[ 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐱𝐢𝐢 ] 𝐬𝐞𝐜𝐚𝐧𝐠𝐤𝐢𝐫 𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢

50 16 16
                                    


Pukul dua belas, teng! Kalingga kepayahan pusatkan konsentrasi sekadar fokus simak alat perekam yang mengalun, memecah sulur hening malam-diperuntukkan khusus bagi penyandang disleksia sepertinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul dua belas, teng! Kalingga kepayahan pusatkan konsentrasi sekadar fokus simak alat perekam yang mengalun, memecah sulur hening malam-diperuntukkan khusus bagi penyandang disleksia sepertinya.

Suara pemateri yang menerangkan pelajaran statistika seperti dengung kawanan nyamuk, tiada dihiraukan otak. Sebatas masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Semakin menambah beban kinerja anatomi.

Taruna libra sukar bangun fokus dari serangkaian peristiwa yang terjadi hari ini. Masih terngiang jelas bagaimana wajah pasrah dan rintih kesakitan para pelayan yang Mama perlakuan lebih rendah dari hewan.

Bagaimana keadaan mereka sekarang? Lebih-lebih, Pak Cleve yang mendapat banyak pukulan pada punggung sampai cairan merah merembes dari balik kemeja putihnya.

Terlalu kelu mengucap maaf, jadi Lingga hanya berharap, mereka baik-baik saja dan mendapat kompensasi sepadan atas kekerasan yang sudah Mama lakukan.

Andai tidak diberi hak layak, Lingga yang akan bertanggung jawab. Uang bulanan dan tabungan lebih dari cukup. Minus, Lingga tidak bisa membayar lunas kerugian dalam pemulihan psikis mereka karena ulah gila Adena.

Lebih dari itu, sekarang Lingga tidak bisa kemana-mana, terpenjara dalam kamar-- ponsel, laptop, dan semua alat komunikasi Adena sita.

Mirip seperti nasib 𝘰𝘨𝘨𝘦𝘳 buruk rupa bernama Viona, yang selama hidupnya terasing, di kurung dalam kastil mengerikan ditengah-tengah gunung berapi yang dijaga oleh naga-sebab sama-sama terlahir bersama sebuah kutukan hina dan kedua orangtuanya tak bisa menerima.

Kendati, segala bentuk ciuman tidak akan pernah bisa mematahkan mantra seperti cerita Viona yang berakhir jatuh cinta dan hidup bahagia. Karena, kelahiran Lingga adalah kutukan itu sendiri.

Semula, raga ingin rehat sebentar, tenangkan pikiran yang sedang carut-marut, semberawut tak karu-karuan untuk sedikit lebih rileks sampai suara ketukan pada kaca jendela buatnya tertegun.

Lingga menggeleng. Berusaha menganggap distraksi yang hinggap sekadar imajinasi karena kelewat frustrasi.

Namun, detik selanjutnya bunyi mengganggu itu semakin terdengar anarkis, diselingi teriakan-tidak terlalu nyaring, tetapi cukup buat Lingga tersadar, itu bukan fatamorgana (seperti sebelum-sebelumnya) tetapi nyata.

"Nirleka buka! Ini aku, Akara!"

Mendengar suara familiar memanggil nama, daksa segera berderap mendekat ke ambang jendela.

Terkejut, melihat presensi Hayila tersenyum kearahnya, angkat satu plastik putih ukuran besar yang entah apa isi di udara melalui tangga besi-tunggu, darimana dia mendapat benda itu?

Lingga sampai harus berulangkali mengucek dan mengedipkan mata, memastikan jika dia tidak salah lihat karena pengaruh stress berat, atau efek delusi mendekati tengah malam yang sering membuat orang melantur-terbawa arus antara dunia mimpi dan situasi.

[√] enigma; kim leehan boynextdoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang