40

3.5K 206 0
                                    

"Steven, why do you always look at Reon?" (Steven, kenapa kamu selalu melihat ke arah Reon?)

"isn't that a normal thing?" (bukankah itu hal yang normal?)jawab nya dengan enteng, tanpa mengalihkan pandanganya sama sekali, bahkan untuk berkedip aja gak dia lakukan

"but your gaze is like someone who is obsessed with something from... Reon" (tapi tatapanmu seperti seseorang yang terobsesi dengan sesuatu dari... Reon) ujar Brayen yang sengaja mengecilkan suaranya di akhir kalimat

dan hal itu sukses membuat Steven, mengalihkan pandangan nya menatap Brayen dengan tatapan benci, "Xandra said you want an explanation, right? If that's what you want, let's talk about this in another room" (Xandra bilang kamu mau penjelasan ya? Jika itu yang kamu inginkan, mari kita bicarakan ini di ruangan lain) tegas Steven yang langsung berdiri dan berjalan ke suatu ruangan

Brayen mengikuti jejaak langkah kaki Steven menuju, hingga sampai lah mereka di suatu ruangan yang tertutup, di mana tempat itu Mirip seperti ruangan interogasi

yang terdapat satu buah meja dan dua buah kursi.... "duduk" titah Steven ke pada Brayen yang langsung di turuti

"tanyakan yang ingin kau tanya sekarang setelah itu jangan pernah menganggu hidupku bersama Reon"

Brayen mengeluarkan handphone nya dan menunjukkan sebuah foto hasil penyelidikan polisi ke Steven "apa kah ini perbuatan mu? kenapa kau melakukannya? dan kenapa kau membunuh ayah ku beserta Bella"

"......"

"Yes, I admit it was all my doing and regarding the matter of both of their bodies, I have several reasons"(Iya aku akui itu semua ulahku dan mengenai soal tubuh mereka berdua, aku punya beberapa alasan)

"tell me what the reason is" (beritahu aku apa alasannya)

""The first reason I killed Bella was because I didn't like her always being close to Reon, because Reon was only mine."(Alasan pertama aku membunuh Bella adalah karena aku tidak suka dia selalu dekat dengan Reon, karena Reon hanya milikku.)

"then the second reason?" (lalu alasan kedua?)

"saat Reon kabur dari jepang dan tinggal di kediaman mu di Indonesia, tanpa sengaja aku melihat dia bersama ayah mu di sebuah restoran mewah dan keduanya sedang merencanakan sesuatu hal yang membuatku sangat marah, yaitu menghancurkan bisnis online yang aku miliki, jika kau bingung kenapa dari mana aku tau karena aku baru saja sampai di Indonesia dan berniat ingin mencari hotel yang mempunyai layanan VIP" jelas Steven

"Tunggu kau bisa bisnis online? Bisnis apa yang kau maksud.....?"

"Kasih aku satu alasan mengapa kau harus tau bisnis apa yang aku maksud" ucap Steven sambil melipat kedua tangannya

"E-engak ada sih" jawab Brayen dengan nada pelan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal

"dan alasan ketiga aku membunuh mereka adalah, selain mempunyai hubungan pedofil mereka berdua mempunyai bisnis penjualan organ, korban yang mereka incar adalah kalian berdua, dan aku tidak ingin Reon ku lecek apa lagi terbunuh di tangan mereka, sedangkan ibu mu hanya ku kasih bius, soal tulisan di dinding dapur aku lah menulis nya karena aku ingin kau mengembalikan Reon kepada ku" sambung Steven

"jika kau ingin Reon kembali, kenapa kau menjadikan Reon peliharaan saat di jepang?"

"aku tidak menjadikannya peliharaan, tapi aku suka penampilan Reon saat di jepang, apa lagi dengan sifatnya yang polos dan penurut"

"dasar gila, apa kah kau sadar jika semua yang kau berikan kenapa Reon hanya lah sebuah rasa obsesi mu kepada nya, dan sifat mu seperti itu hanya akan merugikan dirimu sendiri serta kau akan menyakiti Reon"

"aku tau, karena itu lah aku membutuhkan kehadiran nya untuk selalu berada di sisiku, agar aku bisa memahami perasaan nya"

"maksud mu?"

"akan aku beri tau jika kau ingin menjadi sebuah rahasia"

"rahasia? maksud mu rahasia soal kematian ibu mu di masa lalu berujung menjadi sebuah trauma bagi mu sehingga harapan untuk terus hidup yang kau miliki seketika jadi hilang, namun kehadiran Reon merubah segalanya di hidub mu gitu? ch, aku sudah tau itu, dan aku juga sudah mencari latar belakang mu semenjak kita bertemu, hanya saja aku kurang yakin dan perlu penjelasan langsung dari mulut mu"

"jika sudah tau, lalu kenapa kamu harus jauh jauh dari ke Amerika hanya untuk sebuah pertanyaan yang sudah jelas kamu sendiri sudah tau jawabannya, hmm?"

"sudah aku bilang, karena aku mau mendengar jawaban langsung dari mulut mu"

"ch...., hanya orang bodoh yang akan melakukan hal itu...... atau~ kau hanya menggertak ku saja? agar aku mau menceritakan keseluruhannya?..., hah kau mirip seperti pasangan mu yang hanya bisa menggertak orang lain tapi tidak bisa membuktikan ucapan nya sendiri"

"pasangan? aku tidak memiliki pasangan "

"kau yakin? bagaimana dengan sifat xandra akhir akhir ini kepada mu? apa kah kau tidak sadar jika dari awal kalian bertemu, xandra sudah menyukai mu sejak pandangan pertama saat kita melakukan pencarian Reon di jepang, dan demi bisa mendapatkan mu dia minta bantuan kepada ku gimana caranya agar bisa selalu berada di sisi mu dan aku pun memberitau cara yang sama dengan apa yang aku lakukan kepada Reon" ucap Steven sambil menatap remeh ke Brayen

"jika kau bertanya apa hubungan ku dengan dia, aku akui bahwa xandra adalah saudara kandung ku, tapi semenjak ibu kami.... tidak maksudnya ibu ku sendiri karena saat kematiannya hanya aku lah yang sangat terpukul hingga aku mengalami tekanan mental, sedangkan xandra dan ayah tidak terlalu sedih karena mereka tidak peduli dengan kematian ibuku, dan xandra juga yakin jika kematian ibu di sebabkan oleh keracunan sedang kan aku meyakini bahwa ibuku sudah di racun oleh selingkuhan ayah ku sendiri, karena perbedaan pendapat itu lah kami berdua jadi sering terlibat cekcok, dan karena itu mental ku jadi tambah terguncang sehingga aku hampir saja gila, untung nya di memomen tersulit itu bisa aku lewati berkat bantuan dari dokter sera yang menyuruh ku untuk berkeliling negara agar tidak terlalu stres"

"......."

Brayen terdiam dirinya tidak bisa berkutik apa apa lagi, sehingga yang hanya bisa dia lakukan hanyalah mendengar kelanjutan cerita Steven

"Hingga sampailah aku di Indonesia, saat itu aku sedang duduk di sebuah bangku taman namun tatapan mata ku tertuju pada sosok Reon yang sedang bermain bola basket sendiri an di sebuah lapangan kumuh dekat taman tersebut dan itu adalah pertemuan pertama ku dengan Reon, wajah indah yang basah karena keringat serta tubuh indahnya telah sukses mencuri perhatianku, hingga menimbulkan sebuah rasa di dalam sini" ucap Steven sambil menunjuk dada Brayen

"meskipun awalnya aku bingung kenapa aku bisa menjadi gay cuman gara gara pandangan pertama, tapi dokter sera mengatakan jika masalah hati adalah hal normal, karena artinya aku telah jatuh cinta kepada dia walaupun cara ku menyampaikan perasaan dengan cara yang salah, dan bertindak seperti orang yang terobsesi kepada nya tapi perasaanku bukan lah obsesi, melainkan rasa tulus yang terus tumbuh dalam diriku, dan karena Reon lah aku jadi mempunyai tekat untuk bisa sembuh dari tekanan mental yang selama ini aku miliki selama ini...."

𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐩𝐮𝐧 𝐥𝐚𝐧𝐠𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠.....

𝐎𝐁𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍 (𝐄𝐧𝐝?) ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang