tiba-tiba memasuki hidupnya. Sampai pria itu melihat anak kec...