2. Tampil di Acara

1K 82 3
                                    

3 hari kemudian.

Hari yang dinanti-nanti Pharita pun tiba. Tibalah saatnya ia membuka acara peresmian toko gaunnya.

Pharita sengaja memilih waktu yang dimana musim dingin akan segera berakhir dan akan dimulainya musim semi. Agar para hadirin tidak merasa kewalahan saat datang kemari.

Acara di mulai pada pukul setengah 8 malam dan waktu sekarang menunjukkan pukul 5 sore. Masih ada beberapa jam lagi untuk bersiapan acara sebelum di mulai. Tapi sebelum itu, dimulai dari gladi resik terlebih dahulu.

Dimulai dari dekorasi panggung sampai sound system juga diperhatikan oleh crew acara.

Tak lupa juga orang tuanya Pharita sudah lebih dulu datang ke Korea satu hari sebelum acaranya di mulai dan datang ke lokasi tempat anaknya menyelenggara acara tersebut. Sebagai bentuk rasa bangga dan syukur terhadap jerih payah anaknya yang awalnya bekerja paruh waktu sebagai penjahit, kini telah bisa membuka toko gaunnya sendiri.

Ya! Walaupun Pharita berkuliah dengan Program Studi Ekonomi, namun siapa sangka hobinya yang menjahit dan menenun dapat menjadi peluang bisnis sampingan baginya. Bahkan ia akan menerapkan sistem ekonomi setelah peresmian toko gaunnya tersebut. Ia akan menarifkan harga gaun sesuai kualitas.

"Mommy, jujur Rita agak sedikit takut kalo misalkan setelah ini banyak yang gasuka sama hasil gaun Rita." Pharita saat ini sedang berbicara dengan Ibunya yaitu Nyonya Chaikong. Mereka sedang berkeliling sambil melihat-lihat kinerga panitia yang bekerja. Terlihat cemberut pada saat itu.

"Hey! Tenang aja!" Ucap Nyonya Chaikong sambil mengelus lengan Pharita yang sebari daritadi Pharita menggandeng lengan Ibunya. Terlihat seperti ingin menenangkan anak gadisnya.

"Nanti kita lihat reaksi para penonton, ya? Mommy yakin mereka bakalan suka kok! Orang Korea suka sama hal yang berbau akulturasi." Lanjutnya.

Pharita sepertinya tau bagaimana marketing penjualannya. Makanya ia memutuskan membuat gaun yang bertemakan campuran budaya Thailand-Korea, agar ia dapat mengenalkan budaya negara asalnya dan budaya negara yang ia pijak sebagai tempat ia meraih kesuksesan.

"Huft! Semoga." Pharita hanya menghembuskan nafas kasar terkesan hanya pasrah apa yang terjadi kedepannya.

Di samping itu datanglah Chiquita bersama Lisa menghampiri Nyonya Chaikong dan juga Pharita. Tak lupa membawa Rora karna mereka berdua kecuali Lisa akan melakukan gladi resik sebelum acaranya di mulai.

"Rita Eonnie! Imo!" Sapa gadis kecil berponi tak lain tak bukan adalah Chiquita. Jika gadis besar berponi sudah pasti Lisa.

"Eh? Kalian datang!" Sapa Nyonya Chaikong sambil memeluk Chiquita dan tak lupa ia pun memeluk Lisa dan mereka berdua pun membalas pelukan ibunda Pharita itu.

"Hehehe iyanih. Abisnya Rita Eonnie maksa mulu!" Jawab Chiquita terkekeh sambil melepas peluk Nyonya Chaikong seraya menggaruk-garuk lehernya dan langsung menatap Pharita yang sedari daritadi seperti Ah sudahlah Chiquita pengen gue geplak rasanya!

"Heh!" Lisa yang sadar Chiquita sedang bercanda gurai langsung menyikut lengan Chiquita.

"Maaf ya, Imo. Ini anak emang deh!" Lanjut Lisa sambil memutar bola malas.

"Hahaha! Gapapa elah. Chiquita udah kayak anak Imo sendiri kok." Balas Nyonya Chaikong sambil mengacak-acak rambut Chiquita gemas. Di samping itu Nyonya Chaikong juga tiba-tiba melirik gadis di samping kiri Chiquita yaitu Rora.

"Oh iya? Kamu pasti temennya Chiquita ya? Eh lebih tempatnya seniornya di sekolah? Siapa namamu, Nak?" Tanya Nyonya Chaikong ke arah Rora mendekat.

"Saya Lee Dain, Imo. Tapi panggil aja saya Rora." Jawab Rora sambil tersenyum.

All Too Well (RUPHA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang