[ 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐯𝐢 ] 𝐫𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐜𝐚𝐬𝐚𝐧𝐨𝐯𝐚

57 16 11
                                    

Nihil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nihil.

Presensi Kalingga tak kunjung tertangkap radar sejauh indera menelisik. Hayila hampir menyerah bersama segala sumpah serapah, sampai daksa tahu-tahu sudah berada dekat kawasan toilet khusus laki-laki di gedung olahraga-tepatnya kolam renang.

Semula, berniat pergi. Takut apabila ada murid tengah berlatih, sedang kehadiran dianggap sebagai gangguan tamu tak diundang. Paling diwanti-wanti, ada siswa sedang mandi tanpa busana, itu tentu jauh lebih berbahaya.

Namun, ketika akan berbalik arah, rungu tak sengaja dengar suara tamparan, menggelegar sampai keluar. Hayila terbelalak, refleks tahan napas. Terkejut. Entah sekeras apa hingga timbulkan gema. Ia tidak dapat membayangkan.

"Mama sudah bilang, kamu boleh terus bermusik jika nilai rapor seratus. Sembilan puluh itu tidak berguna, membikin malu keluarga saja. Ada baiknya, dahulu kamu tidak pernah Mama lahirkan jika tahu akan tumbuh menjadi anak bodoh dan susah diatur seperti ini, Kalingga!!"

Tanpa sadar, telan ludah usai curi dengar sengak kalimat bernada netral terlontar penuh kontradiktif.

Suasana sekitar sepi, memungkinkan Hayila bisa saksikan semua-meski teknisnya tak melihat secara langsung. Bahkan, deru napas seseorang di balik pintu yang tertutup rapat itu jelas memburu akibat tamparan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya sampai Hayila seakan ikut merasa sakit dan ngilu yang sama.

"Wanita itu pikir, dia mau terlahir menjadi boneka tropi, apa?!" Hadir desah diiringi delik, tidak habis nalar. "Seharusnya, dia memang tidak melahirkan seorang anak manusia, tetapi sekalian monster saja. Supaya sama imbang kejinya." Ada senyum sinis terukir pada bibir.

Rambatan derap langkah mendekat, dibarengi knop berputar, cepat-cepat Hayila bersembunyi pada sisi sebelah samping tembok pembatas. Mengintip diam-diam. Terserah apabila dicap lancang, Hayila hanya ingin tuntaskan urusan.

Percuma, dong! Sudah buang banyak energi berkeliling mencari kesana-kemari, lalu berhenti dan pergi karena alasan situasi. Rugi.

Sejemang, perempuan dewasa berpenampilan modis layak model kenamaan keluar dengan langkah lebar. Rupa bak pahatan bernilai estetika, sangat disayangkan tidak memiliki etika.

Membuang sembarang lembar 𝘵𝘳𝘺 𝘰𝘶𝘵 yang sudah disobek sedemikian rupa ke kolam renang yang berada tepat di hadapan, kemudian melenggang anggun-kendati aura tak bisa membohongi jika dia nampak dipenuhi selimut berkabut hitam, antagonis.

Tak lama, pemuda dengan darah merembes dari pelipis (seperti bekas hantaman benda tumpul) dan ujung bibir memar menyusul keluar. Dia berdiri menatap lurus ke depan tanpa melakukan apa-apa. Cukup lama, meringis singkat ketika raba muka.

Antapnya begitu hampa, seperti tidak ada jiwa bersemayam di sana, seperti mayat dipaksa untuk tetap hidup, seperti tidak lagi kenal apa itu pengharapan. Mungkin, raganya masih ada, tetapi nyawa sudah sirna entah kemana. Jauh berbeda, ketika dia berhadapan dengan manusia lain.

[√] enigma; kim leehan boynextdoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang