Belum selesai

27 3 3
                                    

Assalamualaikum semua... Apa kabar nih?

Sebelum lanjut aku mau info dulu ya..

Mungkin sekarang aku kalo Up bakal sedikit lama, soalnya aku dah mulai masuk sekolah lagi, dan pasti banyak kegiatan. Tapi insyaallah aku usahain bisa up seminggu 1 sampai 2 kali kalo gak sibuk. Dan terimakasih buat kalian yang udah baca cerita aku.

  Btw kalian kelahiran berapa nih? Koment di sini ya!?👉

Biar makin akrab jangan lupa follow ig author ya @riffahh25
akun rp visual @m.arhamghzy_
@hasanh.islmy
@revan.algndra

next reading 🥰💚

🌷🌷🌷


Bohong jika semudah itu melupakan seseorang yang pernah membuat kita nyaman. Nyatanya itu sangat sulit.


🌷🌷🌷

Para inti ZIONS kini hanya bisa diam termenung, menangis tertahan kala mendapat kabar mengejutkan dari dokter akan keadaan ketua mereka. Sejak semalam mereka menjaga dari luar. Mereka tak kuat untuk masuk kedalam ruangan tersebut. Di dalam ruangan VVIP itu, Revan terbaring lemah dengan berbagai alat penopang kehidupan.

Tadi malam, setelah Kenan meminta izin pada Abi Munir untuk Revan yang ingin menemui Hasanah, Abi Munir pun mengizinkan. Mereka menunggu cukup lama Revan yang entah berbicara apa pada Hasanah yang belum sadar. Karena merasa khawatir terjadi sesuatu Kenan menyusul masuk, dan betapa terkejutnya ia mendapati Hasanah yang sudah sadar namun menangis, dan seolah ingin berbicara sesuatu, sayangnya tenaga gadis itu belum terkumpul. Dan saat ia menolehkan kepalanya,ia terkejut melihat Revan yang kepalanya terbaring di brankar. Tidak, bukan Revan yang terbaring yang membuatnya terkejut. Namun, darah yang keluar dari hidung pria itu. Segera ia memanggil dokter dan Revan di bawa untuk di periksa. Sedang Umi Fathimah menenangkan anaknya yang baru sadar dari tidur singkatnya. Siapa yang tidak terkejut dan menangis jika ia terbangun dari kritis dan justru melihat orang yang disayangi sedang tidak baik-baik saja, dan ia tidak bisa melakukan apapun selain menangis. Jelas Hasanah terkejut dan khawatir.

  Setelah kejadian itu dokter memberi tau jika pria itu ternyata mengidap tumor otak stadium akhir. Waktunya singkat. Inti ZIONS menangis tertahan dengan perasaan campur aduk. Mereka tidak tau jika ketua mereka sedang sakit.

"Gue masih gak nyangka pak bos sembunyiin penyakit berbahaya itu dari kita" celetuk Arga yang duduk menunduk di kursi rumah sakit.

"Pak bos udah menderita, kenapa di kasih sakit gini?" Bagas meraung tertahan.

"Kalian yang tenang, berdoa yang terbaik buat Revan. Bukan cuma kita yang syok, Hasanah pasti lebih syok, apalagi dia baru sadar" nasihat Arta. Mereka hanya bisa menghela nafas kasar.

"Papa Revan udah lo hubungin Ken?" tanya Vero, Kenan mengangguk. "Dia bilang apa?"

"Gak diangkat, dia gak peduli"

"Tua Bangka sialan, segitunya sama anak sendiri" umpat Farel kesal.

"Rasa pen gue bunuh si tua bangka itu, anaknya sekarat dan dia gak peduli? Brengsek emang" sambung Arga.

Mereka tak habis fikir dengan papa Revan. Mereka tidak tau apa yang terjadi dengan keluarga pria itu, hingga Revan selalu diperlakukan seperti Hewan oleh ayahnya sendiri. Dan bahkan pria itu tidak peduli pada sang anak di saat anaknya sekarat. Benar-benar pria gila.

ARSA StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang