Revan?

14 2 2
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh semua...🤗

Gimana kabarnya?

Votenya masih dikit nih.. Kalo menurut kalian cerita ini bagus, jangan lupa hasut teman kalian buat baca yeuu 😁

Sebelum lanjut baca, jangan lupa follow akun author.

Vote komen nya jangan lupa juga.

Next Reading 🤗❤️


🌷🌷🌷

"Saya hanya ingin bertarung secara sehat. Mencintai dia sewajarnya, karena wanita berhak diratukan."

Ibrahim Yusuf Mankala

"Aku tak ingin berharap lebih. Biarkanlah Allah yang mengatur dan aku yang menjalani."

A'la Alfianti

🌷🌷🌷

A'la menghela nafas panjang. Sudah hampir satu jam ia mengulang kembali hafalan nya di masjid sore ini. Jika saja bukan karena ujian Tahfidz  yang akan di adakan Minggu depan sebagai syarat kelulusan, ia tak mungkin betah duduk selama itu sendirian.

"Ya Allah... Aku tau aku masih banyak kurang nya, masih banyak dosanya, tapi mohon mudahkanlah hafalan ku." A'la menengadahkan tangan berdo'a.

Terkadang ia berfikir. Sudah berapa lama ia menjadi santri? Kenapa seakan tak ada perubahan pada dirinya?

Ia masih saja malas, sulit belajar, dan masih suka melanggar.

"Ada gak ya yang bakal mau sama aku? Gak pinter, gak paham, pemalas, masih sering melanggar." A'la menghela nafas. Apakah ada? Fikirnya.

"Pasti ada, karena jodoh sudah di atur sama Allah lima ribu tahun sebelum kamu lahir." Jawab seseorang tiba-tiba mengejutkan A'la.

A'la menoleh saat mendengar suara itu. Nampak seorang pria tampan berdiri sedikit berjarak di depannya. Ia saat ini berada di teras masjid.

"Ustad Ibra?" Celetuk A'la.

Ya... Dia, Ibrahim Yusuf Mankala.

"Jangan berkecil hati, kamu harus yakin dengan potensi kamu sendiri. Banggakan apa yang bisa kamu banggakan dari diri kamu. Karena setiap orang memiliki potensi nya masing-masing."

A'la terkekeh.

"Gak ada yang bisa di banggakan dari aku Ustadz. Bahkan orang tua ku tidak menganggap keberadaan ku."

A'la mengingat mirisnya hidupnya, yang tidak pernah dianggap oleh orang tuanya. Selalu di bedakan dengan sang kakak yang memiliki banyak prestasi di luar sana. Ia saja masuk ke pesantren karena Kakek dan Neneknya.

Ibrahim tertegun. Mungkin A'la terkekeh, namun ia dapat melihat luka yang gadis itu pendam. Wajahnya yang ceria selama ini hanya sebagai topeng dari hidupnya yang kurang kasih sayang. Tunggu. Dari mana Ibrahim tau tentang kehidupan A'la?

"Saya paham apa yang kamu rasakan. Tapi, kamu seharusnya bangga dengan diri kamu sendiri. Tak perlu menunggu pengakuan orang lain, cukup Allah yang mengakui."

ARSA StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang