Bab empat

1.9K 16 0
                                    

"Saya.... Alder gantala" gantala memperkenalkan dengan secara singkat tanpa harus panjang lebar.

Mereka pun hanya diam, saja tapi berbeda dengan para wanita mereka berteriak sangat heboh karena melihat ketampanan dari gantala, apa lagi marga gantala salah satu konglomerat, karena keluarga mereka adalah pendiri stasiun televisi.

"Baik, kalau gitu kamu silahkan duduk di kursi yang kosong di dekat riano.. untuk nama riano silahkan angkat tangan" ujar guru.

Risno pun angkat tangan setelah namanya di panggil oleh gurunya.

Setelah duduk di kursi mereka memulai pelajaran mereka sampai jam pelajaran pun selesai, sekarang semua murid sedang berhamburan menunju ke kantin untuk mengisi perut mereka masing-masing.

Gantala hanya memesan bakso dan teh manis saja, saat sedang menikmati makan datang seorang wanita duduk di hadapan gantala membuat gantala menatap ke arah wanita itu.

"Biasa aja kali menatap ku, aku tau aku wanita yang sangat cantik jadi tidak heran banyak yang suka"

"Dasar pede mana ada, yang ada muka kamu kaya kenalpot gosong"

"Sialan kau bilang aku kenalpot gosong" ucap wanita itu dengan kesal kepada pria yang sudah merebut hatinya.

"Kenalkan aku pingki semoga kita bisa menjadi pasangan ya jika bisa sampai ke pernikahan" ucap pingki memperkenalkan dirinya kepada gantala sebagai calon istrinya.

"Mimpi..!! Jangan harap bisa memiliki hubungan dengan ku ataupun sampai menikah, karena saya sudah memiliki orang yang lebih dari kamu" ucap gantala dengan sangat pedas kepada wanita di depannya itu, karena dia sangat tidak suka di goda seperti itu.

"Baiklah jika kita bisa memiliki maka aku bersumpah akan merebut anak kamu menjadi calon suamiku sepertinya nanti anak kamu akan lebih tampan dari kamu"

"Gak usah ngaco lebih baik pergi dari sini"

"Tidak mau"

Dengan kesal maka gantala yang pergi dari tempat itu dengan meninggalkan makanan yang masih banyak.

"Dasar baper di goda seperti itu saja sudah kesal apa lagi di... Ah sudah lah aku pergi saja" gumam pingki menatap kepergian dari gantala.

Sebenarnya dia tidak mencintai gantala dia hanya menggoda saja, karana dia lebih menyukai laki-laki di bawah umurnya.

"Cepat nikah dan punya anak ganta biar aku bisa menikahi putramu." Gumam pingki sambil berjalan menjauh dari tempat itu.

***
Saat ini niara sedang mengobrol bersama dengan ibunya, karena ibunya seorang janda dan tidak memiliki anak lagi selain naira dia sering meluangkan waktu bersama dengan anaknya.

"Nai, apa keputusan kalian sudah tepat membawa adik suami kamu ke sini?"

"Ma, keputusan kami sudah tepat membawa gantala kemari, karena mama dari mas alaric pergi ke luar negeri untuk mengurus nenek yang sedang sakit"

"Nai, kamu tau kan, kalau kamu gak pernah akur dengan keluarga suami kamu, karana kamu tidak memberikan keturunan buat mereka, dan kehadiran gantala di keluarga kecil kamu bisa merusak rumah tangga kamu"

"Stop ma, jangan berpikir negatif, aku tidak suka mama menuduh ganta, aku yakin ganta tidak akan seperti itu, karena aku tau ganta sangat menyayangi abangnya"

"Mama tidak menuduh mama hanya memiliki firasat buruk saja dengan adik dari suami kamu itu, apa lagi dengan kebencian keluarga mereka terhadap mu, mama tidak ingin kamu terluka, karena mama hanya memiliki kamu satu satunya"

"Mama tidak usah khawatir ya, aku yakin ganta bukan tidak seperti yang di pikirkan mama, nai juga akan menjaga diri baik baik"

"Baiklah" tapi tidak dengan hatinya dia terus mencemaskan rumah tangga putrinya yang sudah di bangun dengan sangat erat walau tidak memiliki seorang anak mantu nya itu sangat menyayangi istrinya.

"Ya Tuhan lindungilah rumah tangga putriku jangan ada masalah di keluarga mereka, aku tidak ingin putri satu satunya harus mengalami seperti apa yang aku alami tuhan" batin wanita itu menatap ke arah putrinya.,

"Oh iya mama sudah makan belum?" Tanya Naira kepada mamanya memecahkan keheningan.

"Mama belum makan sayang, karena saat kesini belum sempat makan, lagian mama ingin makan masakan putri mama"

"Ya sudah ayok kita makan lagian nai baru saja masak banyak"

Saat mereka akan menunju ke dapur ada seseorang pria yang mengetuk pintu rumahnya, membuat naira pergi untuk membukakan pintu, sedangkan ibunya pergi menunju ruang makan.

"Loh mas kamu sudah pulang?" Tanya Naira kepada suaminya, ya yang datang adalah alaric suami naira dia hari ini pulang cepat.

"Iya sayang mas pulang cepat, karena semua kerjaan sudah mas selesaikan" ucap alaric

""Bagus dong mas berarti mas akan banyak di rumah kalau gitu?"

"Iya sayang hari ini dan berapa hari kedepan mas gak ada kerjaan jadi bisa santai di rumah" ucap alaric yang belum menyadari ada mama mertuanya di rumahnya.

"Ya sudah ayok kita makan mas, pasti ibu sedang nungguin kita untuk makan siang"

"Loh ibu ada disini?"

"Iya mas, tidak apa apa kan kalau ibu datang berkunjung?"

Alaric hanya tersenyum lalu memegang kedua pundak istrinya, istrinya selalu bertanya kepada dirinya, tapi ini yang dia suka istrinya selalu bertanya atau meminta izin kepada dirinya, itu tandanya istrinya menghormati dirinya sebagai seorang suami.

Dan, dia juga tidak mempermasalahkan prihal seorang anak ,, karena tanpa anak hidup mereka juga baik baik saja apa lagi alaric harus menjauhkan istrinya dari omongan keluarganya ataupun omongan tetangga, karena dia tidak ingin menyakiti hati istrinya.

Keduanya masuk kedalam rumah mereka pun menunju ke arah meja makan yang dimana ibu dari Naira yang tidak lain adalah hesti sedang duduk dengan tenang di meja makan,  melihat kedatangan mantunya dia berdiri.

"Ya ampun mantu ibu yang tampan sudah pulang, bagaimana pekerjaan kamu baik?"

"Pekerjaan aku baik bu, lalu bagaimana kabar ibu uang yang naira kasih cukup?" Tanya alaric.

"Lebih dari cukup nak, bahkan kebanyakan"

"Nanti kalau kurang bilang saja sama naira biar Naira kasih"

"Tidak usah nak, lebih baik kalian simpan saja kalau bisa kalian sedekahkan kepada orang yang membutuhkan" ucap ibu.

"Iya bu, nanti alaric suruh naira melakukan semua itu, karena ibu tau kan kalau semua keuangan al di pegang oleh Naira semua"

"Sudah sudah jangan bicara lagi sebaiknya kita makan, nanti keburu tidak enak makanan yang nai buat."

Mereka bertiga pun makan tanpa ada pembicaraan sedikitpun, setelah selesai makan mereka pun pergi ke ruang tamu tapi alaric izin pergi ke kamarnya untuk membersihkan badannya.

"Ya sudah sayang ibu juga akan pergi, karena ibu harus pergi arisan,"

"Iya bu hati hati di jalan bu"

Setelah kepergian ibunya dia pun masuk kedalam kamar yang melihat suaminya sedang bermain ponsel dengan keadaan yang masih menggunakan handuk.

"Mas...

Mencintai kakak ipar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang