12 - Moto Keluarga Kartadi

52 2 1
                                    

"Tante telah menyelamatkanku, jadi aku akan membuat ayahku menikahi Tante!"

Menikahi dirinya?

Dia bilang menikahi dirinya?

Gadis kecil ini bilang menikahi dirinya?

Satu detik berlalu..

Kemudian dua detik berlalu...

Lima detik berlalu.

Semua perhatian orang dewasa terpaku pada Priska. Ruangan menjadi sunyi senyap.

Setelah beberapa waktu akhirnya mereka pulih sendiri...

"Pfft!"

Lukas menyemburkan air yang telah diminumnya. Dia menutup mulutnya, berusaha mengatur napas setelah tersedak, "Priska, kamu bilang apa barusan?"

Gadis kecil itu hanya menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan santai, "Sekarang Tante Cantik telah cacat. Wajahnya tidak lagi cantik seperti sebelumnya! Paman Lukas, bukankah Paman pernah memberi tahu aku bahwa pria adalah hewan visual yang memiliki pikiran dangkal? Mereka menganggap penampilan seorang wanita itu adalah hal yang sangat penting. Karena Tante Cantik sekarang sudah cacat, maka kelak dia akan kesulitan menemukan seseorang untuk menikahinya di masa depan. Tapi kenapa tante menjadi seperti ini, semuanya adalah karena ingin menyelamatkanku. Meskipun aku ingin bertanggung jawab, tapi aku masih terlalu kecil. Dan karena ayah adalah waliku, maka wajar saja kalau ayah harus bertanggung jawab atas Tante Cantik!"

Rahang Lukas terbuka lebar saat mendengar penjelasan bocah kecil itu.

Priska membuat Lukas langsung terdiam.

Setelah beberapa saat, Lukas berhasil menenangkan dirinya. Dia akhirnya berkata, "Kamu bilang wajah Tante Cantik cacat, tapi kenapa kamu masih ingin ayahmu menikahinya?"

Maksud Lukas adalah Priska seharusnya khawatir ayahnya mungkin tidak menyukai Tante Cantiknya.

Bocah gendut itu memutar bola matanya.

"Paman Lukas, apakah Paman pikir ayahku memiliki pikiran dangkal seperti dirimu?"

Rahang Lukas terbuka lebar lagi. Saking lebarnya mungkin sebuah bola tenis bisa masuk ke mulutnya.

"Hahaha," Wina tertawa canggung melihat tingkah pasangan paman dan keponakan di depannya ini, "Sayang, sudah cukup bercandanya."

"Aku tidak bercanda!"

Gadis kecil itu meraih tangan Wina dan menatapnya dengan mata yang bersinar dan penuh harapan, "Tante, aku sangat menyukai tante sejak aku melihat tante untuk pertama kalinya. Maukah Tante menjadi mami Priska?"

Wina menekan bibirnya hingga membentuk satu garis.

Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan tseperti itu?

"Nona Karta, keluarga kami tidak suka berutang budi kepada orang lain. Akan lebih baik jika kamu mengajukan sebuah permintaan."

Wina benar-benar tidak bisa berpikir jernih.

'Apa-apaan ini?'

Dia belum pernah bertemu orang yang begitu tulus dalam membuat orang lain meminta sesuatu dari mereka.

Meskipun dia hanya bertemu Priska dua kali, Wina yakin bocah kecil itu berasal dari keluarga berada. Hal yang sama juga bisa dilihat tentang ayah gadis itu. Jika dia tidak salah, kemeja putih yang hari ini dikenakan oleh pria itu adalah buatan desainer Italia.

Selain pakaian yang mewah, pria itu juga memancarkan aura yang begitu kuat, sehingga orang lain langsung mengetahui identitasnya yang tidak biasa.

Di bawah tatapan tajam Adrian, otak Wina tidak dapat berpikir dengan jelas, apa lagi mengajukan permintaan.

Suami Yang Suka MemerintahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang